Tiga Enam

148 11 0
                                    

SMA N 1 yang didirikan pada tanggal 1 September 1961, sudah beberapa kali berganti nama. Mulai dari SMA Negeri, SMU, SLTA, dan yang terakhir SMA N 1, semua itu karena pergantian menteri pendidikan yang membawa perubahan kebijakan pada nama sekolah.

Hari ini setelah melaksanakan upacara bendera, semua siswa sibuk dengan berbagai lomba. Mulai dari lomba makan kerupuk, balap karung razing, memukul air dalam pelastik, tendangan finalti dengan gawang kecil, catur, sampai supporter paling heboh ada.

Setelah balap karung sesi pertama yang diadakan dilapangan upacara selesai. Rasti sebagai perwakilan ekskul mading dan Irvan yang menjabat sebagai ketua OSIS berdiri ditengah lapangan.

"Pegang kupon yang tadi udah dibagikan oleh panitia. Sebelum kita lanjutkan lomba, kita akan membagikan hadiah terlebih dahulu." Ujar Irvan dengan sebelah tangan memegang toples kaca dan satunya memegang mic.

"Kita kasih tahu nih, hadiahnya lumayan. Mulai dari yang paling murah coklat silverqueen, sandal jepit, tikar, teko, dan tiga hadiah utama tas, gitar, dan ponsel. Selain itu juga ada flashdisk dan masih banyak lagi." Rasti tersenyum saat sorakan dari pinggir lapangan terdengar.

"Sok guys, kita mulai."

Irvan mengangkat toples kaca, Rasti memasukan tangannya mengaduk-ngaduk potongan steroform. Mengambil satu lintingan kertas berwarna putih.

Rasti menghela napas. "Tenang guys gak usah tegang. Nomornya, 1...3...7."

"Sekali lagi. 137 silahkan bagi yang mendapatkan nomor tersebut bisa maju."

Sekarang gantian Irvan yang mengambil lintingan. "5, napas jangan lupan. Nomornya 516."

"Kita ambil dua dulu silahkan maju atau kita hitung sampai lima dan kupon akan diambil ulang."

Dua orang siswi maju menghampiri mereka. Memperlihatkan nomor dikuponnya.

"Perkenalan dulu."

"Nama saya Wila Puspitasari dari kelas XII.IPS.3." Setelah mengucapkan perkenalannya lantai atas kelas XII bergemuruh.

"Saya Dyah Nurul Aisyah dari XI.IPA.2."

"Kak Jeni, hadiahnya mana?" Irvan bertanya dengan wajah polosnya membuat Rasti gemas.

Seorang gadis dengan nampan berisi dua hadiah yang dibungkus berjalan mendekat.

Irvan membagikannya.

"Buat yang belum beruntung, tenang aja nanti kita bertemu lagi."


Ditulis : 19 Juni 2019
Saat pengen
Publikasi: 5 September 2019

Ketika Kita Bertemu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang