Rasti masih berdiri di depan gerbang sekolahnya ketika jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 17.00 WIB. Sekolah sudah sepi hanya menyisakan Rasti dan beberapa anak yang ikut ekskul Sepak Bola, karena sepulang sekolah tadi mereka berkumpul di Lapangan belakang sekolah.
Rasti bersandar di panggar sekolah yang tertutup setengah. Sebenarnya bisa saja Rasti pulang dengan menggunakan bus karena terminal hanya berjarak 50 meter dari sekolahnya. Tapi Rasti tidak bisa naik mobil dan sejenisnya. Dia akan berakhir dengan pusing, mual, dan berakhir muntah dengan menyedihkan.
Ayahnya yang telah berjanji akan menjemput tak juga tiba. Jujur saja Rasti takut. Dia sendirian,perempuan, dan jalan yang mulai lenggang serta jingga yang sebentar lagi berganti kelam.
"Buru-buru banget sih Ren?" Rasti mengalihkan tatapannya saat mendengar suara David.
David, Zico, dan Rendy sedang berjalan menuju gerbang. Di belakang mereka juga ada beberapa siswa lainnya.
"Harus cepet balik ini, Della sudah nunggu."
"Iya Della. Apalagi yang akan kau dan gadia anarkhis itu lakukan?"
"Biasa belajar bersama." Rendy mencebik saat menjawabnya membuat Zico dan David terbahak.
"Sabar Ren orang sabar pantatnya lebar."
Rendy menendang kaki Zico yang berhasil dihindari dengan baik olehnya.
Rasti mengalih pandangan saat mereka semakin dekat.
"Loh Bu Ketu belum balik!" David sedikit terkejut saat melihat Rasti masih berdiri di depan gerbang seorang diri.
Rasti menatap ketiganya dengan malas. Trio itu mengenakan baju sekolah biasa tapi sisa latihan tak bisa menyembunyikan bahkan ketika mereka telah mandi. "Menurutmu?"
"Ngapai masih disini? Dagang!" Zico menaik turunkan alisnya, matanya menatap Rasti dari bawah keatas dan seterusnya, membuat gadis itu risih.
Plak.
"Sakit Ren!"
"Mesum!" Balas Rendy tak merasa bersalah sudah menempeleng kepala Zico.
David menghela napas melihat kelakuan dua sahabatnya. "Mau pulang bareng?" Ajak David tiba-tiba yang membuat Zico melotot horor.
"Gak usah. Kalian pulang aja, ini udah sore." Tolak Rasti dengan cepat.
"Kalau bareng ayo sih, jangan peduliin tatapan Zico dia emang gitu orangnya."
"Gomawo, Kalian duluan saja."
Zico melirik jam tangannya 17.15 lalu melirik Rasti yang tampak resah. "Pulang Ras, mau sampai kapan berdiri disitu." Ujar Zico gereget, lalu menarik tangan Rasti kearah Halte.
Rendy dan David hanya cengar-cengir gak jelas.
"Lepas Co! Aku dijemput Bapak ku. Kalau Beliau ke sini gimana?"
Zico melepaskan Rasti saat sudah sampai di halte. "Tadi minta jemput jam berapa?" Tanya David membuat Rasti berpikir sejenak.
Jam empat, atau lebih ya?
"Jam empatan."
"Nah sekarang udah lebih satu jam, kayanya Bapak kamu lupa atau gak bisa jemput."
"Tapi --"
Protes Rasti terpotong saat Bus berhenti didepan mereka. Zico langsung menarik Rasti naik.
Ditulis : 31 Mei 2019
Publikasi : 7 September 2019
besok up-nya kalau gak sore, malam. karena aku ada kuliah dan ngerjain tugas sama deadline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bertemu (Selesai)
Fiksi Penggemar"Ras, mau ikut nonton gak?" "Nonton BTS?" "Bukanlah. Siaran ulang pertandingan Barcelona vs Real Madrid semalam." Ketika Sutan Diego Armando Orlando Zico seorang pemain timnas U-16 dipertemukan dalam satu kelas dengan Rasti Aurelia seorang K-Poper...