Tubuh seperti terasa dingin, jantung terus berdecak dan pikiran selalu tentangnya. Singkat saja, mungkin itu fase kamu sudah mulai punya rasa.
💚💚💚
Kamar tidur yang terdapat di lantai 2 terlihat dari jendela masih menyalakan lampunya, itu tandanya seseorang masih belum tidur di kamar itu. Benar, Syifa ternyata yang berada di sana. Syifa hanya sedang melamun sambil menikmati keindahan sang rembulan yang terlihat jelas dimatanya.
“Siapa namanya yah?” Syifa terus bergumam sambil memikirkan beberapa kejadian yang terlintas dikepalanya.
Klik...
Tiba-tiba terdengar suara knop pintu dari kamar Syifa. Syifa pun langsung menoleh kearah pintu itu, dan didapati kalau kakaknya yang masuk ke sana. Ainun tersenyum dari balik pintu hingga kemudian berjalan menghampiri Syifa dan duduk di sampingnya.
“Kamu belum tidur?” tanya Ainun kepada adiknya Syifa.
“Belum kak, aku belum ngantuk.”
“Belum ikut ngaji yah?” tanya Ainun kembali.
“Hmm, aku masih datang bulan.”
“Yasudah, kamu istirahat saja. Kakak mau ke pondok yah,” ujar Ainun sambil mengelus kepala Syifa.
“Hmm, iyah kak.”
Ainun pun segera beranjak dari kamar Syifa. Namun sesaat Ainun hendak keluar, tiba-tiba Syifa kembali memanggilnya. “Kak?”
Ainun menoleh kearahnya, “Iyah Syifa?”
“Apa kakak pernah memikirkan seseorang?” tanya Syifa.
“Pernah dong,” balas Ainun.
“Siapa?” Syifa bertanya kembali dengan tatapan mata yang berbinar.
“Umi sama Abi.”
Seketika raut wajah Syifa pun berubah, “Yasudah kak, kakak bpleh pergi.” Syifa kembali murung dan menatap ke jendela lagi.
Ainun tersenyum, “Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang tidak terlalu penting. Berdo’a saja sama Allah,” ujar Ainun yang kemudian keluar dari kamar Syifa.
Mendengar ucapan Ainun tadi, Syifa menjadi sadar akan hal yang dia lakukan. Benar ternyata, memikirkan seseorang yang tidak dia kenali sama sekali bukanlah hal yang penting. Syifa pun beranjak dari kursi dan pergi ke kasurnya untuk beristirahat.
“Sampai jumpa, esok hari...”
💚💚💚
“Raihan Anggasta?”
Aku mengarah jelas pada suara yang memanggil namaku. Bapak Dosen Pembimbing skripsiku, yang aku tunggu-tunggu kehadirannya untuk merevisi hasil kerjaku, berjalan mendekat ke arahku. Saat dia sudah berada tepat di hadapanku, aku segera menyalaminya.
“Sudah sampai mana hasilnya?” tanyanya kepadaku
“Saya mohon Acc pak, tapi kalau masih ada yang kurang, saya akan merevisinya lagi,” ucapku sambil memberikan kertas tebal kepadanya.
Bapak Dosen nampak memeriksa dari beberapa halaman ke halaman secara teliti. Hatiku merasa bergetar karena takut akan mengalami kesalahan sehingga harus mengulangnya lagi dari awal. Sudah 7 semster menjadi mahasiswa jurusan hukum, mana mungkin harus menambah satu semester lagi. Karena targetku selama kuliah, maksimalnya harus lulus ditujuh semester.
“Baiklah saya Acc, silakan daftarkan sidangmu segera.”
Aku sangat terkejut ketika Dosen pembimbingku langsung menandatangani hasil skripsiku. Tak pikir panjang aku langsung mengambil kembali skripsiku dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Timur Dan Barat [END]✔
Lãng mạnSeperti kisah cinta Zainab Binti Rasulullah, yang mencintai seseorang berbeda keyakinan dengannya. Namun, atas izin Allah, pada akhirnya mereka bisa disatukan. Aku pun berharap bisa seperti itu. Ketika mencintaimu, aku harus berjuang melawan kehend...