Kun Fayakun. Bagi-Nya menyatukan langit dan bumi saja mudah. Apalagi hanya menyatukan hamba seperti kita.
💚💚💚
Raihan memberhentikan mobilnya di sebuah kafe. Di kafe tersebut, seseorang sudah menunggunya. Raihan langsung menghampirinya dan duduk bersamanya.
“Hey bro!” ucap temannya, sambil memeluk Raihan.
“Hmm,” jawab Raihan datar.
“Ente ga kangen sama ane?” tanya temannya.
“Alif! Iya aku kangen banget sama kamu,” jawab Raihan yang kemudian kembali memasang wajah datas.
Lantas Alif langsung merinding mendengar jawaban Raihan, “Ihh!”
Raihan langsung tertawa terbahak-bahak, melihat sahabatnya itu yang merasa ilfeel karena ulahnya. Alif adalah teman kecilnya Raihan, mereka berkenalan dalam lingkungan agama non muslim. Maka dari itu, saat Alif kelas 3 SD, dia bersama seluruh keluarganya pindah ke Bandung, dan sejak itulah mereka tak dipertemukan lagi. Dan saat ini, disaat Raihan sudah berumur 22 tahun, barulah mereka bisa bertemu lagi.
“Selama ane pindah ke Bandung, ente masih dimana?” tanya Alif sambil memakan hidangan di meja.
Raihan tak mengubrisnya, Raihan malah terus memperhatikan Alif yang menurutnya, sifatnya sejak dulu masib belum berubah.
“Ente dengar enggak?” Alif merasa kesal karena tidak diladeni dan dia pun menimpahkan kacang ke wajah Raihan.
Raihan langsung tersentak dan dia tak merasa marah, karena sudah biasa dia diperlakukan seperti apapun dengan Alif.
“Masih di Bumi,” jawab Raihan dengan santai.
Alif hanya mengangguk, dia pun tahu, bahwa sahabatnya Raihan selalu berbicara yang aneh-aneh.
“Ente sudah punya cewe belum?” tanya Alif.
“Buat apa?” Raihan malah balik bertanya.
“Oh, ternyata sampai sekarang temen ane masih zombloe!” tukas Alif sambil terkekeh.
Raihan bukannya kesal, dia malah ikut terkekeh. Bukan karena dia diledek jomblo, tapi karena ucapan Alif sangat lucu didengarnya.
“Tapi, aku sedang jatuh cinta,” ucap Raihan lirih.
Alif yang mendengar ucapan Raihan pun tak menghiraukannya. Alif malah melanjutkan makannya.
“Cinta ini berbeda, bahkan untuk bersatu pun, mungkin semesta dan bumi tak mau bersua lagi.”
Alif langsung berhenti makan sebab mendengar ucapan Raihan yang terdengar sangat menyedihkan.
“Maksud ente?” tanya Alif.
Raihan menyilangkan kedua tangannya, “Aku mencintai wanita muslim.”
Alif langsung menundukkan kepalanya, ucapan Raihan memang sangat terdengar luruh. “Sejak kapan ente suka sama dia?” tanya Alif memastikan pendengarannya tidak salah.
Raihan menatap Alif yang sedang terunduk, lalu ia mengambil secangkir kopi milik Alif dan hendak meminumnya, “Aku enggak tahu pasti sejak kapan. Enggak bisa diterjemahin dan dilihat secara pasti, cinta kan buta.”
Alif segera mengangkat kepalanya, “Apa ente yakin dengan cinta ente?”
Raihan meneguk kopi tersebut, lalu menaruhnya lagi, “Yakin. Tapi, aku tidak bisa memaksakan. “
“Emangnya, siapa namanya?” tanya Alif yang mulai penasaran.
Raihan berdiri dari duduknya dan memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celana, “As-syifa Azzahra.”
Alif ikut bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Raihan, “Dalam agama islam, mencintai berbeda agama itu diharamkan. Tapi, bagi agama kami pula, sesuatu yang diharapkan, pasti kami yakin Allah akan mengabulkannya. Kun fayakun, baginya menyatukan langit dan bumi saja mudah, apalagi menyatukan hamba seperti kita. Yang tidak ada apa-apanya dengan-Nya.”
Raihan menatap Alif dan memeluknya, “Terima kasih Lif, semoga apa yang kamu ucapkan itu benar terjadi.”
“Aamiin...”
💚💚💚
Manusia boleh berencana, tapi biar Allah yang mengaturnya. Sebab Dia-lah penulis skenario terbaik.
Aku berjalan melewati tangga secara perlahan-lahan di kampus, aku terus berjalan dengan mata yang terus menatap ke depan, tak mempedulikan orang-orang yang sedang berbincang. Setibanya di kelas, aku langsung duduk. Dan seperti biasa, selalu ada Citra di dalam, dia selalu datang pagi sebelum orang-orang yang lain.
Citra menarik kursinya ke sampingku, dia pun duduk sambil menyodorkan bekal yang dia bawa.
“Mau sarapan bareng, Syifa?” ucapnya menawarkan bekal yang dia bawa.
“Kamu duluan aja,” jawabku. Dia mengangguk, lalu melanjutkan makannya.
Aku menatap Citra yang masih sibuk dengan makanannya, aku berniat untuk mengajaknya bicara, namun kurasa tak baik mengajak orang sedang makan untuk berbicara. Sebaiknya kutunggu saja dia sampai menyelesaikan sarapannya.
Tak lama, sarapan Citra sudah habis. Aku langsung mendekatinya lebih dekat, dan membisikinya, “Ra?”
Dia menutup bekalnya, lalu menatapku, “Iya?”
Aku memasang mimik wajah sedih, “Apa aku harus menjauhinya? Aku takut kedekatanku dengan Raihan malah berujung yang tidak aku inginkan.”
“Iya, jauhi saja kalau kamu sudah tidak cinta,” jawab Citra tanpa ekspresi diwajahnya.
Aku langsung menengok ke arah citra, “Kalau menunggu cinta ini hilang, mau sampai kapan?”
“Itu berarti kamu enggak bakal bisa memaksakan! Tenangin aja Syifa, ikuti saja skenario dari Allah,” tuturnya kepadaku.
Aku kembali melamun, dan terus menyaring ucapan-ucapan dari Citra yang menasehatiku, “Yasudah, aku ikuti saja alurnya.”
“Syifa, manusia boleh berencana, tapi biar Allah yang mengaturnya. Tenang saja, kita punya Allah sang penulis skenario terbaik!”
Mendengar ucapan Citra membuat semangatku bangkit kembali, “Hmm, Iya Ra!”
💚💚💚
Alhamdulillah💕
Jangan lupa baca Qur'an hari ini😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Timur Dan Barat [END]✔
RomanceSeperti kisah cinta Zainab Binti Rasulullah, yang mencintai seseorang berbeda keyakinan dengannya. Namun, atas izin Allah, pada akhirnya mereka bisa disatukan. Aku pun berharap bisa seperti itu. Ketika mencintaimu, aku harus berjuang melawan kehend...