#15. Mahar 30 Juzz!

2.2K 194 3
                                    

Akhi, kalau kamu cinta, pendam saja cintamu dalam do'a. Jika kamu ingin mengkhitbahnya, maka datanglah bersama orang tua.


💚💚💚

Setelah berpamit kepada Raihan untuk mencari cinta, Alif memang nekat untuk mencari cintanya. Dan Alif sangat tahu dimana dia akan menemukan cintanya. Dengan berani, Alif mendekat ke kamar Santri putri. Namun, dia tidak melihat apa-apa disana. Suasananya sangat sepi dan tidak terlihat ada orang sama sekali. Alif mulai ragu untuk ke sana, tapi dia juga semakin dibuat penasaran. Dengan keyakinan yang kuat, dia terus berjalan dan sangat dekat dari sana.

Setibanya di depan kamar santri putri, memang benar tak ada suara orang sama sekali. Alif mulai lelah sendiri, karena dia tidak menemukan cintanya di sini. Dia pun terduduk di tempat itu.

Brukkk...

Selama terlamun di tempat itu, suara sapu tiba-tiba melayang ke dekatnya, benar-benar membuat lamunan Alif buyar seketika. Dia menatap dari mana asal sapu melayang itu dan ternyata dari salah seorang santri putri. Tapi hal tersial itu bukan suatu yang menjengkelkan bagi Alif, melainkan itu adalah keberuntungan baginya. Ya, karena yang melemparkan sapu itu bukan santri putri yang lain, melainkan cintanya.

Ya, Diana-lah cintanya. Sosok yang Alif temui kali pertama di depan Masjid saat itu. Sosok yang tak bisa lepas dari pandangan Alif. Entah kenapa, Alif mulai memiliki rasa untuknya.

"Anta engga sopan masuk ke sini!" tukas Diana sangat kesal sambil berkacak pinggang.

Bukannya marah karena hampir terkena timpahan sapu, Alif malah berdecak kagum sendiri karena dia bisa menemukan cintanya.

"Anta ngapain senyam-senyum! Pergi dari sini!" titah Diana lagi dengan sangat lantang.

Namun, Alif tetap berdiam diri sambil terus mematung. "Benar-benar sudah gila, anta!" Diana langsung memegang sapu lidinya dan berniat memukul-mukul Alif sampai dia pergi.

"Aduh!" pekik Alif karena mendapat satu pukulan sapu lidi dari tangan Diana.

"Anta, cepet pergi dari sini, nanti ana lapor ke Kak Ainun kalau anta belum pergi juga!" titah Diana terus-menerus sambil memukulnya.

"Iya-Iya, ana pergi. Tapi lepasin ana!" ucap Alif sambil terus menahan pukulan Diana.

Diana memelankan pukulannya dan berhenti memukulnya. "Pergi sana!" titah Diana lagi.

Alif menatap Diana lebih lekat dan tersenyum, "Nama anti siapa?" tanyanya dengan berani.

Diana melongo dengan tingkah Alif yang sudah seperti orang tidak sadarkan diri, bukannya menjawab pertanyaan Alif, Diana malah mendadahkan tangannya ke depan wajah Alif, sebab dia terus menatap Diana sampai tak bergeming.

Karena Alif masih sadar sepenuhnya, dia pun malah menangkap tangan Diana. Sontak Diana malah menjerit sangat kencang. "Aarghhh!"

Alif merasa telinganya hampir pecah karena suara lantang Diana, Alif pun segera menutup telinganya. "Anti bisa diam tidak, telinga ana jadi mendengung kayak ikhfa," ungkapnya meracau entah kemana, tetapi masuk akal ditelinga Diana.

"Uh, makanya jangan tidak sopan begitu sama perempuan yah!" tukas Diana.

Alif melepas tangannya dari telinga yang dia tutupi, "Iya, maafin ana," ujarnya.

Antara Timur Dan Barat [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang