Ketidaksengajaan dan kebetulan adalah kesamaan yang hampir sama. Sebab keduanya di awali dengan ketidaktahuan dan berakhir dengan pertemuan.
💚💚💚Pagi ini aku terlambat, mungkin karena sedang datang bulan, aku jadi bangun agak siangan. Hari ini pun aku sampai diantar sama Umi naik mobil karena kalau telat naik motor pasti pikiran akan terasa was-was dan membahayakan keselamatan berkendara.
Tidak terasa sampai kampus dalam waktu 45 menit. Aku segera turun dari mobil dengan sudah memberi salam kepada Umi. Suasana kampus masih ramai, namun karena aku masuk jam tujuh dan ini sudah jam setengah delapan, sepertinya dosen sudah berada di ruangan kelas.
Aku merasa tidak tahan, aku memilih terus berlari hingga sampai di tangga menuju lantai dua. Lift sangat ramai dan terasa lama untuk ditunggu, astaghfirullah... kesabaranku sudah habis ternyata. Akhirnya aku pun memilih menaiki tangga tanpa mempedulikan sekitar.
Brukkk...
Saking kencangnya aku berlari setelah tiba di lantai dua, tiba-tiba saja aku menabrak seseorang yang tidak aku kenali. Rasanya aku ingin berteriak minta maaf karena merasa bersalah dan membuatnya malu di hadapan banyak orang.
Astaghfirullah...Aku meringis menahan sakit dilenganku, sebab aku juga terpental jatuh ke lantai. Akibatnya buku di dalam tote-bag ku pun berhamburan entah kemana.
Aku tidak sempat melihat wajahnya. Tapi kelihatan dari tubuhnya kalau dia adalah laki-laki. Namun, dia tiba-tiba mengulurkan tangannya membantuku untuk bangun. Rasanya sulit untuk menolak karena tubuhku terasa sulit untuk berdiri. Dia juga membantu membereskan kertas isi tasku yang berhamburan. Aku tak sempat ikut membantu membereskan itu, sebab aku tak tahan melepas lenganku yang terasa sakit.
“Ini tasmu, maafkan aku.”
Mashaallah, dia sangat tampan. Kulitnya yang putih, tubuhnya yang tinggi, matanya mungil dan hidungnya yang mancung, siapapun yang melihatnya pasti akan langsung terpanah. Astaghfirullah, Syifa... jaga pandanganmu itu.
“Iya enggak apa-apa. Aku yang salah, aku tadi buru-buru. Aku juga minta maaf,” ucapku sambil meraih tas dari tangan pria itu.
“Apa, sangat sakit?”
Aku terkejut ketika dia tiba-tiba memegang lenganku. Tentu saja sakit, tapi aku enggak boleh bersikap berlebihan kepada seorang pria yang tidak kukenal. “Oh, enggak kok.” Jawabku berbohong dan langsung mundur beberapa langkah untuk menjauh sedikit darinya.
“Saya mau masuk kelas, terima kasih buat pertolongannya, saya pamit. Assalamu’alaikum.”
Aku langsung berlari menuju kelas tanpa mengubrisnya lagi. Entahlah, semalam aku habis bermimpi apa sampai jadi seperti ini. Jujur, aku malu sekali.
Akhirnya aku sudah tiba di kelas, meskipun Ibu dosen sudah masuk ruangan, tapi ternyata belum melakukan absensi. Rasanya lega sekali masih diberi toleransi keterlambatan sama Ibu dosen. Aku pun langsung duduk di kursi yang sudah disediakan Citra.
“Kenapa kamu telat?” tanya citra padaku.
“Ceritanya panjang,” jawabku padanya.
“Sekarang silakan yang mau tap absensi, keluarkan KTM kalian.” Ibu dosen menyuruh untuk melakukan absensi. Akupun segera mengambil KTM yang kuletakkan di dalam tas.
Astaghfirullah, aku terkejut karena Kartu Tanda Mahasiswa milikku tidak ada di dalam tas maupun dimana-mana.
“Kamu cari apa?” Citra sepertinya menyadari kalau aku seperti sedang kehilangan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Timur Dan Barat [END]✔
RomanceSeperti kisah cinta Zainab Binti Rasulullah, yang mencintai seseorang berbeda keyakinan dengannya. Namun, atas izin Allah, pada akhirnya mereka bisa disatukan. Aku pun berharap bisa seperti itu. Ketika mencintaimu, aku harus berjuang melawan kehend...