#18. Cemburu

1.8K 168 0
                                    

Disaat pertama kali aku mengenal cinta, disaat yang sama pula aku merasakan yang namanya patah hati.


💚💚💚

Raihan terus mengulurkan layanganya sehingga membuat layangan milik Ali ikut tertarik dengan layangan Raihan. Sebab itu, Ali menghampiri layangannya.

"Maaf layangan saya tersangkut dengan layangan kamu," ucap Ali saat dia sudah berada di hadapan Raihan dan Syifa.

Raihan memotong benang layangannya, "Enggak apa-apa." Setelah itu dia membuang layangannya, karena sudah robek.

Ali membantu Raihan yang tampak kesulitan melepas benang yang tersangkut, tetapi entah mengapa di dalam hati Raihan, dia sama sekali tidak menyukai kehadiran Ali, padahal Raihan sama sekali belum mengenalnya.

Akhirnya benang milik Raihan pun terlepas dari benang milik Ali. Raihan sesegera mungkin merapihkannya. Disaat Raihan sedang sibuk merapihkan benang, Ali malah mendekati Syifa dan mengajaknya bicara, sehingga membuat Raihan terhenti dari kesibukannya.

"Kenapa tidak bermain layangan sendiri?" tanya Ali pelan kepada Syifa, namun masih terdengar jelas di telinga Raihan yang jaraknya cukup sedikit jauh dari mereka.

Syifa menggelengkan kepala, "Tadi, layangannya habis."

Ali mengangguk, "Kenapa tidak bilang? Aku masih ada banyak," kata Ali sehingga membuat Syifa tampak gugup untuk bicara.

Raihan membalikkan wajahnya untuk tidak menatap mereka, sungguh saat ini Raihan sangat tidak menyukai kedekatan di antara Syifa dan Ali. Namun, Raihan pun tidak mau egois. Dia tetap sabar dengan hal itu, karena bagaimanapun mungkin yang sedang Syifa ajak bicara adalah sahabat atau saudaranya. Dan Raihan tidak mau mengganggu mereka.

"A -aku, pamit yah," pinta Syifa.

Ali mengangguk, "Baiklah!"

Syifa segera pergi dari hadapan Ali, namun disaat ia melewati Raihan, langkahnya terhenti sejenak dan Syifa langsung menyunggingkan senyuman kepada Raihan. Mau bagaimanapun perasaan Raihan saat ini, ia tetap akan memberikan senyumnya kepada Syifa atau siapapun.

Setelah kepergian Syifa, Raihan tertarik untuk menatap orang yang mengajak Syifa bicara tadi. Raihan perlahan menoleh ke arahnya dan tidak disangka orang tadi pun menatapnya pula. Raihan menatapnya dengan tatapan datar, namun laki-laki tadi menatapnya sambil terus tersenyum. Karena Raihan merasa tidak enak bersikap seperti ini, dia pun membalas dengan senyuman pula. Lalu, Raihan memilih untuk beranjak meninggalkan lapangan.

Selama di jalan, mata Raihan terus mencari-cari pujaannya. Dia terus menelusuri pesantren demi menemukan cintanya. Sehingga, tiba-tiba langkahnya terhenti karena mendengar suara langkah kaki dari belakang yang mengarah padanya.

Raihan perlahan menoleh ke arah belakang dan dia pun mendapati seseorang yang sedang dia cari keberadaannya.

"Syifa .... "

Dan Syifa yang terus melangkah ke dekat Raihan pun, juga belum menurunkan senyuman termanisnya sejak tadi. Syifa tampak seperti orang yang sedang bahagia saat ini. Disaat Syifa berada di hadapan Raihan, dia masih terus menatap Raihan. Sehingga, hal tersebut membuat Raihan merasa hatinya sedang melayang tidak karuan.

Syifa terkekeh melihat Raihan, "Usap dulu keringatmu! Baru boleh menatapku!" titah Syifa yang terkekeh melihat kening Raihan yang sudah dipenuhi keringat.

Raihan mengusap keningnya dengan tangan, "Ini bukan keringat kelelahan. Tapi ini karena gugup," ungkap Raihan. Memang betul, keringatnya bercucuran karena sedari tadi Syifa terus menatapnya dengan tatapam berbeda, sehingga membuat Raihan gugup dan merasa gemetar di tubuhnya yang hebat.

Raihan kembali menatap Syifa, tetapi kali ini tatapan Raihan untuk Syifa mulai berbeda. Tatapan kali seperti sangat menyelidik, "Siapa yang bicara denganmu tadi?" tanya Raihan dengan serius.

Syifa mengerutkan keningnya, "Siapa? Yang mana?" tanyanya balik.

"Yang di lapangan tadi."

Syifa mengangguk dan tersenyum lagi, "Dia namanya Ali," ujar Syifa.

"Ali? Dia punya hubungan apa denganmu?" tanya Raihan lagi.

"Memangnya kalau dia punya hubungan denganku, apa urusannya denganmu!" tukas Syifa sambil tersenyum meledek.

"Tentu saja aku cemburu!"

Seketika senyum Syifa pudar dan sekarang di wajahnya hanya terlihat suasana yang suram. "Dia putra dari teman abiku," ujar Syifa.

"Apa hanya itu?" tanya Raihan.

"Tidak. Masih ada lagi," balas Syifa.

"Ada lagi?"

Syifa menundukkan wajahnya, "Dia laki-laki yang pernah mengkhitbahku dan menurut hatiku ... Dia masih mencintaiku, sampai sekarang."

Mendengar ucapan Syifa, tubuh Raihan menjadi beku untuk sesaat. Kini, dihatinya sudah seperti ada sesuatu yang membara.

Syifa kembali menatap Raihan, "Tapi, itu hanya menurutku saja. Segalanya hanya dia dan Allah yang mengetahui," ujar Syifa, setelah itu dia pergi meninggalkan Raihan.

Raihan masih terdiam di tempat walaupun Syifa sudah pergi meninggalkannya. Untuk saat ini dia tidak bisa menahannya.

Perlahan, Raihan menenangkan emosi yang sudah mulai meluap-luap didalam hatinya. Nafasnya terasa gusar dan matanya mulai memanas. Untuk saat ini, mau melawan pun tidak mungkin. Raihan memilih untuk tenang dan tidak terlarut dalam emosi. Dia tidak bisa egois seperti ini. Raihan sadar, Ali adalah orang baik. Dia tidak akan mungkin memarahi atau melakukan perbuatan buruk apapun padanya.

Namun, ada sesuatu yang masih mengganjal dipikiran Raihan, kenapa Syifa tidak menerima Ali disaat dia mengkhitbanya? Padahal Ali terlihat adalah lelaki baik dan soleh. Dan Raihan sangat yakin, laki-laki seperti Ali-lah yang pantas untuk mendampinginya.

Tidak ingin terlalu banyak berpikir, Raihan pun segera bergegas pergi dari tempat tersebut. Dia akan mencari tempat ketenangan untuk perasaannya saat ini. Mungkin bersama temannya, Alif.

💚💚💚

Raihan dan Alif sedang berbincang di dalam kamar mereka. Benar menurut Raihan, ketenangan hatinya hanya dapat ditemukan bersama temannya Alif. Karena Raihan pasti akan terhibur dengan tingkah konyol Alif yang tidak membosankan.

"Ente sudah bisa sholat, bisa ngaji, tapi kenapa ente enggak mau mualaf?" tanya Alif.

Raihan terdiam sebentar sambil menatap Alif yang terus mencoret kitab kuning di tangannya, "Belum saatnya," jawab Raihan.

"Hidayah itu dijemput, bukan ditunggu sampai saatnya tiba. Kita kan enggak tau besok kita masih hidup atau tidak!" tukas Alif.

Raihan lantas terkekeh, "Apa aku pantas jadi orang islam?" tanya Raihan.

Alif menutup kitab kuningnya dan menatap Raihan sangat serius, "Pantaslah! Lihat wajah ente! Pasti kalau islam banyak yang mendoakan ente untuk jadi jodohnya!" ungkap Alif yang sesekali tertawa.

Raihan hanya bisa tertawa, "Dasar Alif!"

Seketika Raihan dan Alif tertawa bersama, seakan ucapan serius mereka hanyalah lelucon semata. Dan dengan pintu kamar yang sedikit terbuka, mereka tidak menyadari bahwa pembicaraan mereka dari awal sampai akhir terdengar oleh seseorang yang niatnya ingin masuk dan ikut bicara dengan mereka. Namun, orang yang melihat itu jadi mengurungkan niatnya karena ucapan mereka sangat privasi.

Dengan tidak menyangka, orang tersebut segera pergi dari tempat itu. Jika dia sampai dilihat oleh Raihan dan Alif, maka urusan orang itu hanya akan menjadi kebohongan nantinya. Dan dia tahu pasti, bahwa hal itu sangatlah dosa.

"Wallahu'alam," gumamnya.

💚💚💚

Alhamdulillah💕
Jangan lupa baca Qur'an hari ini😇

Antara Timur Dan Barat [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang