Aku berjalan menjauh dari seseorang yang tampak jahat. Namun, tiba-tiba jalanku terhenti dan tertarik untuk menatap aspal di jalan. Tatapanku kosong, cahaya matahari yang mulai berubah jingga terus menyoroti wajahku. Bayangan tubuhku perlahan menghilang tertutupi dengan bayangan hitam besar yang perlahan berjalan ke arahku.
Perlahan aku mendongak ke arah bayangan itu. Dan kudapati truk besar yang siap menerjangku.
Tiiitttt...Brukkk!
Aku meringis menahan sakit pada tubuhku yang ambruk ke tanah. Namun, tidak kudapati cedera apa-apa, malah kulihat tubuhku masih utuh sepenuhnya. Siapa yang menyelamatkanku? Raihan?
Raihan kini berada di sampingku dengan posisi yang sama sepertiku. Dia langsung bangun dari posisinya dan aku pun sama mengikutinya.
"Raihan kamu-"
"Apa kamu sudah kehilangan akal?" Aku terpelonjak mengetahui Raihan langsung memarahiku.
"Apa kamu sudah gila, sampai kamu mau mengakhiri hidupmu seperti tadi?" Aku semakin bingung.
"Aku tidak-"
"Aku memang menjauhimu, tapi aku tidak ingin kamu pergi meninggalkanku!" Aku dibuat mematung sesaat, apa aku tidak salah dengar? Dia mengatakan apa yang sama sekali tidak mungkin aku pikirkan.
"Raihan?" lirihku dan air mata siap menerobos pelupuk mata.
"Aku masih mencintaimu... mungkin selamanya! Tapi... aku tidak bisa memilikimu, maka dari itu aku akan menjauhimu!"
Air mataku sudah mulai deras, tangisku sudah tidak bisa terbendung lagi. Kenapa kamu harus mengatakannya sekarang? "Maafkan aku," lirihku, mungkin hanya kata itu yang bisa kuucapkan.
"Aku mohon Syifa, aku akan pergi, jangan temui aku lagi. Kita tidak bisa ditakdirkan untuk bersama." Dia menangkupkan kedua tangannya tepat di depan dadanya, tanda memohon kepadaku dengan wajah kesenduannya.
"Tapi-"
"Aku pergi, jika tuhan masih memberkati, aku pasti akan kembali. Selama tinggal Syifa, aku mencintaimu...." Dia langsung menghilang dari hadapanku.
Lantas aku segera berlari mengejar dan mencari-cari lagi keberadaannya. "Raihaaaaaaaaannnn!"
"Raihan! Aku mohon kembali...hiks...hiks..." Dengan air mata yang mengalir deras, aku terus berlari mencari keberadannya. Tidak lama, hujan pun turun bersamaan dengan air mata dipipi ini.
"Raihaaan!" Kakiku terpeleset dan jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam. "Allahu Akbar!"
...
Astaghfirullah, ternyata semua itu hanya mimpi. Tapi entah kenapa mimpi itu terasa sangat nyata. Mungkin ini semua akibat kelelahan hingga aku lupa untuk membaca do'a tidur.
"Allahu'akbar Allahu'akbar!"
Suara adzan subuh sudah berkumandang. Aku segera bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, aku langsung bergegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjama'ah.
Setibanya di sana, semua orang sudah ramai berbaris sesuai shafnya masing-masing. Aku menghamparkan sajadahku di samping sajadah Diana. Semua sudah berdiri pada tempatnya masing-masing karena sepertinya imam sudah hadir.
"Allahu akbar!"
Deg! Suara imam itu, aku seperti mengenalnya. Suara itu, suara milik Raihan. Tidak, itu tidak mungkin. Aku terus melanjutkan bacaan, walau pada awalnya aku tidak khusyuk. Di dalam pikiranku hanya ada tanya, benarkah itu suaramu, Raihan?
"Bismillahirrohmanirrohim.."
Deg! Benar, itu suara Raihan. Ya Allah, kenapa di pikiran hamba hanya ada dia. Hingga hamba tidak bisa khusyuk menjalani sholat. Aku menahan air mata yang hendak turun, imam itu membacakan surah al-humazah. Surah pendek itu dibacakan olehnya dengan bacaan yang sangat indah sehingga membuat air mataku turun deras.
Bukan karena bacaannya, tapi karena suara dari imam itu sangat mirip dengan suara Raihan. Jika benar itu Raihan, aku sangat bersyukur karena dia telah berubah sepenuhnya menjadi lebih baik. Tapi, aku baru saja memimpikannya, mungkin ini hanya perasaanku saja. Tidak, aku tidak boleh terlalu berharap.
Astaghfirullah, sholat ku benar-benar tidak khusyuk karena terus memikirkan suara itu. Di saat sujud terakhir, tangisanku malah semakin membesar. Aku sangat malu, aku takut orang-orang di sebelahku mendengarnya.
Kini duduk tashyahud akhir, aku tidak membaca bacaan sama sekali. Hanya di dalam hati aku membacanya sebab mulut kubungkam agar tidak mengeluarkan suara tangisan.
"Assalamu'alaikum warrohmatullah.. Assalamu'alaikum warrohmatullah.."
Suara salam itu semakin memperjelas bahwa suara itu milik Raihan. Namun aku tahan, setelah semua selesai, aku segera berlari keluar. Astaghfirullah! Kini aku luapkan semua air mataku di luar masjid. Sejak tadi entah kenapa aku terus mengingat Raihan dan mimpi buruk itu. Aku malah jadi takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Syifa...."
Jantungku berdebar begitu kencang setelah mendengar suara bariton dari belakang. Benar ternyata, yang menjadi imam itu adalah Raihan, dan kini dia berada di hadapanku.
"Hiks..hikss.." Aku kembali menangis ketika mendapati benar bahwa Raihan berada di hadapanku.
"Kenapa kamu menangis?" tanyanya padaku.
Apa lagi alasanku tidak menangis dalam situasi seperti ini? Tentu saja karena mendengar lantunan ayat suci yang indah dari mulutnya. "Bagaimana kamu ada disini?" tanyaku padanya sambil menahan derai air mata.
"Maafkan aku Syifa, aku datang tanpa memberi kabar. Aku, hanya rindu dengan pesantren ini jadi aku datang.
"Dan... aku juga merindukanmu."
Mataku seketika membulat setelah mendengar ucapan Raihan. Dia memang selalu bisa saja membuat hatiku berdegup kencang. Lihat! Bahkan sekarang dia hanya terus tersenyum.
"Aku pamit dulu. Ada pekerjaan pagi ini, assalamu'alaikum..." Raihan pun pergi meninggalkanku.
Sang surya sudah mulai muncul dari ufuk timur. Dengan cahayanya yang sejuk, berhasil membuat wajahku kembali menjadi hangat. Ya Allah, aku tidak bisa berhenti berharap pada-Mu. Maafkan sholatku tadi yang kurang khusyuk. Namun di atas sajadah itu, ada harapan dan air mata yang aku luapkan pada-Mu.
💚💚💚
Alhamdulillah, jangan lupa baca Qur'an hari ini😇
Btw inget yah, cerita ini bukanlah cerita yang wajib dibaca. Tetapi hanya dalam waktu senggang saja yah. Tetap jadikan Al-Qur'an sebagai prioritas utama kalian yang harus setiap hari dibaca!
Salam dari serlinart😘
Wassalamu'alaikum warrohmatullahi wabarokatuh..
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Timur Dan Barat [END]✔
RomanceSeperti kisah cinta Zainab Binti Rasulullah, yang mencintai seseorang berbeda keyakinan dengannya. Namun, atas izin Allah, pada akhirnya mereka bisa disatukan. Aku pun berharap bisa seperti itu. Ketika mencintaimu, aku harus berjuang melawan kehend...