#22. Masalah Raihan

1.5K 161 0
                                    

Ali mendengar kabar kalau ayah Syifa sudah kembali dari tanah suci dalam melaksanakan ibadah umrah. Ali sesegera mungkin datang ke rumah Syifa untuk menyambut kedatangan ayah Syifa. Ali mengendarai mobilnya dan tidak lama sampai di rumah Syifa. Ali langsung turun dari mobilnya dan menghampiri umi Syifa yang saat itu ada di luar.

"Assalamu'alaikum," ucap salam Ali kepada umi Syifa dan lalu menjabat tangannya.

"Wa'alaikumsalam..."

"Umi, saya dengar Abah sudah pulang dari umrah?" tanya Ali.

"Iya, Abi baru pulang tadi pagi jam dua," jawab umi Syifa.

"Alhamdulillah. Bagaimana keadaannya?" tanya Ali kembali.

"Alhamdulillah. Baik-baik saja."

"Hmm, sekarang Abi dimana?" Ali nampak menoleh untuk melihat keadaan sekitar yang sepi.

"Di ruangannya mungkin."

"Baiklah, saya permisi umi. Assalamu'alaikum."

Ali bergegas pergi menuju ruangan Pak Kiyai. Ali tahu jelas kenapa kedatangannya tiba-tiba seperti ini. Ya, semua dikarenakan demi Raihan. Ali sudah mulai takut kalau identitas Raihan mulai diketahui Pak Kiyai.

Sebenarnya yang saat itu mendengar pembicaraan Alif dan Raihan adalah Gus Ali. Dia tidak sengaja mendengar ketika hendak masuk ikut untuk bicara dengan mereka. Namun karena mendengar hal itu dari mereka, Ali jangan mengurungkan niatnya dan pergi begitu saja.

Meskipun dihati Ali ada rasa cemburu yang begitu besar karena mengetahui Raihan mencintai Syifa, apa boleh buat? Ali juga tahu kalau Syifa mencintai Raihan juga. Dan Ali tidak ingin egois akan perasaannya dan tidak ingin membuat Allah murka hanya karena perasaan cinta semata.

Setibanya di sana, Ali segera berniat masuk. Namun, sudah terlihat di balik jendela, kalau ada Raihan di sana. Tanpa rasa takut apapun, Ali segera masuk ke dalam untuk menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum!" Seluruh mata mulai menatap kearah Ali yang semakin mendekat.

Di sana, Ali melihat tatapan Raihan yang penuh kekhawatiran di wajahnya. Ali semakin mendekat kepada mereka. Raihan terlihat hanya duduk diam di kursi ruangan itu. Sedangkan Pak Kiyai juga diam dengan wajah keseriusannya.

"Maaf Abi, Ali sudah mengganggu-"

"Tidak apa, mari ikut duduk!" Ali terkejut karena Kiyai menyuruhnya untuk duduk di sebelah Raihan. Ali pun menuruti perintahnya dan ikut duduk.

"Ali, apa Kamu sudah mengenal dia?" Ali hanya menatap Raihan setelah diberi pertanyaan.

"Iya, aku sangat mengenalnya," jawab Ali.

"Alhamdulillah. Ternyata dia santri baru di sini."

Raihan masih terus membuang pandangannya jauh, dia tidak mengubris obrolan Kiyai dan Ali.

"Hanya, dia pasti belum melakukan test saat pertama masuk. Iya, kan?" pertanyaan Kiyai berhasil membuat Raihan Ali terkejut bersamaan.

"Tidak! Dia sudah melakukannya, Ali yang menemaninya saat itu." Raihan terlihat bingung mendengar ucapan Ali. Raihan merasa Ali seperti membelanya lagi.

"Oh, jika sudah berarti kamu sudah sepenuhnya menjadi santri di sini. Alhamdulillah!"

Raihan dan Ali hanya terdiam sambil menunduk, suasana begitu canggung di sini.

"Abi, mohon maaf saya dan Raihan ada urusan sebentar. Kami izin permisi."

Ali langsung mengajak Raihan keluar dan membawanya jauh dari sini. Setelah cukup jauh dari tempat tadi, Ali kembali memasang raut wajah datar.

Antara Timur Dan Barat [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang