#21. Pertemuan yang tidak diinginkan

1.4K 158 0
                                    

Hati Syifa mulai berkecamuk tidak karuan. Entah sosok siapa yang berada di belakangnya yang pasti dia mulai merasa ketakutan. Perlahan Syifa menoleh kebelakang untuk memperjelas pandangannya secara perlahan. Dan akhirnya, yaitu sosok seseorang yang sedang Syifa cari-cari sejak pagi, dia adalah Raihan.

Raihan pun mendekat kepada Syifa dan menatapnya dengan bingung, sedangkan Syifa hanya bisa terdiam. Namun sebenarnya, dihati Syifa sekarang ada rasa gelisah dan kekhawatiran yang mendalam mengenai Raihan.

"Syifa, kamu cari aku?"

Perlahan tapi pasti, Syifa mulai gugup untuk mengatakan yang sebenarnya. "Kamu harus pergi ... Sekarang Raihan."

Raihan lantas kebingungan dengan ucapan Syifa, "Kenapa? Bukankah kamu masih mengizinkanku di sini?"

Syifa menarik nafasnya yang mulai tersengal, "Tidak Raihan, ini sudah waktunya kamu pergi. Ayahku besok akan pulang."

"Lalu?"

Syifa mengangkat kepalanya menatap Raihan lekat, "Apa kamu tidak takut?"

"Kenapa harus takut? Aku akan menghadapinya. Dia kan ayah dari putri yang kucintai."

Syifa perlahan mengatur nafasnya, "Raihan, kamu jangan bercanda. Aku serius!"

"Aku bisa lebih serius!"

Seketika tatapan mereka berubah menjadi begitu sangat serius. Suasana malam yang terasa dingin, menjadi sangat panas karena perdebatan mereka.

"Iya, aku akan pulang hari ini."

Mata Syifa pun membulat sempurna karena mendengar perkataan Raihan yang cukup mengejutkan hatinya.

"Ta- tapi, kamu bilang ...."

"Tidak Syifa, aku tidak mungkin membiarkanmu gelisah."

Mendengar ucapan Raihan, Syifa merasa hatinya mulai lega. Meskipun memang sakit karena akan kembali berjauhan, numan bukankah itu lebih baik daripada terus berdiam disini tapi tersakiti?

"Kita akan bertemu lagi, nanti," ujar Syifa lemah lembut.

"Katakan, jam berapa ayahmu pulang?" tanya Raihan.

"Jam 2 pagi nanti."

Raihan mengangguk, "Aku akan pergi sekarang."

Raihan hendak melangkah pergi tetapi langkahnya terhenti karena Syifa menahannya, "Maafkan aku."

Perlahan Raihan membalikkan tubuhnya, "Aku yang seharusnya minta maaf. Maafkan aku."

Syifa pun membiarkan Raihan pergi.

Sepeninggal Raihan, Syifa terisak sendirian. Bulir bening mulai turun menembus pelupuk matanya sehingga membuat bendungan kecil dimata indahnya.

"Mencintaimu kenapa sesakit ini?" Syifa hanya bisa menangis.

💚💚💚

Raihan sudah berada di kamarnya, dia terduduk lesuh di samping Alif. Sedangkan Alif sendiri sedang tertidur pulas. Raihan menatap jam tangan yang dia gunakan sudah menunjukkan pukul 00.30. Tidak terasa waktu berjalan secepat itu. Raihan berniat membangunkan Alif, namun dia sedikit iba karena dia sudah banyak melelahkan Alif.

Raihan ikut menidurkan dirinya di samping Alif, mungkin ia hanya akan menunggu tiga puluh menit lagi supaya jam satu nanti dia akan berangkat pergi dari tempat ini. Raihan terus menatap langit-langit atap, sampai tidak sadar bahwa matanya perlahan mulai tertutup.

💚💚💚

Aku berangkat menuju bandara untuk menjemput Abi yang baru pulang dari umrah. Setibanya di sana, aku segera memeluk Abi. Aku sungguh sangat merindukannya. Setelah itu, Abi segera masuk ke dalam mobil. Ada aku, kak Ainun dan umi yang menjembut Abi. Kami pun segera bergegas kembali menuju Pesantren.

Antara Timur Dan Barat [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang