#2. Mulai Berjuang

5.4K 413 15
                                    

Matahari sudah mulai menampakkan sinarnya. Tepat hari ini, aku akan mengawali perjuanganku. Aku akan pergi ke kampus untuk melanjutkan kuliah demi menggapai cita-citaku. Aku mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Negeri Jakarta.

Di ruang makan, sudah ada Umi yang menyiapkan sarapan untuk keluarga. Aku menghampirinya dan langsung membantunya membereskan piring-piring di meja.

"Pagi Umi!"

"Hmm, pagi juga Syifa."

Aku menolehkan kedua bola mataku ke arah kanan dan kiri. Tak biasanya suasana rumah begitu sepi. "Abi sama kakak kemana?"

"Abi dari semalam menginap di pondok karena ada tamu,” jawab Umi.

"Terus kalau kakak?"

"Dia juga menginap di pondok."

Aku mengerti ucapan Umi. Aku langsung mengambil segelas susu putih yang sudah disiapkan oleh Umi untukku. Aku menghabiskan segelas susu putih itu dengan sangat cepat. Lalu aku menaruhnya kembali.

"Umi, Syifa mau berangkat duluan ya. Titip salam sama Abi dan kak Ainun."

"Iya, Fii Amanillah sayang. Semoga Allah memberi kemudahan kepada kamu," ucap Umi sambil mengelus kepalaku.

Aku menyalami tangan Umi dan megucapkan salam. Aku pun segera bergegas keluar rumah dan menuju ke parkiran untuk mengambil motor. Sudah kuputuskan, untuk pergi ke kampus hanya dengan motor ini. Walaupun jarak kampus dari rumahku lumayan jauh, tapi itu tak membuat semangatku padam. Aku segera menarik gas dan langsung berlalu, bismillah...

Aku menikmati setiap hembusan angin pagi yang menerpa seluruh tubuhku. Aku membuka kaca helm supaya angin pagi ini terasa diwajahku. Sekitar 20 menit aku pergi menuju kampus dengan mengendarai sepeda motor hingga akhirnya aku sampai. Aku segera memarkirkan motor dan melepas helm.

Aku turun dari motor dan mulai beranjak untuk menuju ruanganku. Mataku terus menoleh ke kanan, ke kiri, dan atas. Mencari dimana keberadaan ruangan kelas untuk mata kuliah pertama ini. Aku menaiki anak tangga satu persatu, lalu di lantai dua, akhirnya aku bisa menemukan ruangan yang kucari cari sejak tadi.

Aku menatap dalam ruangan itu dari luar jendela, ternyata masih sangat sepi. Aku memilih untuk menunggu yang lainnya saja. Aku pun memilih duduk dikursi yang tersedia di depan ruangan itu. Tak lama, sudah mulai ramai orang-orang berhamburan, seperti sedang kebingungan mencari ruangan mereka. Beberapa sudah ada yang memasuki ruangan itu, aku sudah mulai lega, sebab sudah cukup ramai yang baru datang di ruangan ini. Aku pun memilih ikut masuk dan mencari kursi duduk yang tepat.

Tiba-tiba seorang wanita duduk di kursi yang berada di depanku. Aku tak mengubrisnya, namun dia membalikkan badannya dan menatapku sambil tersenyum.

"Haiii!" Dia menyapaku.

Aku membalas sapaannya dengan senyuman yang sangat hangat.

"Hmm, boleh kenalan enggak? Siapa namamu?" Tanya wanita itu kepadaku.

"Tentu saja boleh! Namaku As-syifa Azzahra. Panggil saja aku Syifa. Kalau namamu siapa?"

"Perkenalkan Syifa, namaku Citra Ayu Lestari. Panggil Aku citra saja yaa!"

Aku mengangguk sambil tersenyum. Begitupun dengan dia. Dia mulai bercakap-cakap tentang dirinya kepadaku, dia kelihatannya sangat baik. Ya, dia sangat ramah dan sopan. Semoga dia menjadi sahabat fii sabilillah, Aamiin Allahumma Aamiin.

💚💚💚

Tidak terasa sudah sampai pada mata kuliah terakhir hingga selesai dan waktunya untuk pulang. Aku segera menuju ke parkiran untuk mengambil motor dan kembali ke rumah. Saat di jalan tiba-tiba motorku kehabisan bensin, aku pun segera minggir ke sebelah kiri untuk mengisi bensin yang kebetulan di bahu jalan ada pom bensin mini.

"Pak, bensin!"

"Iya dek."

Penjual bensin itu pun selesai melayaniku. Saat aku hendak menaiki motorku kembali, tiba-tiba aku bertemu dengan sosok yang pernah kulihat sebelumnya. Seseorang yang datanng ke rumah untuk mengkhitbahku.

“Gus Ali?”

Ya, orang tersebut adalah Gus Ali. Aku baru menyadari ternyata daerah ini dekat dengan rumahnya. Aku hanya bisa terdiam ketika dia tiba-tiba menghampiriku.

“Kamu darimana Syifa?” Tanyanya kepadaku.

“Aku dari kampus. Baru saja pulang kuliah,” jawabku padanya masih dengan perasaan gugup.

“Baiklah, kalau gitu hati-hati di jalan. Saya mau pergi ke masjid,” ucapnya padaku.

Aku langsung mengangguk tanpa membalas lagi dengan ucapan. Dia berlalu pergi meninggalkanku. Aku tak mau berlarut dalam kegugupan, aku pun segera pergi dari tempat itu untuk menuju ke rumah.


💚💚💚

Love you Readerssss💕
Insyaa allah update tiap hari.

Hamasah👐

Antara Timur Dan Barat [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang