Kita sama-sama terluka, kita sama-sama merasakan hancur, namun kita tidak katakan satu sama lain. Kita rahasiakan perasaan mendalam, kita rahasiakan kalau kita tidak bisa saling lupakan. Sebatas kita yang tidak berani, kita yang takut untuk memulai dan takut untuk mengakhiri. Apakah, ini akan jadi takdir kita? Atau kita akan menjadi takdir?
💚💚💚
Waktu begitu cepat berlalu. Baru beberapa hari yang lalu libur panjang setelah UAS, kini sudah mulai masuk kampus kembali seperti biasa. Sungguh, bekas luka dari beberapa hari yang lalu saja belum sembuh, tapi aku harus melewati banyak hal lagi di depan. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku bertemu dengannya suatu hari.
Hari ini adalah wisuda untuk beberapa Mahasiswa. Aku dan Citra melihat kondisi lapangan kampus yang ramai dengan Mahasiwa sedang berfoto wisuda. Satu persatu orang kulihat berada di sana, namun tidak ada orang yang ingin sekali kutemui. Raihan... kemana dia pergi? Kenapa tidak ada di hadapanku sekali saja?
"Syifa lihat! Itu kak Raihan kan?" Aku menoleh kepada Citra yang menunjuk seseorang. Benar, ternyata itu Raihan. Di sana dia sedang mengobrol dengan seseorang yang aku sendiri tidak mengenalnya.
"Ternyata dia bahagia." Ucapku yang terdengar oleh Citra.
"Bahagia dari mana? Aku bisa merasakan kesedihannya," ucap Citra dan itu membuatku bingung.
"Kenapa?" tanyaku padanya.
"Ayahku bilang, dia yatim piatu. Orang tuanya sudah tiada entah sejak kapan. Tapi, dia adalah mahasisa yang sangat pintar, dia sendiri mampu menyelesaikan skripsi dalam satu kali revisi. Kenapa orang hebat seperti dia harus menderita?"
Aku sangat terkejut setelah mendengar ucapan Citra. Aku baru tahu sekali kalau ternyata Raihan mengalami penderitaan hidup yang jauh lebih daripada aku. Selain itu, dia baru saja mengalami penderitaan baru akibat diriku. Oh Allah, aku harus bagaimana/ Aku sangat merasa bersalah.
"Aku ke toilet dulu," ucapku kepada Citra dan segera pergi meninggalkannya.
Rasanya air mataku sudah tidak bisa terbendung lagi, sungguh aku tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya menjadi Raihan. Oh Allah, kenapa harus aku yang dia cintai? Dan kenapa harus sejauh ini rencanamu? Aku tidak ingin berharap lagi, biarkan dia bahagia tanpaku.
💚💚💚
Tittt...
Suara alarm kebakaran tiba-tiba berbunyi dan menghamburkan semua orang yang berada di area kampus. Begitu pula dengan Citra yang baru menyadari kalau Syifa sudah tidak ada di sampingnya.
"Asapnya dari arah toilet!"
Citra sangat terkejut ketika mendnegar teriakan seseorang yang mengatakan kalau api berasal dari toilet. Bukankah Syifa sedang berada di sana? Citra segera berlari ke sana untuk menyelamatkan Syifa. Namun, ketika ingin masuk ke dalam, ada tubuh seseorang yang menghalangi Citra.
"Lepasin! Ada orang di dalam. Syifa ada di sana!" Citra terus teriak.
Orang yang menghalangi Citra untuk masuk adalah Raihan. Raihan sendiri sangat terkejut karena mendengar kalau Syifa berada di dalam.
"Biar aku yang masuk!" Raihan pun masuk ke dalam toilet yang penuh api itu untuk mencari Syifa.
"Syifa!" Raihan masih berteriak.
Setelah membuka pintu toilet satu persatu, akhirnya Raihan dapat menemukan Syifa yang terduduk di dalam toilet dan tidak sadarkan diri. "Syifa!"
Raihan segera membopong tubuh Syifa dan membawanya keluar dengan selamat. Ada lecet sedikit di tangan Raihan karena menyentuh api yang panas, namun itu tidak membuatnya merasa sakit atau apapun. Setelah di luar, Raihan berusaha membangunkan Syifa, namun tetap tidak bisa.
"Syifa!" Citra pun datang.
"Kita bawa ke rumah sakit," ujar Raihan yang kemudian kembali menggendong Syifa dan membawanya masuk ke dalam mobil dikuti dengan Citra.
💚💚💚
Aku melirik ke arah jam tangan yang sudah menunjukkan pukul tiga sore. Setelah kulihat Syifa baik-baik saja di dalam bersama Citra, lebih baik kuputuskan untuk segera pergi. Aku yakin, dia akan baik-baik saja tanpaku. Dia adalah wanita yang kuat, setelah ini dia harus bangkit lagi dan berlarian mengejar layangan yang putus. Bukankah itu indah?
"Kak Raihan? Syifa sebentar lagi bangun, kakak tidak ingin menemuinya?" ucap Citra kepadaku.
"Aku ada urusan jadi tidak bisa menunggunya. Tolong jaga dia baik-baik," balasku padanya.
"Hmm, kak Raihan juga hati-hati."
Mendengar ucapan Citra, aku segera berjalan pergi meninggalkan rumah sakit untuk kembali pulang. Aku menyadari kalau aku baru selesai wisuda, bahkan pakaianku belum kuganti sama sekali. Aku memilih untuk segera pergi, masih banyak hal lain yang harus kulakukan hari ini.
Selama di mobil, pikiranku terus jatuh pada dia yang harus aku lupakan. Kenapa rasanya tidak bisa seharipun untuk tidak memikirkannya? Disaat pertama kali aku jatuh cinta, disaat yang sama juga aku harus berpisah. Apakah aku tidak seberuntung itu dalam cinta?
Aku menjalankan mobilku sangat cepat sekali sampai tidak menghiraukan keadaan sekitar yang ramai banyak orang-orang. Sampai aku tersadar hampir saja aku menabrak pengendara lain karena di depan ada macet.
Ciiittt!
Arghh! Kenapa aku semarah ini? Apa ini amarah atau kecewa? Aku sungguh tidak bisa menahan air mata yang perlahan jatuh diwajahku. Kenapa harus aku yang mencintaimu? Kenapa harus ada perasaan ini, kenapa?
Aku telah mematahkan hatiku sendiri dan mematahkan hatinya pula. Aku telah membuatnya menderita! Aku sudah menghancurkan harapannya! Aku laki-laki bodoh! Pantaskah jika suatu saat nanti aku merindukannya? Syifa ... Aku masih mencintaimu ...
💚💚💚
Kasian Raihan:(
Jangan lupa baca Qur'an hari ini:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Timur Dan Barat [END]✔
RomanceSeperti kisah cinta Zainab Binti Rasulullah, yang mencintai seseorang berbeda keyakinan dengannya. Namun, atas izin Allah, pada akhirnya mereka bisa disatukan. Aku pun berharap bisa seperti itu. Ketika mencintaimu, aku harus berjuang melawan kehend...