Bab 2

11.1K 820 58
                                    

Ghania memejamkan matanya, meresapi cita rasa dark coklat yang cenderung pahit. Dia suka pahit-nya coklat dibandingkan kopi, tetapi mencobanya sesekali bersama sang pacar tidak masalah juga. Apa yang Azri sukai Ghania berusaha menyukai-nya begitu sebaliknya.

Mungkin karena itulah hubungan keduanya terus saja langgeng, setiap perbedaan yang ada entah itu pada Ghania atau Azri, mereka berdua berusaha menyatukannya. Ya kalau dihitung dari seberapa keras perjuangannya, jelas Azri yang paling besar.

Ghania itu kekanak-kanakan, suka menang sendiri, maka dari itu sebagai pelengkap hidup-nya hanya Azri lah yang bisa mengertinya. Perbedaan umur mereka terpaut jauh sekitar 4 tahunan--tidak masalah bukan.

Satu notifikasi masuk dari ponselnya membuat perhatian Ghania mentap bintang di langit teralihkan. Dia menjilat sisa coklat yang menempel di jarinya sebelum mengambil ponsel-nya di atas meja.

Hm sudah kuduga, batin Ghania. Ini pesan dari pacarnya.

My boy
Kenapa masih di balkon malam-malam begini? Masuk Ghania, jangan terlalu lama di luar nanti kamu bisa masuk angin.

Isi pesan itu membuat Ghania menggeleng-nggelengkan kepalanya heran, dia itu selalu tahu keberadaannya seperti cenayang saja. Bedanya mungkin Azri cenayang kesayangannya.

Tangan Ghania dengan terampil mulai membalas pesan pacarnya penasaran,

For: My boy
Kamu nih suka banget bikin aku penasaran ya, tau dari mana coba aku di balkon hm?

Ghania menunggu balasan pesan dari Azri sambil membaca novel kesayangannya, jelas kesayangan karena Azri sendiri yang memberikannya dua minggu lalu. Ceritanya sangat menarik, tentang laki-laki bertempramental tinggi yang mencintai gadis pendiam.

Baru saja ingin meresapi lebih dalam cerita ini. Ghania sudah dikagetkan dengan bunyi ponselnya yang menandakan panggilan masuk, ternyata pacarnya menelfonnya. Dengan senang hati Ghania menerimanya.

"Halo," jawab Ghania duluan.

Ghania mengernyitkan dahinya saat tidak kunjung mendapatkan jawaban di seberang sana, mungkin kah pacarnya hanya ingin mengerjainya saja? Tidak mungkin, Azri bukan tipe lelaki semacam itu. Tetapi detik berikutnya Ghania dikejutkan dengan suara jerita seseorang... perempuan.

Jangan-jangan? Pikiran negatif mulai menyeruak masuk ke dalam kepalanya.

"Halo!" Tanpa sadar Ghania mulai membentak. Dia merasa tidak tenang.

"Ah Ya hallo Ghania, maaf lama aku tadi sedang mengusir hama... ah maksudku mengusir kucing tetangga sebelah," jawab Azri akhirnya di seberang sana.

Kucing tetangga sebelah? Yang Ghania dengar tadi suara perempuan menjerit, masa iya kucing bisa menjerit. Dua tahun pacaran dengannya baru kali ini Ghania merasa curiga.

"Kucing? aku tadi dengar suara perempuan loh. Kamu ngga coba bohongin aku kan," ucap Ghania memastikan, tidak sadar tanggannya mulai meremas ponselnya erat.

Ghania mendengar di seberang sana Azri terkekeh, kekehan yang membuatnya tambah curiga.

"Tidak sayang, perempuan mana yang mau mendekati laki-laki sangar kaya aku ini? Cuman kamu aja yang mau sama aku."

Terdengar jujur, mau tak mau membuat Ghania sedikit percaya dan tersipu malu. Siapa yang tidak mau sama pacarnya? Dia ganteng kok, model terkenal juga, sukses lagi.

"Ya sudah kamu masuk kamar sana. Udah malam besok kamu harus sekolah, mungkin saja jeritan yang kamu dengar itu hantu wanita di apartemenku," kata Azri menakut-nakuti dan sukses membuat Ghania merinding.

Buru-buru dia masuk ke kamar,menutup pintu kaca balkon dan tidak lupa menutup jendelanya dengan tirai pula.

Astaga Ghania merasa ketakutan!

***

Di sisi lain selepas terputusnya sambungan telepon secara sepihak di seberang sana. Azri yang semula berada di balkon kembali memasuki kamarnya dengan tangan kanan membawa benda runcing panjang dan tajam.

Urusannya membereskan hama atau kucing, ah terserah! Belum selesai.

Dia berjalan seperti pemburu yang sedang memangsa ke arah perempuan yang kondisinya saat ini sangat mengenaskan di lantai. Terikat dan berantakan.

"Cih menjijikan, gara-garamu gadisku curiga dan gara-garamu juga aku tidak sengaja menelfonnya. Sekarang sebaiknya aku apakan dirimu?"

Azri meremas dagu perempuan di depannya.Wajah ayu-nya terlihat samar-samar, tidak sesempurna tadi. Kebanyakan lebam dan sedikit luka goresan yang menghiasinya. Melihat itu laki-laki dengan tato-nya tersenyum miring,

Berani mengodanya, ini lah balasannya.

Wanita di depannya menggeleng lesu sambil menahan perih di sekujur tubuh-nya, kondisinya saat ini antara hidup dan mati. Kalau saja dia tahu laki-laki ini tidak waras sudah pasti wanita itu akan menjauhinya. Sial!

"Le-le-paskan aku, aku janji tidak akan mengodamu lagi. Aku janji tuan." Wanita itu memohon sangat.

Tentu saja tidak semudah itu Azri melepas mangsanya. Tetapi mungkin dia saat ini sedikit memiliki kebaikan hati, efek dari suara gadis-nya yang terus saja terngiang-ngiang di telinganya.

Mengangguk Azri mulai mendekatkan dirinya lebih rendah lagi sejajar dengan wanita mengenaskan ini, "Baik aku akan melepaskanmu. Tapi bagaimana jika aku membuatmu tidur terlebih dahulu. Ah maksudku tidur dengan cepat." Tidak perlu menunggu jawaban, dengan cepat dan tidak berperasaan Azri mulai menyuntikkan cairan yang akan membuat mangasanya hilang ingatan dan yang paling mengenaskan lagi adalah mengalami kelumpuhan.

Melihat wanita di depannya seketika lemas tidak berdaya dengan mata tertutup membuat Azri tertawa puas. Obatnya bekerja dengan sangat cepat.

Azri membopong wanita itu ke dalam mobilnya dan mulai membawanya ke arah hutan.

Jarak dari apartemen menuju hutan membutuhkan waktu yang lumayan lama sekitar 1 jam, tetapi berkat bantuan mobil kesayangannya Azri bisa cepat sampai pada tujuan.

Sesampainya... di turunkannya wanita itu terongok di pinggir jalan, untung saja dia selalu memakai sarung tangan jadi sidik jarinya tidak akan terlihat.

"Melelahkan." Azri sempat menendang tubuh mengenaskan wanita itu sebelum memasuki mobilnya dan menjalankannya meninggalkan lokasi tersebut.

Inilah Azri yang sebenarnya, di balik kesuksesannya dia psycho.

Masalah tadi dia tidak suka saat tubunya disentuh orang lain, pengecualian untuk Ghania. Wanita itu menyentuhnya dan berusaha menggodanya di tempat pemotretan tadi, beruntung otaknya yang cerdik membuatnya membiarkan wanita itu mengikutinya sampai apartemen. Dan di situlah peluangnya, Azri mulai bereaksi, menyiksa wanita itu dengan alat-alat kesayangannya.

Yang tahu dia begini hanya dirinya, tidak Ghania tidak juga yang lainnya. Azri menyimpan rapat ketidaknormalan ini.

-Done revisi-


Iya suka yg psycho akutuh:')

I hope you like this part.
This is my first story guys, forgive if there are still a lot of mistakes.

Aku masih dalam tahap belajar✌

Up di jam 23.30 WIB

16-06-2019

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang