Bab 38 (END)

8.2K 307 16
                                    

Pagi ini Ghania sudah lebih baik, badannya masih lemas sih, tetapi pikirannya sudah kembali baik, cuman ya pusingnya dikit masih ada. Badannya juga tak lagi menggigil. Tetapi tetap saja, dia tidak diperbolehkan berangkat ke kampus.

Malah, yang tidak menyangkanya adalah, pagi ini. Tanpa mandi, cuman cuci muka saja. Ghania sudah di pakaikan Ibunya long dress dengan lengannya yang juga panjang. Walaupun kedua bahunya terbuka, menurut Ghania pakaian ini lebih cocok untuk baju tidur saja, jujur Ghania tidak menyukainya. Teralu gerah untuk Ghania pakai! Tetapi untuk warnanya oke lah. Biru laut, Ghania cocok hanya dengan warnanya.

Tidak cukup dengan itu, Ghania di pakaikan make up tipis ala-ala anak muda jaman sekarang yang mukanya di glowing-glowingin gitu. Ghania bahkan ke kampus dandan tidak begini amat, lebih tepatnya malas karena lebih enak tampil natural dari pada menor tidak karuan.

"Ibu tega ih, ngajak Ghania kondangan pas lagi sakit-sakitnya gini," protes Ghania.

Beliau memlototi Ghania, apa katanya, "Kondangan, ngawur kamu. Diem aja, nanti juga tau," sewot beliau.

Ok baiklah, Ghania cukup nurut aja. Entah kumat apa Ibunya sampai mengajak Ghania pergi memakai baju baju begini, make up-an dan terakhir..

Ghania menatap horor sesuatu yang di pegang Ibunya, beliau nyengir bak nenek sihir. "Ayo, sayang pakai," suruh Ibunya, Ghania menggeleng histeris.

Tidak mau! Gadis itu tidak bisa memakai sepatu ber-hak tinggi itu. Kalau jatuh? Keselo? Alamat kaki Ghania bisa patah. Gadis itu mundur bak undur-undur, tubunya berbalik hendak lari.

Tetapi karena Ibunya sudah menghadang pergerakannya, Ghania terjebak. Ingin nangis histeris saat dengan paksa beliau memakaikannya sepatu itu hingga Ghania terjembab di atas kasur.

"IBU, NGGA MAU!!"

"HAHAHA!! Pakai."

*****

Ghania berjalan terserok-serok, matanya ditutupi kain. Pelakunya tak lain Ibunya, Ghania berpegangan pada lengan Ibunya kuat. Hampir mencengkram, karena serius deh dia takut terkilir. Kakinya yang memakai sepatu berhak tinggi ini membuatnya susah jalan.

"Aduh, jangan cengkram ibu dong. Sakit, Ghania!" protes beliau, yee... ide siapa Ghania diginiin.

Tak berapa lama langkah keduanya terhenti. Ghania merasakan Ibunya melepas pegangan tangan Ghania pada lengan beliau. Ghania panik, enggan melepaskannya begitu saja. "Ibu! Jangan dilepas, Ghania takut jatuh!" ucap Ghania histeris.

Ibu Ghania tersenyum tanpa Ghania tahu, beliau mengusap sisi kepala putrinya sebelum mengecup pipi kanan dan kirinya secara bergantian. Tanpa sadar, beliau menitikan air matanya haru. Tak terasa, putrinya tumbuh dewasa dengan cepat. "Ghania tidak perlu takut jatuh lagi, karena akan ada yang memegangmu kuat sampai jatuhnya kamu hanya pada titik kebahagian saja." Setelah mengatakan itu beliau menyingkir.

Ghania merasakan tidak ada orang disekitarnya, sampai pada detik selanjutnya ada hawa panas mendekatinya. Gadis itu terkesiap saat merasakan benda kenyal menempel pada keningnya lama.

Tangan Ghania spontan memegang sesuatu di depannya, mencengkramnya, rasanya Ghania sedang meremas kemeja seseorang.

"Ghania," suara bass, itu seketika membuat Ghania teringat si pemiliknya. Gadis itu penasaran, tanpa bisa dicegah tangannya ia larikan ke belakang kepalanya. Ingin membuka kain yang menutupi matanya.

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang