Bab 8

8.2K 577 33
                                    

Kala sinar matahari sudah terlebih dahulu menyorot masuk ke dalam kamar, dua insan berbeda jenis kelamin yang sedang tidur saling berpelukan kini sama sekali belum bangun, terusikpun tidak. Mereka berdua larut dalam kenyamanan.

Ghania melenguh geli saat dirasa lehernya bersentuhan dengan sesuatu yang kasap menusuk-nusuk kulit. Hembusan panas juga turut menyertainya. Sebenarnya apa sih ini? Menganggu tidurnya saja.

Masih dengan mata terpejam gadis itu berusaha menyingirkan apapun penganggu tidurnya dengan mengibas-ibaskan tangannya kesamping kiri. Bukannya berhasil disingkirkan malah kini sesuatu itu tambah mengusel lebih dalam ke lehernya.

Perlahan tapi pasti kedua kelopak mata Ghania berusaha terbuka, gadis itu melarikan matanya ke samping kirinya dan yang pertama kali Ghania lihat adalah rambut hitam legam milik seseorang, mengucek matanya Ghania berusaha mempertajamkan pengelihatannya. Tidak salah lagi benar ini kepala seseorang!

Dia juga baru sadar ternyata tubuhnya sedang dipeluk tangan kekar dan bertato milik---siapa lagi kalo bukan Azri. Seketika Ghania sadar, ternyata semalaman dia benar tidur disini.

Menepuk jidatnya lumayan keras membuat si empunya meringis sakit Ghania berusaha menyingirkan tubuh Azri yang masih setia mendekap tubuhnya, susah payah dan sama sekali tidak membuahkan hasil. Azri malah semakin erat memeluknya.

Maunya apa sih!

"Mas awas deh Ghania mau bangun juga," tukas Ghania.

Azri tersenyum jahil, sebenarnya sudah dari tadi sebelum Ghania dia sudah terbangun, sayang sekali meninggalkan momen berpelukan ini.

Masih dalam posisi lumayan intim seperti ini Azri menjawab, "Sayang mas masih mengantuk, tidur lagi aja dulu nanti mas bangunin kalau sudah siang hm," ucapnya mencoba memberi pengertian.

Entah kenapa suara serak milik pacarnya itu terkesan sangat seksi, mungkin efek bangun tidur kali ya. Ghania berdehem melonggarkan tenggorokannya yang sempat terasa mengganjal, duh benar loh dia merinding juga dengernya.

"Mas serius deh nanti Ghania bisa di omelin ibu kalau ngga pulang-pulang. Ngertiin dong ah, kemarin Ghania belum sempat ijin juga." Ghania berkata jujur, benar dia lupa memberi kabar ibunya beralasan mendadak kerja kelompok. Ghania ketiduran sebab terlalu lelah membawa berat tubuh milik pacarnya sendiri. Mana mungkin Azri itu sadar siapa yang membawanya ke dalam kamar ini.

Ah ya, ibu tua itu sungguh membuat Azri muak juga. Terlalu overprotektif terhadap anaknya padahal sudah besar. "Ya sudah mas antar kamu pulang sekarang tapi ada sesuatu yang mau mas bicarakan dulu sama kamu. Ingat mas masih marah sama Ghania." Azri melonggarkan pelukannya, laki-laki dengan hanya memakai celana ketat di pingganya beranjak dari kasur.

Melihat pemandangan itu otomatis Ghania menutup matanya dengan kedua tangan sekaligus, benar-benar! Tidak tahu kah dia Ghania merasa malu di pertontonkan hal itu. Sejak kapan pula Azri berubah hanya memakai celana ketat tanpa baju? Wah, wah laki-laki itu benar terlihat sangat menggoda dan liar, eh.

Tentu saja Azri merasa lucu, gadis manis-nya ini merasa malu ya? Hm. "Ada apa sayang? Buruan kamu siap-siap malah tutup muka segala. Ibumu sudah menunggu kehadiaran anak kesayangannya di rumah loh," katanya berusaha menggoda.

Ghania yang sedang bersandar di kepala kasur menjawab dengan suara terendam, "Ih mas duluan aja deh sana, itu tuh ngotorin mata aja pagi-pagi. Hus... hus sana deh."

Azri tertawa benar-benar lucu gadisnya ini, sudah cukup menggodanya laki-laki itu kemudian melenggang pergi ke kamar mandi tapi sebelumnya sempat mencium kening Ghania mesra.

Mendengar suara keran air menyala Ghania baru berani menurunkan kedua tangannya, gadis itu mengusap jidatnya yang tadi sempat di cium lama Azri. "Itu benjolan di tengah, gede keliatan banget astaga. Apa sih itu?"

*****

Dua anak manusia berbeda gender itu masing-masing sudah duduk di dalam mobil, mereka berdua sudah tampil rapi dengan pakaian bersih dan berbeda dari sebelumnya tentu dengan Ghania yang hanya memakai sweeter kebesaran milik laki-laki disebelahnya.

Kedua tangan Ghania saling meremas, tiba-tiba saja jantungnya berdetak tidak karuan. Yang pacaranya ini mau bicarakan kiranya apa? Ghania takut, takut jika benar dugannya dia mau diputuskan. Oh jangan! Ghania sudah terlanjur jatuh terlalu dalam, bagaimana nanti dengan hatinya?

Tangan Azri yang semula meremas setir kini beralih mengusap rambut halus gadis-nya sekaligus mengusap bulir keringat yang keluar dari jidat gadisnya. Azri sangat tahu Ghania ini sedang khawatir, terbukti dari kerutan di dahinya.

"Ghania, ghania tahu kan Mas sayang, ralat--- sangat mencintai Ghania," ucap Azri kemudian, laki-laki itu berusaha bicara sepelan mungkin supaya tidak terjadi kesalah pahaman lagi, sudah cukup kemarin saja.

Otomatis Ghania menganggukan kepalanya, "iya mas Ghania tahu Ghania salah maa---

"Husst dengerin mas ngomong dulu ya," selanya.

Menghembuskan nafasnya pelan Azri mulai melanjutkan, "Mas sangat mencintai Ghania, sangat. Jadi yang terjadi kemarin terhadapmu itu benar-benar membuat mas marah, marah karena mas tidak ada pada saat kejadian itu. Mas minta maaf," sesalnya, mata laki-laki itu kini berkaca-kaca. Katakanlah dia lemah, lemah jika sudah menyangkut Ghanianya.

Ghania menggelengkan kepalanya, Azri tidak seharusnya merasa bersalah. Dia saja yang ceroboh tidak bisa berhati-hati menjaga tubuhnya sendiri. "Mas jangan bilang begitu, Ghania yang salah kok, Ghania ngga bisa jaga diri baik-baik. Yang Ghania pikirkan saat itu hanya ingin bukunya cepat sampai ke tangan Ghania tapi nasa malah Ghania jatuh dan keseleo untung aja rak buku yang tadinya mau jatuh nindih Ghania Singg--

Ghania kaget! Belum sempat menyelesaikan perkataannya bibirnya sudah dibungkam dengan benda kenyal penuh milik Azri. Dia menciumnya di dalam mobil, astaga! Bisakan bilang-bilang dulu Ghania kan belum siap. Ghania tertawa di dalam hati, suasana sedih tadi berubah menjadi adegan mesum dan membuat dua insan itu menikmatinya. Sangat. Jujur karena terbiasa begini, Ghania jadi merindukannya.

Azri melepaskan bibirnya saat dirasa Ghania kehabisan nafas, sengaja dia membungkam bibir gadisnya karena hendak menyebut nama bocah ingusan yang membuatnya cemburu.

Dengan nafas sedikit terengah Azri mengusap bibir bawah gadisnya yang mengkilap. "Jangan sebut nama laki-laki itu lagi, mas tidak mau mendengar Ghania menyebut nama selain Azri mengerti."

Sangat mengerti, Ghania memang baru sadar pacarnya ini memang memiliki kadar cemburan yang terlalu.

"Jadi mas ngga putusin aku kan?" Ghania bertanya memastikan, takutnya sudah kembali baik-baik seperti ini tiba-tiba Azri lupa mengucapkan kata putus.

Laki-laki dengan jaket kulit hitam miliknya tertawa keras, bahkan sudut matanya pun ikut mengeluarkan sedikit air mata. Jadi yang membuat gadisnya khawatir tadi takut jika diputuskan olehnya? Yang benar saja, mana mungkin dia mengucapkan kata laknat itu! Tidak akan pernah terjadi!

"Astaga! Hahaha mana mungkin sayang, sudah jangan pernah kamu berpikiran seperti itu. Lebih baik pikirkan bagaimana caranya mas menghadapi amukan ibumu nanti hm. Doakan saja tidak apa-apa."

Dan Ghania baru tersadar kembali, iya juga alamat nanti dia bakal dimarahin habis-habisan oleh ibunya. Astaga jangan sampai nanti malah ibu-nya yang menyuruhnya untuk putus dengan Azri. Ghania tidak mau!

-Done revisi-

Up kembali, 1068 words gilaaee banyak kan! Asli cerita ini sekali up freshh kek ikan di laut bedanya ini dari pemikiranku!

Serius dah sebenernya udh males beugett lanjutinnya entah kenaWhy:v mungkin sebab mood ya bener-bener ancurrr!

Tapi thanks buat thaaa!!! Komen thaa cepet laa!

Wkwk dia selalu nyemangatin aku hiks, bikin moodku membaik, bikin hari-hariku baik:') lop thaaa

Plis kalo kalian bener-bener menghargai cerita ini vote dan komen yaw:)

So sekian bacotan w wkwk

Tbc

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang