Bab 15

6.3K 451 24
                                    

Kemarin malam sepulangnya dari festival makanan besar-besaran Ghania dibuat keteteran dengan rengekan Azri yang lebih mirip rengekan bocah umur 3 tahun. Katanya gatal, katanya ingin ditiup-tiup wajahnya, ingin di elus-elus hingga si empunya ketiduran dan paling menjengkelkannya lagi tidak hanya wajah Azri yang terserang bentol-bentol merah ternyata seluruh tubuhnya pun mengalami hal serupa. Ralat dibagian atas tubuh Azri dan dibagian kakinya. Ghania hanya melihat itu, sungguh.

Gemas sekali Ghania terhadap Azri ini, sudah di obati minta-nya lebih-lebih terus seperti mengecupi seluruh permukaan wajah laki-laki itu. Woy! Ghania takut juga bibirnya tiba-tiba bentol-bentol merah.

Ini salahnya juga sih, Azri begitu sebab memakan sate ayam yang ia berikan---fokus pada bumbu kacangnya, ternyata Azri alergi dengan hal yang berbau kacang. Kenapa tidak bilang saja sih! Ghania kan jadi merasa bersalah sekali.

"Sayang! Kamu dimana?"

Teriakan yang asalnya dari atas kamar sana membuat Ghania memejamkan mata jengah, maunya apa sih si Azri itu?

Meletakan semacam salad dan jus yang ia barusan buat, Ghania meninggalkan masakannya di atas meja makan, tidak hanya itu saja yang Ghania masak. Ada sup ayam, nasi dan terakhir tempe dan tahu goreng. Hanya ada bahan itu didalam kulkas.

"Darimana saja sih kamu? Udah dibilangin jangan kemana-mana sebelum bentol-bentol yang ada di tubuh mas ini hilang ya. Ghania harus tanggung jawab."

Baru saja ditinggal sebentar Azri sudah mengomel saja, Ghania ini jadi malas kalau pacarnya kenapa-napa. Baru alergi nanti kalau beneran sakit yang lebih parah dari itu... semoga saja jangan sampai, Ghania hanya menebak-nebak saja pastilah dia terkurung satu kamar dengan Azri tanpa boleh melangkahkan kakinya keluar. Amit-amit jangan sampai!

Tidak memperdulikan omelan pacarnya, Ghania menyibak selimut yang menutupi tubuh bagian atas Azri yang ter-ekspos bebas. Laki-laki itu hanya menggunakan celan turun pingganya yang ketat, kebayang bagaimana grogi dan malunya Ghania tidur satu ranjang dengannya. Iya satu ranjang!

"Sayang! Mas masih bentol-bentol gini, kamu tega biarin mas--

"Sst! Kalau mau alasan seharusnya mas lihat dulu keadaan, bener ngga sih alergi mas masih ada?"

Ghania bersedekap dada menunggu respon Azri selanjutnya. Dan benar laki-laki itu menyengir bak kuda kala melihat tubuhnya yang tak lagi bentol-bentol merah.

Azri merutukki dirinya sendiri! Duh! Kenapa bisa bentolnya secepat itu hilangnya, Azri kan jadi tidak punya lagi alasan untuk terus berduaan dengan Ghania.

"Jadi gimana? Masih belum sembuh juga? Apa mau ditambahin lagi biar mas bisa modus-sin aku semalaman di kamar hm?" Ghania berujar geli.

Azri mengangguk setuju. "Hm boleh juga sih."

Mendengar itu Ghania melotot tidak suka, mengambil bantal yang ada didekatnya gadis itu memukul pacarnya yang sedang bersandar di kepala ranjang.

"Haha... ampun sayang mas hanya bercanda hm Ghania sayangku jadi kesel gini sih haha....." Bukannya marah justru Azri tertawa sangat keras, geli saja melihat ekspresi Ghania dengan bibir yang mengerucut serta kedua pipi gembulnya yang mengembung marah. Lucu sekali! Azri jadi ingin hm...

"Mas Azri ih!" Ghania terpekik kaget, sedang asik-asiknya memukul sang pacar tiba-tiba tubunya tertarik ke depan jadilah sekarang posisinya Ghania menindihi Azri.

Dari jarak sedekat ini Azri bisa merasakan nafas panas Ghania yang menerpa seluruh wajahnya, membuatnya terlena hingga memejamkan kedua matanya, tersenyum nikmat Azri meresapinya.

Ghania bingung, pacarnya ini kenapa? Sudah merem tersenyum pula, atau jangan-jangan Azri kemasukan jin yang ada disini lagi! Hii... ngeri.

Menepuk kedua pipi pacarnya Ghania berusaha menyadarkan Azri. "Mas! Mas ini kenapa sih? Mas woy jangan gini ih Ghania jadi takut."

Bukannya sadar justru Azri tertawa terbahak-bahak, senang sekali dia mempermainkan Ghania, sekali-kali boleh lah membuat gadisnya khawatir.

Dan pada detik selanjutnya Ghania sudah menangis histeris, ketakutannya tidak dapat terelakkan, sungguh Ghania ini tidak suka hal-hal berbau mistis seperti ini. Bingung tepatnya.

Kedua mata Azri langsung saja terbuka mendengar itu, serius dia ketakutan? Astaga! Dia memang sudah kelewatan.

"Hey hey sayang mas hanya bercanda hm sayangku jangan menangis ya, mas minta maaf."

Azri membalikan posisi keduanya hingga sekarang Ghania terkurung dibawahnya, Ghania diam saja diperlakukan seperti itu. Terserah gadis itu marah karena Azri telah mempermainkannya.

Tidak juga membuat Ghania berhenti menangis Azri melakukan cara seperti mengecup hidung Ghania yang memerah, cukup lama bahkan Azri sempat menjilatnya, kedua pipinya, kedua kelopak matanya lumayan cepat Azri melakukan ini, jidat dan yang terakhir bibir penuh berwarna merah muda natural milik Ghania. Di bagian itu Azri tidak mampu melakukannya dengan cepat, terlalu sayang jika dilakukan dengan durasi yang singkat.

Ghania tidak dapat menolak hal ini lagi, sungguh ciuman Azri ini bisa membuatnya melambung jauh terbang tinggi. Nikmat sekali.

Lumayan lama mereka melakukan hal itu dan Ghania dulu yang menyudahinya walaupun kesulitan karena Azri tidak mau melepaskannya.

Tersenyum sumringah Azri mengelus bibir Ghania dengan jempolnya... yang memerah karenanya. "Sudah tidak marah lagi kan hm? Mas tau Ghania juga menikmatinya."

Ih mas Azri ini! Ghania kan malu, tapi tidak bohong Ghania mengangguk saja. Azri ini memang tahu kelemahannya.

Bangkit, Azri mengulurkan tangannya membantu Ghania berdiri. "Ya sudah mas mandi dulu ya, Ghania turun ke bawah duluan saja nanti mas nyusul," katanya sambil merapikan rambut Ghania yang sedikit acak-acakan.

Ghania mengangguk. "Hm oke, aku tadi udah masak makanan buat sarapan kita. Nanti mas harus makan."

Tanpa perlu diancam seperti itu jelas saja Azri akan memakannya, sampai tandas hingga tak bersisa. "Wah kamu ini pas sekali menjadi calon istri mas ya hm baiklah sayang-nya Azri."

Dan...

Cup!

Buru-buru Ghania meninggalkan Azri, keluar dari kamar setelah dengan berani mengecup bibir pacarnya, membuat Azri menggeleng gemas.

"Ghania... Ghania sungguh apapun yang terjadi nantinya kamu harus menjadi milikku. Huh! Terlalu cinta bisa membuatku seperti ini. Hanya kamu Ghania, kamu yang bisa membuat monster didalam tubuhku tak terkendali."

Mulai nge-bucin lagi si Azri, segini dulu ya besok insyaallah aku bikin panjang lagi word's-nya. Doain aja semoga ide-ku tetep aja ngalir :)

Ojo lali voment-nya kalo bisa hwhwh

Tbc

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang