Bab 13

7.3K 491 51
                                    

Tidak ada yang bisa Ghania lakukan selain menerima Azri kembali menjalin hubungan dengannya. Setelah dipikir-pikir tidak masalah juga, Ghania masih mencintainya begitu pula dengan Azri. Mereka berdua kembali bersatu setelah Azri menceritakan kronologi aksi tampar terhadap ibu-nya itu sebab beliau lah yang memancing emosinya duluan.

Ghania bingung ingin mempercayai pihak mana? Ibu-nya sendiri yang melahirkannya, merawatnya, memberikan segala cinta, kasih sayang, materi dan masih banyak hal besar lainnya. Atau Pacarnya. Entah sekarang jalani saja dulu hubungan ini, lagi. Kalau hal itu sampai terjadi untuk yang kedua kalinya, tentu tanpa pikir panjang Ghania akan langsung memutuskan hubungan ini.

"Sedang apa disitu?"

Ghania berjengit kaget kala tubuhnya tiba-tiba dipeluk dari belakang, buah yang tadi-nya sedang ia cuci ikut terjatuh.

"Jangan ngangetin gitu ih!"

Tubuh gadis itu berbalik, menghadap tepat wajah Azri yang jauh lebih segar dan berseri di pagi hari begini. Iya pagi sebab malam penyelesaian masalah kemarin sudah berganti menjadi pagi-nya yang indah dan cerah. Lihatlah sekarang, dia tidak lagi terikat.

Azri menumpukam kedua tangannya di sisi tubuh Ghania, mengukung Ghanianya dengan posisi sepert ini. "Jangan lakukan apapun Ghania, duduk dan aku akan menyiapkan segalanya." Azri berkata tegas. Dia ingin Ghania menjadi ratunya dari raja Azri Ephraim. Tidak boleh melakukan ini itu tanpa seijin-nya, egois dan Azri tidak perduli akan hal itu.

Dengan tidak malu Ghania mengalungkan kedua tangannya di leher Azri. Tato bergambar puma atau semacam macam tapi mirip kucing ini entah, membuat Ghania bergidig ngeri juga takutnya tiba-tiba hidup dan menggigit tangannya. Makanya supaya gambar hewan itu tidak marah Ghania mengelus-elus tato yang ada di leher Azri.

"Hm jangan larang aku buat ngelakuin ini itu deh, ngga suka tau. Kamu jadi protektif gini sih."

Ghania tidak tahu bahwa Azri sedang menahan sesuatu, merasakan usapan halus di lehernya membuat laki-laki itu terlena, merasakan nikmat. Seperti usapan seorang ibu yang ingin menina bobokan anaknya, ibu...

Mata Azri yang tadinya terpejam nikmat membuka kembali kelopak matanya, mengangkat Ghania dan mendudukannya tepat di samping tempat pencucian piring. Membuat Ghania terpekik kaget,

"Apa sih mas-- mhh!!"

Dan selanjutnya adegan ciuman panas tetapi tidak panas juga di pagi hari yang dingin ini terjadi, dua sepasang kekasih yang baru saja kembali dari masa jedanya saling beradu mulut, menyesap manis-nya bibir masing-masing, beradu lidah sampai mereka puas melakukannya.

Puas? Sepertinya tidak karena Azri masih saja ingin... ingin dan ingin mencumbu bibir Ghania lamat-lamat.

Tidak kuat Ghania mengimbanginya, napasnya sudah mulai terenggut banyak dia butuh oksigen.

"Mhh-- u--uda-h!" Ghania menepuk keras dada bidang Azri, tidak cukup Ghania juga menjambak rambut pacarnya berusaha membuatnya sadar bahwa tidak bagus kalau Ghania mati konyol karena kehabisan oksigen.

Tidak rela Azri melepaskan ciuman ini, dengan wajah tertekuk serta alisnya yang menukik tajam laki-laki itu menjauhi-nya, mundur 2 langkah ke belakang. "Padahal itu vitamin mas loh Ghania, kamu tega biarin bibir mas menjomblo beberapa hari ini?" Laki-laki itu bertanya dramatis, bibirnya yang bengkak dan merah itu membuktikan bahwa sudah lama Azri melakukan ini.

Ghania menggeleng tidak terima. "Serius kamu ini, jangan nyalahin aku dong. Salahin kamu yang ngga bisa jaga emosi, padahal dulu kamu ngga gini-gini amat kok. Jadi pemaksa, tukang ngatur, suka---

"Husst! Udah diem kalo kamu ngomong gini terus mas bisa hilang kendali. Udah baiknya kamu mandi dulu gih, mas ngga mau bahas apa pun yang bikin hubungan kita retak lagi,"

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang