Bab 3

9.5K 712 24
                                    

Dengan pakaian seragam sekolahnya, Ghania sudah tampil rapi. Ghania sedang membuat dua bekal untuknya dan untuk Azri, maka dari itu pagi-pagi sekali Ghania bangun lebih awal dari biasanya.

Dua kotak dengan isian masing-masing nasi goreng serta orak-arik telur sudah ada di dalamnya. Tidak bohong, gadis itu yang memasaknya sendiri. Ya walaupun entah bagaimana rasanya nanti, yang penting dia sudah berusaha mencoba membuat makanan agar pacarnya mau sarapan. Laki-laki itu jarang sarapan jika bukan Ghania yang membekalinya. Tetapi baru kali ini Ghania berani turun tangan, berkat bantuan Google. Biasanya paling gadis itu membawakan pacarnya roti tawar dengan isian selai coklat di dalamnya.

"Mau berangkat lebih awal? Tidak biasanya," tanya ibunya heran. Beliau saat ini sedang menyesap teh herbal kesukaannya. Mereka berdua sedang duduk di ruang makan.

Gadis itu mengangguk dan mulai meminum susu coklatnya hingga tandas.

Ibu Ghania memincingkan matanya, "Dengan laki-laki bertato itu?" tanya beliau kentara sangat tidak suka.

Menghela nafas berat Ghania mengangguk lagi, "Yang Ibu sebut laki-laki bertato itu punya nama, Azri, mas Azri pacar Ghania dari 2 tahun yang lalu hingga sekarang ini," jelas Ghania.

Dengan sedikit hentakan Ghania meletakan gelas bekas susu di meja. Gadis itu berdiri beranjak dari duduk-nya menghampiri wanita paruh baya di depannya bermaksud menyalaminya. Pagi-nya selalu tidak pernah baik, semenjak Ghania berpacaran dengan Azri hubungan antara anak dan ibu ini selalu diisi pertengkaran setiap harinya. Seperti pengaruh buruk saja laki-laki itu, padahal 'kan tidak begitu. Dia baik dengan Ibu-nya juga.

"Ibu Ghania berangkat dulu ya."

Wanita paruh baya itu mencekal lengan anaknya yang hendak pergi, "Ibu ikut antar ke depan ya."

Melihat tatapan mohon ibu-nya mau tidak mau membuat hati Ghania terenyuh juga, gadis itu mengangguk membiarkan ibu-nya mendampinginya keluar rumah.

Apa dia sudah keterlaluan terhadap ibunya? Rasanya iya. Tapi bagaimana dengan beliau yang juga tidak pernah menghargai Azri sebagai pacarnya.

Di luar ibunya dan Ghania menunggu kedatangan Azri. Bekal yang Ghania buat untuk pacarnya sudah dimasukan paper bag. Gadis itu tersenyum membayangkan bagaimana Azri mencoba makanan yang ia buat sendiri. Hm pastilah rasanya tidak buruk, semoga saja.

Tidak lama kemudian mobil BMW berwarna silver berhenti di gerbang rumah-nya. Kelihatan elegan dan mewah, bahkan para tetangga komplek yang sedang membeli sayuran keliling tidak segan melotot takjub melihatnya.

Hm bagus kalau begitu, jadi pacar Ghania tidak dianggap kere dan mau memanfaatkan Ghania saja. Dia sudah sukses. Mungkin disini Ghania yang mau memanfaatkan Azri, eh tidak-tidak.

"Pagi bu." Azri menyapa calon mertuanya dengan senyuman manis bak gula. Laki-laki itu melirik ke samping kala gadisnya hanya terbengong-bengong saja.

Ibu Ghania menyenggol anak-nya yang sedang melamun. Mungkin takjub dan terpesona akan laki-laki di depannya. Tidak diragukan lagi, walaupun banyak tato yang menghiasi tangan dan lehernya. Pacar Ghania ini memang benar-benar tampan dengan setelan jas yang melekat sempurna di tubuh proposional-nya. Hanya saja bagi ibu Ghania, Azri tetaplah minus.

"Ah ya!" Ghania tersadar ternyata pacarnya sudah ada di depannya. Dia sempat terkesima melihat penampilan Azri yang terkesan formal dan keren.

Azri berdehem tiba-tiba saja tenggorokannya terasa menggajal. Ekspersi Ghania tadi sangat lucu dan menggemaskan, jika tidak sadar masih dikawasan rumah calon mertuanya... Azri tidak segan mencium bibir gadis-nya. Membayangkan wajah imut dan cantik Ghania berada sangat dekat dengannya membuat sesuatu dibawahnya berdenyut tegang. Sial!

"Tolong jaga anak saya, jangan pernah kamu melukai anak saya. Bertindaklah sewajarnya sebagai pacar. Dan untuk kamu Ghania, sekolah yang benar jangan pacaran terus... sebentar lagi kamu Ujian Kelulusan dan ingat! Sebagai perempuan kamu harus selalu menjunjung tinggi kehormatan," petuah ibu Ghania panjang lebar tersirat makna di dalamnya.

Kemudian beliau melengos pergi meningglkan anaknya dengan laki-laki minus itu.

Ghania menatap punggung ibu-nya sampai masuk ke dalam rumah. Gadis itu memejamkan matanya berusaha mengontrol hatinya yang terasa berdentam-dentum tidak karuan. Entah kenapa omongan ibunya sedikit mempengaruhi Ghania.

Azri menggiring Ghania untuk masuk ke dalam mobilnya. Ghania terpengah kala tubuh-nya di dorong paksa.

Dia tersadar saat ini mobil pacarnya mulai melaju membelah jalanan menuju sekolah-nya. Keheningan menyelimuti keduanya, Ghania yang sibuk dengan pikirannya sendiri sedangkan Azri yang sibuk memikirkan berbagai macam hal dan rencana.

"Kamu bawa apa." Azri mulai membuka percakapan duluan. Rasanya saling diam tidak enak, seperti sedang marahan saja. Laki-laki itu lebih menyukai kala telinganya terisi suara merdu Ghania-nya.

Ghania mengangkat paper bag yang ia pegang erat sedari tadi, "Ah ya ini aku buatin kamu bekal. Sederhana aja sih, nasi goreng... semoga Mas suka ya aku baru pertama kali buat si," ucap Ghania diiringi senyum lebar membuat dua gigi kelincinya ikut terlihat.

Tidak ada hal yang lebih membahagiakan lagi kala gadisnya pertama kali membuat makanan untuk-nya. Azri sangat senang, lantas dengan sigap dia mengambil paper bag itu. Diletakannya di atas pangkuan.

"Terima kasih sayang! Tidak aku pasti menyukainya, sangat menyukainya," ucapnya sambil tersenyum lebar.

Ghania tentu saja sangat senang pacarnya mau menerima bekal yang ia buat pertama kali. Ghania membalas senyum Azri tak kalah lebarnya. Tangan mungilnya menggengam tangan kiri Azri, mereka berdua saling menggengam, saling menyalurkan kehangatan dan kasih sayang.

Seperti ini saja sudah cukup, Ghania dan Azri menyukai perannya masing-masing. Terbalut kebahagiaan dulu sebelum sesuatu yang besar singgah menguji kesetiaan mereka berdua.

-Done revisi-

Mikir keras aku bikin cerita ini. Kadang males, kadang pengen udahan. Pemula sih ya gini. Jujur aku buat-nya iseng-iseng biar ngga keliatan nganggur (eeh curhat iki bocah:p)

Terima kasih udah mau baca cerita perdana ku yak:')

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang