Epilog

9.6K 337 40
                                    

Dor!

"GHANIA! AZRI!"

--------------------

"Arghh! Lepasin gue, kunyuk!" Orang itu kembali berteriak lagi, yang dikatai kunyuk di depannya, mendelik. Merasa harga dirinya direndahkan.

Berani sekali Dia!

Menyeringai, Azri kembali bertindak sedikit kasar, guna membalaskan perbuatannya barusan.

"Ini kunyuk!" Azri berkata, kolot.

"Arghh!!" Lagi, Dia berteriak. Tubuhnya terayun dan berakhir terbentur tembok keliling. Posisinya yang terikat dan terbalik seperti ini saja sudah membuatnya mual, pusing setengah mati. Malah, dengan tidak berperikemanusiaan, eh sebentar. Memang Azri manusia? Iya cuman rupanya, kelakuannya sudah seperti, saiton!

Azri mendorong Dia, sekuat tenaga. Benjol sudah kepalanya, kalau terus-terusan Azri melakukan itu, bakal pecah juga kepalanya. Dasar psiko!

Ghania yang melihat itu dari jauh, merasa ngilu juga. Dia mendekati Azri yang sedang bermain, katanya. Bermain apa sampai membuat tubuh seseorang ke sakitan, duh! Salah Evano, membuat Azri marah.

"Mas, udah! Kasian dia," tegur Ghania, napasnya ngos-ngosan. Berjalan cepat masih menggunakan sepatu ber-hak tinggi, ini. Sulit sekali, ingin dilepas tetapi takut membuat ibunya yang jauh beberapa langkah, disana kecewa, pasalnya beliau antusias sekali memakaikan Ghania sepatu ini.

Iya, sangking antusiasnya sampai tidak melihat kondisi Ghania yang tidak ahli memakainya.

"Sayang." Dengan manjanya Azri, memeluk tubuh berisi Ghania. Mengendus lehernya sebentar, sebelum kembali pada posisinya. Tapi kali ini, tangannya merangkul pinggang Ghania erat.

Mendapat perlakuan seperti itu membuat Ghania merinding, hiihh! Tapi enak juga, eh.

Ghania cemberut. "Ish! Mas, lepasin ngga? Atau biar aku aja yang lepasin," rajuk Ghania, tangannya dengan kasar menyingkirkan rangkulan Azri dipinggangnya. Biarkan, ini bentuk pembelaan Ghania terhadap, Evano. Sahabat Azri.

Kasian dia, terikat dengan posisi terbalik di tiang yang biasanya Ghania gunakan untuk, usaha menambah tinggi badannya. Nyatanya, sudah bertahun-tahun dia melakukan itu. Badannya masih kalah tinggi dengan teman-temannya, aish! Nasib punya tubuh pendek.

Evano, tersenyum sumringah saat Ghania hendak membantunya. "Aa... baik sekali sih, uwu. Kok, mau sih sama si Azri yang.." ucapannya terhenti, saat Azri mendelik dengan tangan yang seolah-olah sedang menyayat lehernya.

Mampus!

Azri tetap diam, menyaksikan Ghania yang sedang berusaha membuat ikatan di kaki dan tangan Evano, terlepas. Mulutnya tidak bisa untuk tidak tertawa saat Ghania berjinjit, berusaha menggapai tiangnya. Tiang dan tinggi badan Ghania saja tidak setara. Walaupun pakai sepatu ber-hak tinggi, tidak cukup membuatnya tinggi juga.

Ghania lupa kalau, ingin menggapai atas tiang ini dia perlu bantuan tumpuan lagi, dibawahnya. Meringis, Ghania ternyata tidak bisa membantu Evano. Apa lagi bajunya ini benar-benar, menghambat keleluasaanya dalam bergerak, sepatu hak tingginya juga, arghh!

Menatap iba Evano yang sedang menatapnya berharap, akhirnya Ghania menyerah. "Maaf."

"HAHAHA! RASAIN!"

Azri tergelak, tawanya begitu keras membuat si manusia yang terikat di atas tiang. Pasrah sudah, nasib-nasib.

Bukan tanpa sebab Azri melakukan ini, Evano tadi telah membuatnya kaget! Setengah mati, suara pistol yang sangat nyaring itu ulah sahabatnya. Katanya sebagai bentuk, kejutan yang sangat tidak menyenangkan. Untungnya peluru itu tidak sampai mengenai Ghania, kalau iya. Azri berjanji akan menguliti Evano, sampai hembusan napas terakhirnya berada di dunia ini.

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang