Bab 28

4.6K 318 41
                                    

Mobil yang Azri kendarai, berhenti di area hutan, setelah menempuh waktu lumayan lama, sekitar 3 jam-an, Azri berusaha menyabarkan diri untuk cepat sampai datang ke sini dengan kedaan baik-baik saja. Laki-laki itu mengecek sekali lagi lokasi keberadaannya lewat ponsel. Benar di daerah sini Ghania disekap. Si tua bangka itu sendiri yang mengirimkan alamatnya. Azri tau, papanya tidak akan mengada-ada jika sudah menyangkut soal keinginanya. Sama sepertinya, apa pun yang dia inginkan harus segera terwujud.

Mata Azri mengedar keselilingnya, hutan ini begitu rimbun pepohonan. Sudah jelas ini bukan hutan buatan melainkan hutan asli dari alam. Niat sekali si tua bangka itu menyekap kekasihnya.

Selang beberapa menit, ponsel Azri berbunyi menandakan panggilan masuk. Melihat siapa si pemanggilnya membuat Azri sedikit lega. "Gimana?" Setelah menekan tombol hijau di ponselnya, tanpa basa-basi Azri langsung bertanya. Laki-laki itu ingin semuanya berjalan sesuai dengan rencananya.

"Oke, sesuai dengan perintah lo. Gue udah bawa beberpa pasukan... aelah kaya mau perang aja---personil maksudnya. Gila ngga! Badannya gede-gede semua, asli!! Model-model hulk gitu. Lo dapet orang yang begituan dari mana? Gue aja sampe takut sendiri, ngerii coyy nih ya---

"Pokoknya nanti lo harus dateng sama orang suruhan gue itu tepat pada waktunya, lokasinya udah gue kasih tau 'kan, awas aja kalau sampai terlambat. Kepala lo gue jadiin gantungan kunci."

Dan tut, panggilan dimatikan begitu saja oleh Azri. Laki-laki itu menunduk, mengatur nafasnya sebentar sebelum kepalanya mengadah ke atas. Saat ini yang sedang Azri rasakan adalah kekalutan, emosi dan terakhir kesedihan. Walaupun dalam situasi seperti ini, Azri tidak tiba-tiba menjadi bodoh, dirinya tidak akan mau, dengan suka rela terperangkap kelicikan yang papanya buat. Beruntunglah sahabatnya-Evano dengan sigap mau menjalankan perintahnya. Menyewa beberapa orang, untuk ia jadikan temeng. Bohong jika dia tidak takut, melawan papanya sendiri, karena kekuatan mereka sama. Masih tidak jelas siapa yang akan menang nantinya, intinya Azri harus bisa menyelamatkan, mengambil Ghania kembali.

Ya semua yang Azri lakukan tentunya hanya untuk Ghania, seseorang yang sangat Azri gilai.

Setelah mengatur nafasnya yang sempat memburu menjadi sedikit lebih teratur. Azri mulai melangkahkan kakinya menuju rumah yang tidak jauh dari daerah hutan ini. Laki-laki itu harus berjalan ke arah jembatan untuk melewati danau terlebih dahulu, Azri hampir saja tertawa saat melihat ke bawah dimana danau ini terdapat penghuninya, hewan reptil seperti-Buaya,

"Hm, aku jadi ingin memeliharanya," ujarnya geli.

Bermenit-menit Azri menelusuri bagian dalam hutan ini, matanya menangkap sebuah bangunan yang sekelilingnya terdapat tembok yang terbuat dari batu alam, hanya beberapa jarak lagi dia sampai ke tujuan utamanya.

Azri tersenyum lebar melihatnya. "Ghania sayang, tunggu aku."

*****

"Ghania maafkan aku.. maaf." Untuk yang kesekian kalinya, laki-laki yang berada disebelah Ghania terus saja meminta maaf. Tentunya Ghania sama sekali tidak mau menggubrisnya, mendengarkannya pun seolah masuk ke telinga kanan lalu keluar telinga kiri.

Ghania bersikap masa bodoh dengan terus memalingkan wajahnya ke arah lain.

Huh.. entah apa yang merasuki Singgih itu, pikir Ghania.

Tidak pernah sekalipun Ghania mau berada di situasi seperti ini, terjebak di tempat---entah dimana, dengan kondisi sakit yang mengharuskan Ghania bertahan disini dan paling parahnya, Ghania tidak dalam posisi baik. Terduduk dengan tangan dan kaki terikat. Bukan hanya Ghania, Singgih pun mengalami hal serupa. Kalau ditanya siapa pelakunya, tentu saja Singgih.

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang