Bab 37

4.4K 285 5
                                    

Dari luar, Gadis itu dengan jelas, sudah bisa melihat seseorang yang terbaring lemah di atas ranjang sana. Nampak banyaknya selang infus yang tertanam di beberapa bagian tubuhnya.

Ghania tersenyum, telapak tangannya menempel pada kaca yang ada di depannya... saat tak beberapa lama, matanya bertubrukan dengannya. Sambil menggerakkan bibirnya, Ghania menggumamkan kata 'maaf' tanpa adanya suara. Karena jika iya pun akan sia-sia, keduanya terpisahkan oleh sekat dinding dan kaca.

Dilihat dia menangguk, bibirnya ikut mengucapakan kata yang sama. Tentu, dengan suka rela Ghania mau memafkan semua kesalahan yang pernah Singgih lakukan padanya. Tuhan juga maha pengampun, kenapa Ghania yang hanya manusia biasa tidak demikian?

Saat ingin berbalik, Ghania sempat mengucapkan kata penyembuh untuk Singgih. Setelahnya gadis itu benar-benar keluar dari dalam rumah sakit dengan seseorang yang mau mendampinginya datang ke mari.

"Aku harap, setelah kejadian ini. Pacarmu yang sialnya tampan itu, ya walaupun berarto sih tetep keren juga. Tidak pernah mengulangi hal buruk dan mengerikan, ini lagi. Deh!" Suha mengatakannya sambil meringis. Tidak menyangka, bahwa pacar Ghania ini ternyata punya masalah dengan Singgih. Teman satu kelasnya dulu.

Mengingat sesuatu Suha kembali bicara, "Oh iya! Aku juga pernah bertemu sama pacarmu waktu SMA dulu. Pas banget lagi, waktu itu kamu kakinya terkilir dan berakhir di tolong Singgih. Duh, Ghania. Drama banget sih hidupmu. Haha," tawa Suha menggelegar di area parkiran rumah sakit ini. Tangan Suha menyodorkan Helem Bogonya dan langsung di terima Ghania.

Ghania diam saja saat Suha berbicara banyak  di sela-sela perjalanan. Entah lah, dia merasa sangat lelah. Sudah 1 minggu ini, Ghania bolak-balik datang ke rumah sakit untuk menjenguk Singgih.

3 hari pertama Azri juga ikut menemaninya. Tetapi 4 hari  seterusnya. Azri tak mau lagi mengantarnya. Cowok yang kadar keposesifannya tinggi itu membiarkan Ghania pergi sendirian. Beneran, aneh dia.

Ya memang sejak insiden itu. Ghania mau tidak mau bersikap biasa saja, normal seolah apa yang dilakukan Azri murni karena kehilafannya. Nyatanya Ghania tertekan, jujur dia masih saja takut dengan Azri. Tapi sudah lah, yang Azri lakukan terhadap Singgih itu bentuk pembalasan dendamnya karena tidak terima Ghania pernah dibuat luka olehnya. Iya sih keliatannya kaya Azri cinta banget sama Ghania. Tapi serem juga kan kalau sampai ada drama darah-darah gitu. Ih!

Lagian, Azri mau juga bertanggung jawab membawa Singgih ke rumah sakit. Ya awalnya Ghania yang maksa sih, Kalau tidak dibegitukan. Mana mau dia.

Motor yang Suha kendarai berhenti juga di depan rumah Ghania. Gadis itu turun, mengembalikan helm terhadap sang pemilik dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Setelah itu Ghania benar-benar masuk ke dalam rumah tanpa menawari Suha untuk mampir.

"Kayaknya Ghania lagi ngga full deh moodnya. Untung ngga dapet semprotan mulut pedas dari dia. Coba kalau iya, nyesek lagi akunya," lirih Suha, berbicara sendiri dengan kepala melangak-longok mengamati pintu rumah Ghania yang sudah tertutup rapat.

*****

Malamnya Ghania jatuh sakit, di timpa kenyataan tidak enak mengenai kelainan Azri padahal sudah lama insiden itu terjadi. Baru sekarang, Ghania merasa jiwa dan raganya seperti terganggu kembali. Rasanya bikin stres! Cenat-cenut tidak karuan di otak.

Ghania menggigil, badannya di tutupi banyak selimut. Di sebelahnya ada ayah Ghania yang baru saja datang beberapa waktu lalu.

Mendapatkan kabar mengenai putrinya yang sakit, beliau langsung datang ke mari. Walaupun pekerjaan dikantornya yang ada di Indonesia ini, numpuk banyak. Putrinya harus, selalu menjadi prioritasnya.

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang