"Kamu sengaja membawa anak saya pergi atau bagaimana? Jangan lancang kamu ya," tuduh ibu Ghania langsung, emosinya berada di ubun-ubun saat ini.
Azri berdecih sambil melengoskan kepalanya bosan, orang tua ini sungguh menyebalkan, sudah sering Azri bertindak sopan terhadap ibu dari gadisnya ini. Tetapi mungkin sekarang lah waktunya menunjukan kepada beliau bagaimana dia yang sebenarnya.
Melihat laki-laki muda didepannya berlaku tidak sopan ibu Ghania menggebrak meja di depannya. Saat ini keduanya sedang duduk di kursi yang letaknya di samping rumah. "Jangan kurangajar ya kamu, huh benar saja. Laki-laki semacam kamu ini mana punya moral dan etika yang baik. Salah besar Ghania memilihmu menjadi pacarnya."
Oh tentu wanita paruh baya ini yang salah besar telah menghinanya. Tertawa sinis Azri mulai berbicara, "Tolong, anda boleh tidak menyukai saya tapi jangan sampai anda menghina saya. Saya memanglah bukan laki-laki baik, tapi saya punya hati. Anda berbicara seperti itu sudah benar-benar menyakiti hati saya. Ingat! Saya masih memandang anda sebagai ibu dari gadis saya, kalau tidak? Anda tahu bagaimana laki-laki tak bermoral dan beretika ini bertindak." Azri berkata tajam.
"Berani seka---
Azri mengangkat telapak tanggannya ke depan. "Cukup! Saya tidak ingin perbincangan ini sampai terdengar ke telinga Ghania. Anda dengar dan tolong biarkan saya menjelaskannya terlebih dahulu, setelah itu terserah jika anda ingin menghakimi saya lagi."
Mau tak mau ibu Ghania menutup mulutnya, lihat saja jika alasan kepergian putri-nya itu sudah pasti disebabkan laki-laki didepannya ini, ibu Ghania sudah pasti melarang keras Ghania bersinggungan dengan Azri, selamanya kalau perlu.
Azri mulai mencondongkan keplanya ke depan, kedua tangannya saling bertaut di atas meja. Laki-laki dengan banyak-nya tato yang menghiasi tubuh, lengan serta lehernya serius ingin mengatakan sesuatu yang kiranya bisa membuat wanita paruh baya didepannya ini mengerti. "Ibu benar memang ini semua kesalahan saya, saya yang telah membuat anak ibu pergi dari rumah tanpa sepengetahuan ibu sendiri." Laki-laki itu kembali berkata sopan.
Dari awal ibu Ghania memang sudah menduga, dia itu laki-laki yang membawa pengaruh buruk terhadap anaknya.
"Semalam Ghania tidur di apartemen saya, sungguh saya tidak melakukan apapun jika ibu berpikiran buruk lagi. Dan saya tidak menyesal sebab berkat Ghania saya kembali lagi menjadi waras."
Ibu Ghania tertawa sumbang, tawanya membuat Azri mengernyitkan dahinya tidak suka. Tidak ada yang lucu dari pembicaraan ini. "Benar saja, kamu memanglah bukan laki-laki waras. Sudah jelas bahwa memang kamu yang telah membuat anak saya berlaku buruk selama beberapa tahun ini. Semenjak berpacaran denganmu, laki-laki dewasa yang mencintai remaja. Heh benarkah tidak ada niat terselubung di dalamnya?" sinis beliau.
Cukup! Azri benar-benar muak. Laki-laki itu berdiri dengan kedua tangan yang mengepal disamping tubuhnya. Apa-apaan orang tua ini, berani sekali menghakimi kisah cintanya.
Melihat itu ibu Ghania langsung bersikap antisipasi, entah kenapa suasana disini tiba-tiba terasa mencekam. Apalagi ditambah raut wajah laki-laki muda di depannya mengeras dengan otot-otot yang tercetak jelas di sepanjang wajahnya serta lehernya.
Azri mendekati ibu Ghania yang terduduk kaku di kursi, takut heh. Laki-laki itu mendekatkan bibirnya di telinga kanan ibu Ghania. "Anda benar-benar memuakan, salah apa saya terhadap anda hm? Saya memang buruk tapi apa hak anda? Keburukan saya bisa menjadi pelindung untuk Ghania. Langsung saja, saya mencintai Ghania sangat, jika anda berniat memisahkan saya terhadap gadis saya. Saya tidak yakin bahwa nyawa anda masih aman saja."
Terdengar menyeramkan dan sedikit mempengaruhi pikiran ibu Ghania, beliau memandang mata laki-laki yang kembali menjulang tinggi di depannya marah. "Kamu berani sekali mengancam saya! Bagaimana jika Ghania tahu bahwa pacarnya ini memang bukanlah orang baik. Kamu memang lelaki buruk, sekali lagi kamu sangat buruk! Saya tidak akan sudi merestui hubungan kalian dengar! Ghania akan saya jauhkan dari kamu sela--- tidak!"
Ibu Ghania menutup matanya rapat saat telapak tangan melayang ke arahnya. Azri hendak menamparnya, hendak dan belum sempat terjadi sebab sudah ada tangan mungil yang mencekalnya sebelum aksi tampar itu terjadi.
Ghania berdiri menegahi sambil memegangi tangan besar Azri, gadis itu memandang laki-laki di sebelahnya tidak peracaya. "Kamu, apa yang ingin mas lakukan sama ibuku!" kata Ghania marah.
Dan saat itulah Azri tersadar, tidak! Dia sempat tersulut emosi tadi. Azri menurunkan tangannya segera, laki-laki itu beralih memegang tangan kanan Ghania dengan kedua tangannya. Di rangkumnya kemudian di kecupnya berkali-kali.
"Ma--mas tidak sengaja Ghania sungguh, ibumu yang memulai duluan. Beliau--
Dengan paksa Ghania melepaskan rangkuman tangannya dari sang pacar. "Cukup! Mas keterlaluan, mas mau berbuat kasar terhadap ibuku. Mas jahat!" Ghania berujar marah, matanya berkaca-kaca hendak mengeluarkan air mata.
Melihat itu Azri semakin panik, laki-laki itu mendekat berusaha memeluk Ghanianya tetapi tidak sampai terjadi sebab secara tidak langsung Ghania menolaknya dengan memundurkan tubuhnya dan beralih menggadeng ibunya.
"Kamu menolakku sayang hm? Ma-mas sungguh tidak sengaja, mas lepas kendali sayang. Maafkan mas ya." Azri mencoba berkata lembut walaupun hatinya entah bagaimana ini rasanya, gelisah dan tentu saja takut. Jangan sampai kemungkinan yang ada di pikirannya ini menjadi mungkin.
"Sayang, pacarmu ini tadi hendak menampar ibu. Sungguh nak ibu tidak mengatakan apapun, ibu hanya menasihati supaya baiknya kejadian ini tidak lagi terjadi." Ibu Ghania berkata dusta, beliau sengaja mengompor-ngompori situasi ini.
Mendengar itu telinga Azri tiba-tiba terasa geli, benarkah menasihati? Bukannya wanita tua ini yang duluan menyulut emosinya. Si tua bangka ini ternyata pandai bersandiwara juga.
"Dengar Ghania mas--
"Cukup!" Ghania menyela. Gadis mungil tetapi berisi itu sudah melihat langsung bagaimana keburukan pacarnya, Ghania hendak pergi ke samping rumah untuk menguping pembicaraan keduanya tetapi malah disuguhkan pemandangan yang membuatnya marah sekali.
Azri menggeleng panik. "Tidak sayang tolong dengarkan mas berbicara dulu hm," mohonnya sangat.
Ghania menggeleng lesu, cukup dia tidak mau satu-satunya orang yang ia sangat sayangi hendak dikasari.
Dengan posisi merangkul ibu-nya, Ghania mulai mengatakan hal yang akan membuat dua-duanya hancur.
"Mas kita akhiri saja hubungan ini. Ghania tidak bisa berhubungan dengan laki-laki kasar seperti mas." Setelah mengatakan itu Ghania langsung pergi dengan ibunya.
Menyisakan Azri yang berdiri kaku bak patung. Seperti disambar petir, Azri tidak kuasa menahan lara hatinya. Benarkah hubungan-nya cukup sampai disini saja?
Tidak!
Bodoh, gadisnya ini memang benar-benar bodoh! Tidak semudah itu hubungan ini berakhir. Azri memilik 1001 cara supaya Ghanianya kembali lagi.
Tertawa sinis Azri menggelengkan kepalanya, menunduk sambil berkacak pinggang.
"Tidak semudah itu Ghania, kamu, hatimu, ragamu, hanya milik Azri Ephraim. Camkan," katanya egois, tidak main-main Azri mengatakan itu. Ghania memang ditakdirlan hanya untuknya.
Azri mengambil ponslenya dari saku celananya, laki-laki itu menghubungi seseorang untuk membawakan mobilnya kemari. "Antar mobil gue ke alamat yang bakal gue kirim nanti, sekarang. Lo bawanya lama, nyawa lo taruhannya!"
-Done revisi-
Haiii!!!
Ini belum berakhir ya gaeessqueeMaafkan jika tidak ngena:)
Yang suka Azri mana suaranya siii? Pengen deh kalean pada komen huhu harapanku yg insyallah jadi nyata;)
Voment as alwayss yauu:)
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Tattoes? No problem Or Problem?
Storie d'amoreRomance Rangking # 1 Age-gap (04-07-2019) # 44 Misterius (07-07-2019) #1 Misterius (15-05-2020) Apa salahnya sih punya pacar bertato? Jangan kira orang bertato itu minus semua. Pacar Ghania tidak demikian. Dia baik dengan caranya sendiri, lebi...