Bab 20

5.4K 353 5
                                    

Saat waktu mempertemukan keduanya tanpa sengaja, saat itu lah keinginan untuk memiliki sang gadis remaja yang bisa di katagorikan--- jauh dari tipe-nya, membuncah hebat. Hanya karena senyuman tidak sengaja juga, senyuman yang terbit akibat candaan dari teman-temannya. Detik itu juga laki-laki dengan tato-nya berjanji, dia yang akan membuat gadis itu tersenyum, bahagia.

Tidak lazim baginya bisa langsung menyukai seorang gadis dengan seragam putih-abunya. Masih sangat muda, jauh berbeda dari umurnya yang sudah menginjak dewasa. Mau bagaimana lagi? Azri tidak pernah merasakan yang namanya suka sedalam ini.

Dan waktu terus saja bergulir, Azri terus saja berpikir, bagaimana caranya dia bisa mendekati gadis remaja itu? Azri sudah tidak tahan memandangnya dari jauh, memandangnya dari kedai yang tak jauh dari sekolahan gadis tersebut. Katakanlah dia pengecut, gengsinya lebih besar ditimbang tekatnya. Sial! Memang begini jikalau dia menambatkan hatinya pada seseorang. Sekali dia menyukai akan terus begitu. Dan pilihan Azri jatuh pada gadis tersebut.

Dalam kurun waktu lumayan lama, terhitung 3 bulan lebih Azri terus saja memandanginya dari jauh, rasa yang tadinya hanya sekedar suka kini bergulir menjadi cinta. Luar biasa, hanya memandangnya saja, bersapa pun tidak pernah. Menjadi begini.

Tetapi takdir memang tidak terduga, gadis itu sudah sangat mengaguim Azri, lewat majalah yang biasanya gadis itu--Ghania lihat. Majalah yang mempertontonkan seorang dengan tatonya, kharisma-nya sungguh luar biasa, ketampanannya jangan diragukan lagi, tubuhnya terlihat keras dan berotot. Ghania begitu, sangat dan sangat menyukainya. Azri. E. Seorang model terkenal.

Singkat cerita, awal interaksi keduanya terjadi saat Ghania tidak sengaja akan tertabrak sebuah mobil yang pada waktu itu bergerak sangat cepat, Ghania tidak sadar saat dirinya berjalan menyelusuri trotoar sambil membaca novel kesukannya. Beruntung Azri selalu membuntutinya, sehabis pulang dari pekerjaannya, laki-laki itu rutin memandangi gadisnya dari jauh.

Azri menyelamatkan Ghania, laki-laki itu segera merengkuh Ghania hingga tubuh keduanya terpental ke pinggir jalan raya. Azri terluka, Ghania baik-baik saja, Azri menjaga Ghania sangat. Saat itu lah Ghania langsung sadar bahwa sang penyelamatnya adalah seorang model yang sudah lama gadis itu kagumi.

Dan dari insiden tersebut awal dari dekatnya mereka, semakin dekat hingga menjalin hubungan pacaran.

Sambil mengelus potret seorang remaja imut di ponselnya, Azri tersenyum lebar kala mengingat lagi pertemuan keduanya. Terlalu biasa tetapi membutuhkan waktu yang lumayan lama.

Menghembuskan nafasnya kasar, Azri mendongkakan kepalanya ke atas. Merasakan semilir angin sore yang terasa sangat dingin untuknya yang hanya seorang diri. Penghangat-nya telah pergi, kembali ke pelukan sang ibunda tercinta, mengingat itu Azri berdecih.

Susah payah dulu dia mendapatkan Ghania, berterima kasih pada mobil yang dulu hampir saja menabrak tubuh gadisnya hingga Azri bisa menyentuh Ghania untuk yang pertama kalinya, menjadikannya miliknya dan membuatnya terus berada di sisinya, sebelum insiden ini terjadi. Memang belum seutuhnya, semua butuh proses dan kesabaran ekstra jika Azri mau, mengiyakan semua keinginannya detik ini juga.

Azri bisa! Tetapi beri sedikit saja jeda untuk Ghania kembali menghirup udara segar yang normal. Hanya sebentar, setelah itu Ghania akan kembali lagi bersamanya, di lingkup hidupnya setiap detik waktunya.

"Beberapa bulan saja sayang, aku membiarkanmu bebas, membirkanmu menjadi normal kembali. Hanya sebentar, setelah itu, aku akan mengambilmu dan akan menjadikanmu milikku seutuhnya." Lalu pegangan tangan Azri yang ada pada tralis balkon menguat, diiringi seringaian menakutkan miliknya yang sering kali ia layangkan untuk mangsa buruannya. Tekatnya tidak main-main kali ini.

*****

"Ya sudah, ibu keluar dulu ya sayang. Ghania harus istirahat yang cukup hm, jangan memikirkan apapun. Pikirkan saja ibu yang...

Ibu Ghania menggantungkan kalimatnya, Ghania dengan mata kecil namun bulatnya itu memandang penasaran. Melihat itu, ibu Ghania tertawa geli. Menoel pipi bulat anaknya. "Haha ibu menyayangi Ghania," lanjutnya.

Ghania menarik sedikit sudut bibirnya, tidak perlu dibeberkan seperti itu juga dia tahu ibunya begitu menyayanginya. Tangan kanan Ghania yang tidak memegang apapun, menempelkan dan sedikit meremas tangan ibu-nya yang masih bertahan pada pipi kirinya. "Ghania juga, ibu."

Wanita paruh baya di depannya tersenyum haru, bibirnya bergetar, matanya ikut berkaca-kaca. Kala sesuatu bening akan meluncur bebas melalui pipinya, ibu Ghania mendongkakan kepalanya ke atas. Upayanya berhasil, tetapi tidak lama karena suara anak gadisnya sendiri membuat air matanya merangsak keluar.

"Menangis lah, ibu." Tubuh Ghania hampir saja terdorong ke belakang jika dia tidak menopang berat tubuh ibunya sendiri. Ghania mendapatkan pelukan dari sang ibu secara tiba-tiba. Tidak masalah, Ghania menyukai pelukan hangat beliau.

Tidak terasa ya sudah satu minggu lebih dia tidak kembali ke rumah. Selama itu Ghania meninggalkan ibunya hingga sekarang ini, dia juga yang menyebabkan ibunya menangis tersedu-sedu.

Lama mereka melakukan itu, ibu Ghania menyudahinya. Beliau lupa jika Ghania disarankan perlu istirahat yang cukup, pemulihannya bisa berlangsung lebih cepat jika begitu. Ingat Ghania terguncang jiwanya.

Ibu Ghania mengusap kedua matanya, menghilangkan bekas tangis harunya. "Aduh maafkan ibu ya jadi menangis begini. Ya sudah ibu keluar dulu ya, kalau ada apa-apa Ghania bisa memanggil ibu hm. Jangan lupa minum susunya dulu sebelum istirahat."

Ghania mengangguk sebagai respon, matanya melirik ke arah tangan kirinya yang terdapat satu mug susu coklat kesukaannya yang tidak lagi mengepul panas. Selama itu ibu-nya memeluknya. Kemudian ibunya keluar setelah melayangkan senyum teduhnya hingga menghilang di balik pintu kamarnya yang sengaja di tutup.

Selepas kepergian beliau, pikiran Ghania kembali melayang pada satu sosok yang beberapa jam lalu ia tinggalkan. Sosok yang menjadi cinta pertamanya dan berakhir mengguncangkan jiwanya.

Akhir? Sepertinya bukan. Karena Ghania tahu bahwa Azri tidak akan semudah itu melepaskannya. Mengingat bagaimana minggu lalu dia di culik dan berakhir di kurung rumah yang sekelilingnya adalah hutan. Lalu sekarang dia kembali lagi ke rumah, Ghania merasa seperti hewan peliharaan yang di lepas sementara kemudian sang pemilik dengan gigih akan mendapatkan kembali peliharaannya. Entah dengan cara apa pun nantinya. Karena sang pemilik sudah menetapkan yang di peliharannya adalah yang tersayang.

Tubuh Ghania kembali bergetar ketakutan, setitik air mata pun kembali keluar, bohong jika Ghania tidak bisa melupakan insiden yang Azri lakukan. Membunuh! Tindakan keji dan sangat tidak manusiawi, sang pencipta pun akan mengutuk manusia sepertinya.

Tidak! Kenapa Ghania bisa se-lemah ini?

Dengan kasar Ghania mengusap ke dua sudut matanya, sekarang tidak lagi dia akan tunduk ke pada Azri. Mulai saat ini, Ghania akan menghindari laki-laki itu sebisa mungkin, apa pun caranya. Bila perlu Ghania akan pergi dari tempat kelahirannya sendiri. Meninggalkan semua kenangan manis yang pernah Azri torehkan padanya.

Ghania bisa! Pasti bisa!

Tau kok ngga ngena, maap ya up ngaret, eh sekalinya up cuman dikit. Maap deh ya mangaap :')

Insyaallah bab berikutnya aku bikin panjang :)

Tetep dukung cerita ini dong. Vote dan komen maunya wakaka

Tbc

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang