Bab 6

8.1K 603 21
                                    

Ghania sedang termenung di balkon kamarnya. Gadis itu sedang memikirkan segala kemungkinan yang terjadi dengan pacarnya selama 3 hari ini. Semenjak insiden tertangkap basah-nya Ghania tertindih Singgih, Azri tidak lagi menghubunginya. Jangan tanya kenapa? Ghania sudah mencoba berkomunikasi duluan tapi ponselnya tidak aktif, mungkin sengaja dimatikan.

Mungkin kah Azri marah kepadanya? Jika benar begitu seharusnya dia bilang saja. Ghania bukan tipe perempuan peka, butuh kode keras jika ingin membuatnya ngeh.

Mendesah lelah Ghania kembali mengecek ponselnya. Tidak ada satu pun pesan dari laki-laki itu, setidaknya beri kabar lah supaya Ghania tidak se-resah ini.

Ghania berdiri dari duduknya menuju pembatas balkon, kedua sikunya ia tumpukan. Sebenarnya malam semakin larut, kalau ingin tidur pun percuma. Pikirannya sedang kalut.

Tidak sadar Ghania melamun, bintang yang bertaburan di langit sana pun tidak bisa menghiburnya. Tetapi beberapa menit kemudian Ghania dikagetkan dengan suara ponsel-nya yang menandakan panggilan masuk. Pikirnya langsung kesana dan benar id dengan nama My boy terpampang jelas di layar ponselnya. Dengan cepat dan tidak sabaran Ghania memencet tombol berwarna hijau.

"Halo," ucap Ghania duluan. Dahinya mengernyit kala suara dentam-dentum tidak karuan terdengar sangat jelas.

"Halo, dengan Ghania?" jawab seberang sana.

Dahi Ghania tambah mengernyit, dia tidak salah lihat kok ini atas nama Azri yang menelfon tapi kenapa suaranya berbeda?

"Halo, e maaf benar ini Ghania kan? Ngga usah bingung aku sahabat Azri," jelasnya.

Sahabat?

Berdehem Ghania menjawab, " Ya saya Ghania, ada apa perlu apa kamu dengan saya? Maksudnya kenapa kamu menggunakan ponsel pacar saya?" ucap Ghania bingung.

Suara dentam-dentum yang tadinya sempat terdengar berangsur-angsur mengecil. Mungkin orang di seberang sana menjauh dari tempat itu.

"Begini, aku Evano dan Azri mm... saat ini aku sedang bingung, percaya atau tidak pacarmu terus saja meracau menyebut namamu. Jadi daripada dia terus saja menggila disini aku berinisiatif mengambil ponsel pacarmu dan mencari namamu disana ternyata memang benar ada, lantas aku menghubungimu," ucap laki-laki diseberang sana mencoba menjelaskan.

Ghania sungguh bingung, dia memijat kening-nya pusing. Apa yang sebenarnya terjadi pada Azri, "Jadi bagaimana dengan Azri sekarang? Dimana dia?" katanya penasaran.

Terdengar suara grasak-grusuk, "Azri? Laki-laki itu mabuk berat, sempat mengamuk tadi, aku pusing saat dia meminta Ghania-nya kemari. Ok jika kamu memang Ghania pacar Azri, aku harap kamu mau kesini. Tolong dia membutuhkanmu."

Yang benar saja. Laki-laki itu mabuk, Azri mabuk setelah berhenti 2 tahun lalu. Ghania benar-benar tidak habis pikir, kalau ada masalah bisa kan di selesaikan secara baik-baik.

"Ok kirimkan alamatnya saya akan menyusul kesana," ucapnya kemudian.

Dan beberapa menit setelahnya alamat keberadaan pacarnya berada telah diterima lewat ponselnya.

Dengan tergesa-gesa Ghania keluar dari kamar, pada saat melewati kamar Ibunya, Ghania berjalan mengendap-endap bak maling takut jika langkahnya tertangkap indra pendengaran beliau.
Untung saja Kunci mobil milik ibunya selalu tergantung di dekat dapur jadi dengan mudah Ghania mendapatkannya.

Entah ini memang keberuntungannya mobil milik ibunya belum dimasukkan ke dalam garasi, pas sekali. Ghania bersorak bahagia rencananya keluar dari rumah berhasil. Semoga saja pulang nanti dia tidak terkena masalah, semoga.

Maafkan anakmu ini Bu, keluar tanpa sepengetahuanmu

Ghania menjalankan mobilnya dengan hati-hati, dia belum trampil sekali membawa mobil tetapi mau bagaimana lagi? Demi pacarnya Ghania rela melakukaannya. Sekarang tujuannya adalah menjemput pacarnya di "Pub And Club".

*****

Di tempat lain, laki-laki dengan setelan jas kusutnya terus saja meracau. Di tangan kirinya terdapat cairan kuning yang terus saja laki-laki itu tenggak.

"Ghania oh Ghania sayang, aku mencintai dirimu. Sangat, tapi apa yang kamu lakukan waktu itu bersama bocah kurang ngajar huh? Sungguh kamu membuatku panas akan cemburu sayang," racaunya sambil mengelus-elus udara didepannya membayangkan sosok gadis-nya ada disana.

Evano sedari tadi menyaksikan ke gilaan sahabatnya dibuat pusing sendiri. Seperti remaja saja Azri ini, gila kasamaran.

"Zri diem deh, lo bikin gue pusing tau ngga? Bentar lagi pacar lo bakal nyusul kesini. Jangan tambah gila ya." Evano mencoba merebut cairan kuning dengan kandungan alkohol yang sangat tinggi di dalamnya. Tidak cukup dengan 5 gelas tadi kini sahabatnya mencoba meminum satu botol sekalian. Gila dia ini.

Azri yang kesadarannya sudah diambang batas tentu saja tidak mendengar, malah dengan kasar dia memukul Evano yang berusaha mengambil minuman segar-nya.

"Shit! Gila ya lo, udah ngga usah minum lagi. Cewek lo bakal ke sini, apa kabar nanti dia liat lo mabuk kaya gini? Di putusin mampus ntar, tambah deh gila-nya." Tentu saja saat ini Evano berubah menjadi sama gila-nya dengan sahabat-nya. Mengomeli orang mabuk yang terlanjur gila cinta. Susah memang.

Mobil yang Ghania kendarai susah payah telah sampai pada tujuannya. Belum sempat masuk ke dalamnya saja dia sudah mendengar suara musik berdentam-dentum. Sekeras itu kah? Kiranya orang di dalam sana tidak merasa bising apa.

Gadis itu mengetikan ponselnya, mengirim pesan kepada nomor ponsel pacarnya yang di pegang sahabatnya kini. Ghania meminta di antar ke dalam, pertama dia takut masuk, kedua dia tidak sempat membawa kartu identitas. Tidak terpikir saat itu. Ghania bahkan masih menggunakan celana olahraga dan kaos kebesarannya. Kebiasaannya kalau dirumah memang.

Tidak lama kemudian laki-laki dengan setelan jas-nya menghampirinya. Ghania menduga ini sahabat Azri yang bernama Evano.

Saat sudah mendekat laki-laki itu berkata, "Ini pasti Ghania kan, udah cepet yuk masuk. Pacarmu itu semakin gila kalau sudah mabuk."

Tanpa menunggu persetujuannya Evano langsung menyeretnya masuk ke dalam. Dan benar di dalam sini begitu bising, lampu berkelap-kelip membuat matanya pusing, banyak grombolan manusia yang sedang berjoget ria bahkan ada juga yang sedang duduk-duduk sambil bertindak tidak senonoh, ditambah bau asap rokok dan alkohol. Ghania tahu itu.

Ghania di bawa menuju lantai atas tempat ini. Dia dimasukkan ke dalam ruangan sepi, tidak se-ramai tadi.

"Pacarmu ada disini, ok kamu tenang aja dia ngga bakal lukain kamu di dalam. Aku tahu dia bagaimana jadi good luck, semoga kamu berhasil membawa-nya pulang." Dia sempat menepuk bahu Ghania bermaksud memberi semangat, Evano pergi meninggalkannya.

Dengan hati yang Ghania kuatkan gadis itu melangkah mendekati sofa besar yang terdapat di ruangan itu. Dia melihat kepala menyembul disana, mungkin itu pacarnya.

Ghania melangkah memutari kursi dan benar disini pacar-nya berada... duduk di sofa. Sungguh pemandangan yang membuat Ghania sedih sekaligus iba. Azri benar-benar dalam kondisi tidak bisa dikatakan baik. Se-frustasi itu kah dirinya.

Menahan air mata yang hendak jatuh Ghania mencoba memanggil pacarnya, "Azri," ucap-nya dengan suara bergetar.

-Done revisi-

1037 word hoho banyak kan. Biasa buatnya fresh, baru dapet dukungan yg buat aku terbang sih jadi semangat hehe. Itu thanks loh:)

Klik bintang jika mau, komen jika berkenaan. Sama aku mah bebas ya:')

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang