Bab 30

4.5K 325 29
                                    

Target terpenuhi! Ngga nyangka. Aku jadi takut mau tantang kalian lagi, hiks.. aku mengesampingkan tugas pentingku demi cerita ini.. jadi maaf kalo sedikit kurang ngena. Otakku ke bagi sana-sini :')

Happy reading

2 tahun sebelumnya

Ghania mendekap semakin erat tubuh seseorang yang sedang menggendongnya ini. Rasanya terombang-ambing sama seperti jiwanya. Bau parfum milik seseorang ini juga Ghania hirup dalam-dalam... seolah tidak akan ada waktu lagi gadis itu melakukannya. Karena sejak keputusan mutlak dari mulut si empunya yang menyatakan penyerahan dirinya sendiri terhadap pria paruh baya itu. Ghania sudah paham, bahwa ini memang lah menjadi momen terakhirnya gadis itu merasakan dekapan dari Azri.

Matanya yang bulat itu pun tak luput memandangi guratan wajah milik Azri, terlihat tegas, kokoh dan keras. Sebelah tangan Ghania yang tidak merangkul leher Azri, dengan tidak malu mengelus rahang Azri yang terasa kasap saat pertama kali kulit tangannya menyentuhnya. Kasap-kasap itu berasal dari jambang Azri yang sudah mulai tumbuh.

Ghania tidak sadar, saat tangannya tak henti mengelus-elus rahang Azri. Kegiatan itu membuat Azri terusik, bukan karena tidak suka tetapi tindakan yang Ghania lakukan ini.. membuat hatinya terasa teriris-iris, pedih... sakit. Tetapi tidak mungkin laki-laki itu secara terang-terangan menunjukan raut wajahnya yang sebenarnya terluka, malah sebaliknya. Azri tersenyum manis saat tak lama kemudian matanya bertubrukan dengan Ghania.

Ghania terkesiap saat Azri ternyata sedang menatapnya, pipinya yang gembul itu juga tak segan merona karena tatapan Azri ini begitu dalam melihatnya. Ghania tersadar, saat sebelah tangannya masih bertengger di rahang Azri, Ghania ingin mengenyahkannya, tetapi ucapan Azri kemudian membuat Ghania mengurungkan niatnya

"Jangan, biarkan saja. Mas suka," katanya dalam disertai senyuman manis yang membuat mata Azri kian menyipit. Ghania suka senyumannya.

Tidak lama kemudian langkah Azri terhenti, Ghania terhenyak saat ternyata di depannya saat ini sudah ada 3 mobil sekaligus. Terlihat mewah dan elegan, tidak pantas jika mobil ini masuk ke dalam hutan seram ini.

Salah satu dari orang-orang berbadan besar yang mengikutinya tadi, membukakan pintu penumpang bagian belakang. Azri memasukan Ghania ke dalamnya hingga gadis itu terduduk di jok dengan nyaman. Jujur saja, Ghania hanya merasa lemas---jika tadi disuruh jalan pun dia mampu, tetapi mungkin akan membutuhkan waktu lama untuk sampai ke sini.

Ghania menunggu, saat setelah Azri menurunkannya di jok. Laki-laki itu kembali ke luar mobil, seperti yang Ghania lihat. Ternyata Azri sedang berbicara pada pria paruh baya yang harus diakui Papa kandung Azri itu. Jujur Ghania membenci sifat pemaksa papa Azri

Anak dan papa sama saja. Begitu pikir Ghania.

Entah apa yang dibicarakan ke duanya, karena yang Ghania dengar. Mereka berbicara dengan bahasa bukan dari negaranya... mungkin bahasa Belanda, Ghania sedikit-dikit bisa memahaminya.

Sedikit terjadi perdebatan antara Anak dan Papa itu. Tetapi tak lama kemudian, pria paruh baya itu memilih menyingkir dan kini Azri kembali menghampirinya, tidak seutuhnya. Karena hanya setengah badan Azri saja yang masuk ke dalam mobil.

Mata Ghania berkedip-kedip saat wajah Azri kian mendekat ke arahanya, apa yang dilakukannya selanjutnya adalah laki-laki itu mencium bibir penuh milik Ghania, melumatnya dalam dan rakus seolah tidak akan ada waktu lagi Azri melakukannya.

Ciuman ini terasa menyesakan bagi Ghania, hingga tanpa bisa dibendung lagi... tangisannya pecah. Ghania terisak dalam ciuman keduanya. Tersadar akan itu, Azri menyudahi kegiatannya... laki-laki itu mencium kedua kelopak mata Ghania yang sudah basah akan air mata

"Husstt.. jangan menangis, sayang. Mas melukaimu ya?" tanya Azri polos, laki-laki itu terlihat sangat khawatir menatap Ghania.

Ghania tidak bisa berkata-kata selain menggeleng dan terus saja terisak.

Seolah tidak perduli pada tangisan Ghania, Azri dengan tegas mengatakan apa yang seharusnya dia katakan untuk yang terakhir kalinya. Laki-laki itu memegang ke dua bahu Ghania erat, mendapat perilaku seperti itu membuat mata Ghania membulat. "A-apa--- ucapan Ghania terhenti saat Azri menyelanya duluan.

"Dengar Ghania, apa pun yang akan mas bicarakan ini tolong kamu turuti dan cerna baik-baik. Jangan menyelanya dulu karena waktu mas saat ini tidak banyak. Mengerti kan sayang," ucapnya bagai perintah.

Ghania tentu mengangguk patuh, sorot mata Azri kembali membuat gadis itu ketakutan.

Azri menghembuskan nafasnya kasar kemudian mulai berbicara, "Sayang, tetap lah di Indonsia. Jangan pergi ke mana-mana hm, lakukan apa pun tetapi tetap di negaramu. Selalu jaga diri baik-baik, untuk saat ini mungkin mas tidak bisa menjagamu dari dekat. Tetapi tenang saja, meskipun begitu kamu tetap aman karena Ghania.. berada di gengaman Azri." Azri tersenyum lebar setelah mengatakan itu, Ghania bahkan sampai bergidig ngeri. Tetapi rasa sedih yang mendominasi ketakuatannya akan kehilangan Azri membuat Ghania menggeleng.. seolah tidak mau ditinggalkan.

Melihat itu membuat Azri mengecup dalam dan basah pipi Ghania, kemudian mulai kembali melanjutkan pembicarannya, "umUntuk yang terakhir kalinya, jangan pernah lupakan mas. Karena mas tidak berniat melupakanmu," katanya sungguh-sungguh.

Terus terang, mendapatkan kata-kata panjang dari mulut Azri membuat Ghania pusing. Ini sudah sangat menyiratkan bahwa Azri benar akan pergi meninggalkannya. Ghania menggeleng kembali, mengenyahkan pusingnya yang semakin menjadi. Tetapi tidak bisa, karena tiba-tiba kegelapan pekat menyambutnya terbuka. Ghania pingsan tanpa bisa mengucapakan salam perpisahan untuk Azri.

Ok kan, flashbacknya aja dulu..
Sesuai janji ya aku up cepet, tapi wordsnya dikit wkwk

Nextnya gimana? Penasaran kan hayoo.. itu Ghania mau ketemu Ayahnya, tapi-tapi..

Tbc

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang