Bab 18

5.2K 397 19
                                    

Saat matahari baru saja menyapa lewat jendela balkon kamar yang tidak tertutup sempurna. Seakan tak mau kalah saing Ghania sudah terlebih dahulu bangun, atau memang dari semalam dia tidak tertidur.

Kejadian dimana laki-laki yang sangat Ghania cintai melakukan hal di luar ke-warasannya, memang benar efeknya begitu besar bagi keamanan diri sendiri. Apalagi sang pembunuh saat ini tidur disampingnya, mungkin bisa jadi target selanjutnya adalah Ghania.

Keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya dengan tubuh bergetar bak orang kedinginan. Ghania merasa dia tidak sehat, jiwa dan raganya.

Dan pada saat itu lah laki-laki yang Ghania sebut sebagai sang pembunuh, terbangun. Mungkin getaran yang ada pada tubuh Ghania berpengaruh juga pada kenyenyakan Azri dalam tidurnya.

Ghania tambah mengepalkan kedua tangannya yang saling bertaut di depan dada, saat dirasa laki-laki disebelahnya mulai bergerak merapatkan tubuh-nya padanya.

"Hm selamat pagi sayang, kenapa tubuhmu bergetar seperti ini? Sayangku sakit!" Azri berkata khawatir, tidak memeperdulikan sebenarnya dia baru saja bangun tidur.

Tidak ada jawaban dari gadisnya, Azri bangkit dan langsung saja membalikan posisi Ghania yang menyamping, menghadap balkon kamar.

Terkejut adalah respon pertama Azri! Wajah pucat Ghania dengan keringat dingin yang memenuhi hampir seluruh tubuhnya, mata Ghania yang memerah dengan kantung mata hitam di bawahnya, serta bibirnya yang bergetar kedinginan. Azri tahu Ghania dalam keadaan tidak sehat!

Laki-laki itu berusaha untuk tidak panik, tindakan tepat yang saat ini perlu dilakukan adalah, Azri harus membawa Ghania segera ke rumah sakit.

Mengusap dahi Ghania, Azri berusaha membuat bola mata gadisnya berpusat padanya. Karena memang sedari tadi matanya memandang kosong di atas seakan raganya ada disini tapi nyawanya entah berkelana dimana.

"Sayang hey, kita ke rumah sakit hm. Obati Ghania yang sakit ini supaya cepat sembuh. Sekarang lihat mas dulu sayang," ucap Azri selembut mungkin.

Tetapi sayang tidak ada respon dari Ghania kecuali getaran tubuhnya yang semakin meningakat.

Gila!

Azri bisa gila kalau Ghania begini! Menjambak rambutnya sendiri, Azri meluapkan emosi dan kekhawatirannya lewat itu.

Tidak!

Ghania harus sembuh!

Ghania harus kembali menatapnya dengan tatapan lembut nan teduh yang bisa membuat Azri jatuh cinta untuk pertama kalinya.

"Tenang sayang, mas akan menyembuhkan Ghania lewat perantara dokter. Cepat sembuh ya. Janji mas akan menuruti semua keinginan Ghania, terlepas dari ini semua sayang," janji-nya sungguh-sungguh.

Azri membangkitkan Ghania dari tidurannya, menyandarkan Ghania di kepala ranjang sebentar. Laki-laki itu perlu mengenakan baju dan celana yang pantas, tidak mungkin kan dia kesana hanya menggunakan celana ketat turun pinggang. Tidak perlu mandi, tidak penting. Yang terpenting adalah sekarang Ghaniannya.

Hm Ghania perlu mengenakan sweeter kebesarannya, Azri tidak akan rela gadisnya hanya mengenakan kaos berbahan tipis serta celana hot pants.

Perlahan Azri memakaikan baju miliknya ke tubuh Ghania, semakin kurus saja tubuh gadisnya. Salahnya terlalu lama, larut dalam emosinya jadi begini kan Ghania tidak terurus! Bodoh! Azri akan membayar semua keselahannya.

Selesai, sekarang keduanya siap pergi ke rumah sakit.

*****

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang