Bab 35

4.3K 267 15
                                    

Berhentinya mobil yang Azri kendarai, serta keluarnya Ghania dari mobilnya... hingga gadis itu memasuki gedung kampus itu. Tidak lantas membuat Azri pergi dari wilayah kampus ini. Laki-laki itu masih setia duduk, berdiam diri di dalam mobilnya yang jelas dingin, ber-AC. Bukan, bukan karena nyaman berlama-lama hingga rela tidak melakukan apa-apa di dalam mobilnya.

Sekepergiannya Ghania, ada sosok lain yang menarik perhatian Azri. Laki-laki itu jelas mengenali dia yang berdiri sambil menatap tertarik, gedung kampus di depannya.

Menyeringai, tiba-tiba saja otak Azri yang cemerlang memerintahkannya untuk turun, mendekati sosok itu. Bukan tanpa sebab, Azri sudah tidak lama bermain. Mangsanya kali ini sungguh bisa memusakan rasa hausnya akan cairan pekat merah, yang selalu menjadi sumber kebahagiannya. Yang kedua.

Tetapi tunggu, Azri sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk, tidak akan melakukan hal itu lagi. Bagaimana jika Ghania tau bahwa dia tidak bisa mengubur dalam kebiasaannya yang sudah tertanam dalam dirinya?

Ah masa bodoh! Ini yang terakhir kalinya. Setelah itu, Azri tidak akan bertingkah macam-macam lagi.

Tekatnya sudah bulat, Azri keluar dari mobilnya dengan kedua tangannya yang dimasukan ke dalam saku jogger pants-nya. Laki-laki itu memang mengenakan outfit santai, dipadukan dengan kaos yang melekat sempurna di tubuhnya yang keras dan kekar. Menambah kesan gans-nya, membuat siapapun akan terpukau melihat penampilannya.

Saat sudah didekatnya, Azri tidak segera menepuk pundak laki-laki itu. Sepertinya memang sangking fokusnya menatap bangunan yang ada di depannya, dia sampai tidak sadar bahwa ada sosok lain di belakangnya.

Terdengar helaan nafas panjang sebelum orang itu berbalik sutuhnya menghadap Azri. Dia terkejut, mulutnya menganga lebar... tiba-tiba jari telunjuknya menunjuk Azri dengan gemetar.

"L-lo!" ucapnya terbata-bata.

Azri menyeringai, tangan kanannya keluar dari saku, membentuk solah-olah itu pistol.
"Dor! Kita bertemu lagi," katanya geli, antara ibu jari dengan telunjuknya masih mengambang di udara. Terulur ke depan, seolah baru saja menembak seseorang di depannya. Puas.

Orang itu menggeleng histeris, tubuhnya mundur kebelakang hingga terhitung tiga langkahnya, dia terjatuh ke aspal.

"Ba-bagaimana bi-bisa!"

Lama, Azri tidak suka keadaan seperti ini. Menengok kanan dan kiri, suasana disini cukup sepi tetapi tidak menutup kemungkinan ada orang yang tahu apa yang akan Azri lakukan pada mangsa di depannya ini.

Lalu, Azri jongkok. Mensejajarkan tubuhnya dengan orang ini. Menelengkan kepalanya Azri mulai berkata, "Ikut dan semua akan baik-baik saja," ucapnya lirih.

Langsung saja dia berteriak, "BAGAIMANA MUNGKIN? KALIAN SAMA GILANGNYA---hmpphh!"

Azri melakukannya, laki-laki itu membekap dia, dengan sapu tangan yang selalu Azri bawa di dalam saku celana kirinya.

"Apa yang anda lakukan pada orang ini?"

"Wah, sepertinya dia ingin menculik orang itu."

"Kita laporkan pada polisi saja bagaimana?"

Mendengkus kasar, sudah Azri duga. Teriakan orang ini mengundang rasa penasaran beberapa orang di sekitarnya. Bahkan ada yang menunjuknya, mengatakan Azri adalah lelaki jahat. Memang benar, tetapi Azri bukan lelaki yang dengan mudah terjebak situasi seperti ini.

Azri berdiri dengan gaya tenang, tubuhnya memutar ke sebaliknya. Balas menatap balik orang yang menuding-nudingnya. Seketika semuanya terdiam, melihat raut wajah Azri yang tenang seketika mengubah persepsi mereka tentangnya.

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang