Bab 34

4.4K 292 11
                                    

"Nanti pulangnya terlambat lagi aja. Ngga usah dengerin omongan orang tua ini, ya!"

Sendirian keras yang jelas masih Ghania dengar, membuatnya meringis. Pagi ini beliau selalu mengatakan hal itu berulang kali. Hanya karena kemarin terlambat pulang dari  jogingnya, ibunya jelas sudah mewanti-wantinya untuk pulang paling lambat jam 9 pagi. Nyatanya Ghania sampai rumah hampir jam setengah satu siang, luar biasa. Bersama Azri kemarin membuatnya lupa akan waktu.

Ghania yang posisinya sudah di luar gerbang rumah hanya mengangguk, dengan tangan kanan yang teracung ke atas membentuk jempol 'sip'.

Selanjutnya teriakan yang sudah Ghania nanti-nanti, keluar juga dari mulut ibunya, "AWAS KAMU, YA!"

Ngakak, Ghania tidak tahan lagi untuk tertawa. Ibunya ini, selalu berlebihan dalam segala hal.
Untung saja, posisi Ghania sudah jauh dari jangkauan ibunya. Kalau tidak bisa jebol telinga Ghania mendengar ocehan beliau yang tidak ada hentinya. Eh, tidak-tidak.

Melirik ponsel di gengamannya, tertera waktu menunjukan pukul 8 lebih 10 menit. Jarak dari rumahnya menuju kampus membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. Sedangkan jam masuk pagi ini pukul 9, itu pun kadang tidak pasti, kadang kurang dari jam 9 mata kuliah pertamanya sudah dimulai.

Duh! Suha ini sebenarnya niat tidak sih menebenginya. Ghania jadi gelisah sendiri, dia itu anti banget dengan kata terlambat! No! Cukup dia menjadi pemalas di rumah saja, kalau ngampus Ghania harus jadi yang terajin.

Di rundung ke hawatiran, tubuh Ghania bergerak tidak tentu arah. Sampai tak sengaja matanya menangkap sebuah mobil yang sedang memasuki pintu masuk perkomplekkan sini.

Ghania mengenalinya, oh jangan! Mobil itu bergerak mendekati rumahnya. Ghania panik, gadis itu berbalik ingin masuk ke rumahnya saja. Tetapi terlambat, karena klakson mobil yang suara sangat nyaring itu membuat pergerakannya terhenti. Alhasil Ghania membatu di tempat.

Dan benar, sang pengemudinya keluar. Menampakan senyum manis yang membuat Ghania lupa, bahwa di depannya ini masih manusia atau sebenarnya malaikat.

Aishh!!

"Selamat pagi, sayang."

"Ngapain disini?" Spontan Ghania membalas sapaan Azri dengan pertanyaan itu. Ghania tidak sadar, bibirnya bahkan langsung terlipat begitu dalamnya.

Di lihat Azri mengerutkan keningnya dalam, salah Ghania! Bukannya menjawab sapa laki-laki itu malah melontarkan pertanyaan yang bisa saja membuatnya, tersinggung.

Tersenyum tipis, Azri mengusap kepala Ghania sayang. "Jemput kamu. Tidak boleh, ya." Bukan pertanyaan namun pernyataan yang Azri jawab.

Kepala Ghania langsung menggeleng, "Bu-bukan begitu! Em... gini maksudnya, kamu tau kan..." Ragu-ragu kepala Ghania menengok ke belakang, tepat pada pintu masuk rumahnya. "Ibu ada di rumah, mas. Aku-aku, ngga mau kalau sampai, ibu. Melihat, mas," ucap Ghania jujur, mengatakan kegelisahannya yang sebenarnya.

Menggeleng maklum, Azri menangkup kepala Ghania, "kenapa sayang? Tidak masalah kalau Ibumu melihat, mas. Karena memang itu yang mas harapkan hm."

Kan! Azri ini seperti tidak tahu saja, jelas-jelas ibunya sangat tidak menyukai laki-laki itu.

"Baiklah-baiklah, mas mau jemput Ghania kan. Mau mengatarkan Ghania ke kampus kan? Ayo sekarang aja! Cepat!"

Tidak memperdulikan respon Azri, Ghania buru-buru membuka pintu mobil mewah milik laki-laki itu. Baru saja tubuhnya hendak masuk ke dalam, suara seseorang membuat pergerakannya terhenti.

"Mau main kucing garongan, ya!"

Kan!

*****

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang