Bab 1

14.5K 883 100
                                    

"Sudah sampai. Jangan lupa ganti baju, makan terus langsung istirahat. Kalau mau kemana-mana harus ijin aku dulu ngerti."

Tangan berotot milik laki-laki bertato itu mengusap rambut halus Ghania. Ghania tersenyum di perlakukan seperti ini, dia merasa disayang.

Membentuk sikap hormat Ghania menjawab, "Siap pacarku sayang, " ucapnya mesra. Mau tidak mau membuat laki-laki ber-hodie itu gemas dibuat-nya lantas ia melampiaskannya dengan mengigit pipi gembul gadis-nya ini.

Bukannya mengaduh sakit justru Ghania tertawa terbahak-bahak. Segala sesuatu yang laki-laki itu lakukan terhadap-nya seringkali membuat perutnya merasa tergelitik.

Ya tuhan betapa beruntungnya aku bisa mencintai Ghania, ucap dewi batin laki-laki itu.

Mencopot seal belt Ghania bersiap keluar dari mobil. Gadis itu tidak bisa berlama-lama bersama pacarnya terus... dia memiliki kesibukannya tersendiri. Laki-laki itu sudah bekerja berbeda dengan dirinya yang masih bersetatus pelajar SMA.

"Eh mau kemana?" Laki-laki itu mencekal lengan Ghania saat hendak keluar dari mobil.

Ghania tertawa kecil, pacarnya ini kenapa sih? Ya jelas Ghania mau pulang ke rumah-nya. Lihatlah di sana... di pintu rumah-nya sudah ada nyonya tua yang menunggu kepulangannya dengan dahi berkerut dan mata menjam melihat keberadaan mobil ini.

"Sebentar."

Pacar-nya mengambil sesuatu di belakang kursi penumpang, mau tidak mau membuat Ghania penasaran juga. Lantas dia ikut mengintip... tapi naas malah kepalanya tidak sengaja terbentur dengan kepala laki-laki itu.

"Duh astaga! Sakit kan." Dengan panik laki-laki itu meraba-raba kepala Ghania sambil meniup-niupnya. Mata-nya begitu kentara menyorotkan kekhawatiran.

Ghania menggeleng tidak apa-apa. Tidak sakit juga, pacar-nya ini suka berlebihan terhadapnya.

Menghela nafas lega, laki-laki itu memberikan paper bag berisikan sesuatu yang pastinya sangat gadis-nya sukai.

"Woah apa ini?" Ghania menerimanya antusias,dibukanya tas itu dan...

Astaga!

Secepat kilat matanya menatap laki-laki itu yang kini juga sedang menatap-nya sambil tersenyum simpul. Tidak kuasa merasa senang, Ghania memeluk laki-laki di sebelah-nya dengan erat. Bibirnya tidak luput menciumi rambut hitam legam milik pacarnya sambil mengucapkan terima kasih berulang kali, membuat si empunya tertawa geli dengan tingkah gadis-nya ini.

Kedua-nya hanyut dalam pelukan sampai ketukan kaca di luar mobil mengintrupsi kegiatan mereka berdua.

Laki-laki itu melepas pelukannya dengan berat hati, mata elang-nya menatap seseorang di luar mobil-nya dengan pandangan bosan.

"Em... sekali lagi makasih ya mas Azri Ghania udah di beliin Dark coklat kesukaan Ghania banget. Yaudah Ghania pulang dulu, tuh nyonya tua udah jemput Ghania di luar mobil." Ghania cekikikan kala ketuka di luar mobil di ulang berkali-kali. Kedengaran tidak sabaran.

Laki-laki bernama Azri itu tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

Untuk yang terkahir kali-nya dalam satu hari ini bertemu Azri... Ghania mencium pipi sang pacar tanpa menghiraukan nyonya tua yang menunggu anak gadis-nya keluar.

"Hati-hati di jalan ya mas, jangan lupa rinduin aku hehe." Setelah mengatakan itu buru-buru Ghania keluar dari mobil.

Kalau saja tidak ada nyonya tua itu Azri akan menciumi wajah gadis-nya sampai kegelian. Azri Menganggukan kepalanya sebagai bentuk sapaan terhadap wanita yang menjadi ibu dari gadisnya, sia-sia karena seberapa banyak anggukan jelas tidak akan pernah mendapatkan balasan. Ibu Ghania tidak menyukai-nya. Mengingat itu Azri tersrnyum miring dan mulai menjalankan mobil-nya.

Ghania melambai saat mobil pacar-nya mulai melaju. Melihat kelakuan anaknya barusan membuat nyonya tua alias ibu Ghania bertindak, menyeret anak-nya memasuki rumah.

"Ngapain kamu di dalam mobil lama-lama. Pake cium-cium segala, dada-dada juga. Jadi cewek jangan ke-gatelan kamu Ghania." Ibu Ghania berujar marah.

Selalu begitu dan Ghania hanya mampu mengelus dada-nya sabar.

Di dalam rumah ibu Ghania tidak berhentinya mengomeli-nya. Bukannya disuruh istirahat atau setidaknya ganti baju dulu lah ini malah mengutamakan ceramah-nya. Selalu satu topik sama yang di bahas.

"Ibu ngga habis pikir sama kamu Ghania. Kalau mau punya pacar ya lihat-lihat dulu lah orangnya jangan asal suka. Udah bertato, tampang sangar gitu... atau jangan-jangan kamu di guna-gunain lagi sama dia jadi buta cinta gitu," tuduh ibu-nya dengan mata melotot menerawang.

Yang ada Ghania yang guna-gunain si Azri, pikir gadis itu.

Lelah sungguh, ibunya ini selalu menjelek-jelekan pacarnya hanya karena beliau tidak suka tato-nya dan tampang sangarnya? Astaga!

"Bu udah deh ngga usah bahas Azri mulu. Tampang-nya emang sangar tapi dia baik kan. Baiknya ngga ke aku doang lagi, ke ibu juga. Buktinya minggu kemarin ibu di beliin cincin berlian sama mas Azri dengan harga hampir 1 miliar. Ibu kira aku ngga tau," tandas Ghania langsung.

Memang benar kok, Ghania melihat sendiri bukti transferan cincin berlian itu lewat ponsel pacarnya sewaktu Ghania meminjam ponsel Azri dan itu atas nama ibunya. Jadi Azri memang membelikan cincin itu untuk ibu Ghania. Kurang baik apa coba si Azri, jarang-jarang ada cowok yang gitu lho.

"Y--ya emang tapi kan---

Belum sempat merampungkan perkataannya Ghania sudah menyela duluan, memang tidak sopan tapi pasti ibu-nya ini akan mengelak dari kebenaran.

"Udah deh bu, Ghania capek mau istirahat dulu. Lanjut besok aja kalau emang ibu tega sama pacar Ghania. Emang begitukan ibu setiap hari," ucap Ghania sedih dan lesu.

Dengan cepat Ghania langsung meninggalkan ruang tv, menaiki anak tangga menuju kamar-nya berada... menyisakan ibu-nya yang memandang sendu punggung anak-nya.

"Bukan begitu maksud ibu Ghania. Kamu tidak tahu yang sebenarnya," lirih-nya yang pasti tidak sampai terdengar ke telinga Ghania.

-Done revisi-

Aku ngga tau kenapa pengen bgt nulis cerita pria bertato.

Semoga ada yg suka sama cerita pertamaku ini:)

Di tunggu respon baik-nya,maaf kalau ada kata-kata yg kurang pas, bahasa masih acak adul, minim EYD, puebi dsb.

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang