Bab 12

6.9K 535 29
                                    

Di dalam ruangan yang di dominasi dengan serba-serbi warna biru tua, Azri menempatkan Ghanianya yang entah masih pingsan atau malah tertidur pulas disini, di dalam kamar pribadinya. Bukan lagi di apartemennya, melainkan di suatu tempat jauh tetapi masih satu negara. Hanya untuk sementara, sampai Ghanianya terbangun dan mau Azri bawa pergi jauh.

Kalaupun tidak Azri pun tak masalah, tetapi dengan satu syarat. Ghania harus mau menjalin hubungan kembali dengannya untuk selamanya. Mudah dan tidak merugikan keduanya, Azri percaya gadisnya ini masih mencintainya. Optimis Azri meyakini itu.

Azri bertekuk lutut di samping kasur setelah menurunkan Ghanianya di atas tempat tidur. Dengan wajah imut dan polosnya gadis ini begitu membuat Azri gila setengah mati setiap hari, setiap saat bahkan setiap detiknya.

Laki-laki itu mengusap pipi tembem Ghania dengan jempolnya sepelan mungkin seakan takut jika dia menekannya terlalu kuat akan membuat pipi gadisnya terluka, Azri tidak mau hal itu sampai terjadi.

"Tidur yang nyenyak sayang, aku disini menjaga kamu selalu, ada di dekatmu setiap saat... tenang saja. Hidupku sudah ku berikan untukmu hm, jadi sejauh apapun kamu menghindar aku dengan sekuat tenaga akan meraihmu kembali ke dalam dekap dan hidupku," janji Azri sungguh-sungguh.

Perlahan tetapi pasti bibir Azri mulai mendekat mengecup bibir merah muda Ghania, miliknya. Hanya Azri lah yang boleh melakukan hal ini, tidak boleh lelaki lain.

Satu kecup... dua kecup... tiga kali kecup dan Azri masih saja belum puas, lantas laki-laki itu melumat habis bibir atas dan bawah Ghania, merangkumnya menjadi satu lumatan bibir Azri.

Azri menggeram, menikmati sensasi manis bibir gadisnya yang selalu membuatnya ketagihan terus menerus.

Lama Azri bermain laki-laki itu baru tersadar tangannya yang tadi berada di pipi gadisnya sekarang beralih meremas payudara sebelah kanan Ghanianya.

Tidak! Dia tidak boleh kelewatan.

Untung saja akal sehatnya masih bekerja sedikit lancar, Azri menghentikan perbuatan kurang ajarnya ini. Kurang ajar karena tanpa persetujuan Ghanianya Azri melakukan hal itu.

Nafas laki-laki itu terengah menerpa wajah Ghania, Azri mengusap bibir gadisnya yang basah atas perbuatannya dengan jari-jarinya. "Maafkan aku sayang, hampir saja aku kelepasan."

Setelah mengatakan itu Azri berdiri, bangkit dari posisinya, mengamati sekali lagi kondisi Ghania sebelum menunduk, mengecup kening Ghania cukup lama, Azri sedang meresapinya.

Bayangkan saja sudah lebih dari satu minggu dia uring-uringan sendiri sebab komunikasinya antara Ghania di tutup begitu saja, ponsel gadisnya tidak aktif dan paling parah lagi Azri tidak dapat menemui gadisnya sewaktu pulang sekolah, dirumah apalagi.

Tidak semudah itu Ghania memutuskan hubungan ini, sudah bilang 'kan Azri memiliki 1001 cara lebih untuk mendapatkannya seperti sekarang ini. Ghania sudah kembali di lingkup hidupnya.

Azri menyudahi mencium kening gadisnya, laki-laki itu mulai berjalan keluar dari kamar pribadinya. Dia ingin mencari sesuatu untuk gadisnya saat terbangun nanti.

Tetapi di ambang pintu Azri berhenti melangkah, laki-laki itu berpikir sejenak. Membiarkan Ghanianya tanpa penahan apapun disini pastinya bisa dengan mudah gadis itu pergi begitu saja. Tidak boleh!

Lantas laki-laki itu mulai mencari, mengambil sesuatu dan mulai berkutat memasangkannya ke beberapa bagian tubuh Ghania. Selesai! Dengan begini dia bisa keluar tanpa takut Ghanianya pergi meninggalkannya.

"Tenang sayang aku pergi tidak akan lama hm."

Dan laki-laki itu keluar tanpa lupa mengunci pintunya terlebih dahulu.

****

"Aku mau pergi dari sini! Aku mau pergi!!!" Ghania terus saja memberontak, badannya menggeliat kesana kemari mencoba melepaskan jeratan yang ada di tangan dan kakinya.

Azri geram melihat tingkah Ghania yang ingin melepaskan diri, terbukti 'kan gadis itu ingin pergi meninggalkannya.

Azri langsung saja masuk sambil membanting pintu dibelakangnya dengan kaki kirinya. Langkah lebar kakinya membawa laki-laki itu mendekati Ghania.

Dengan kasar dan tidak berperasaan Azri mengapit kedua pipi Ghania, mendongkak-kan wajahnya dan pemandangan mata sembab Ghania menjadi penyambutnya, membuat Azri seketika tersadar. Dia telah membuat Ghanianya menangis.

"Lepas! Lepaskan aku! Dasar kamu orang kasar!" Ghania berteriak marah, terbangun disituasi kaki dan tangan terikat di tiap sisi ranjang membuat Ghania panik sekaligus takut. Dan sekarang ketakutannya berubah menjadi emosi yang memuncak kala tahu dalang dari penculikan ini adalah Azri-- mantannya.

Dikatakan orang kasar seperti ini Azri berusaha sabar dan tidak terpancing emosi, bahaya nanti, rencana membuat Ghanianya kembali bisa gagal. Menghela nafas sabar Azri mulai berkata sepelan mungkin, cengkraman yang ada di pipi Ghania laki-laki itu longgarkan. "Jangan berteriak sayang, aku pasti akan melepaskanmu hm. Tapi tolong jangan buang-buang pita suaramu yang indah dan selalu membuatku melayang dengan berteriak keras seperti ini hm."

Tentu saja Ghania tidak menurut, justru dengan berani Ghania menggigit jempol Azri yang memang tepat berada di samping sudut bibirnya. Dan detik berikutnya suara kesakitan yang ingin Ghania dengar tidak terjadi, justru tawa menggema Azri menjadi pendengarannya.

"Hahahaha astaga gadisku... beberapa hari ini tidak bertemu dan berhubungan denganmu ternyata merubahmu menjadi kucing galak ya." Azri tergelak, sudut matanya sedikit mengeluarkan air mata. Lucu saja, digigit seperti ini tidak akan membuatnya kesakitan. Justru reaksi lain pada sesuatu di celanannya ini yang membuatnya kesakitan. Sungguh menyiksa.

Ghania menatap orang di depannya aneh sekaligus ngeri. Tidak main-main Ghania menggigitnya loh, lihatlah ada sedikit bercak darah di jempolnya. Gadis itu tidak perduli, yang ia pikirkan adalah segera lepas dari ikatan ini.

"Tolong, lepaskan aku. Apa yang sebenarnya ingin mas lakukan terhadapku dengan mengikat anak gadis orang disini." Ghania berujar sesenggukan. Air matanya sudah berhenti tetapi kepanikannya masih ada juga.

Bodoh atau polos gadisnya ini? Mungkin polos karena Ghania pintar melakukan apapun. Seperti membuat Azri cinta mati terhadapnya. Tertawa renyah Azri mulai menjawab, "Mengikatmu selamanya disisiku itu mauku. Apa aku salah Ghania? Mempertahankan seseorang yang telah membuatku gila seperti ini? Jika memang benar begitu aku rela dihukum," ucapnya serius.

Hehe ngga niat gantung sih tapi idenya nih yang kadang suka bikin sebel, mandeg gitu stop sampe sak mene tok:D

Tetep berharap para pembacanya suka dan ngga kesuh alias marah. Plis kalian selalu kasih dukungan setidaknya komen aja nih biar aku semangat getooh hwhwh

Wis lah sekian bla... bla... bla... dari ku:)

Tbc

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang