TENTANG REKKAN MENURUT ANITA

8.2K 597 32
                                    

ANITA POV

Namaku ANITA MARA GUNADHI. Panggil saja Anita.
Sampai usia ku yang ke 28 ini, aku masih betah sendiri.
Bukan karena tidak ada yang naksir aku.
Banyak loh, bahkan salah satu dokter disini juga ada yang terang terangan naksir aku.
Tapi entahlah, aku masih malas untuk berhubungan dengan laki laki manapun.

Oh ya, Sudah hampir sebulan aku menjadi dokter khusus untuk Kusuma. Ekhmm maksudku Rekkan.
Sampai saat ini pula, keadaan Rekkan masih belum ada perubahan.
Dia masih betah tidur di ranjangnya.
Sebenarnya dia itu sedang mimpi apa?
Tidak kah ia kasihan pada ayah dan ibunya yang tiap hari bersedih hati.

Walaupun aku mendapatkan gaji tambahan, tapi sebenarnya aku jenuh kalau hanya merawat satu pasien saja.
Apalagi pasienku ini sedang koma.
Lalu, apa aku harus mengajak ngobrol Rekkan yang sedang koma ini?
Bego dong aku.

Karena hal ini pula aku jadi sering berbincang dengan orang tua Rekkan. Bu Andhini ataupun Pak Winarya.
Mereka sering menceritakan segala hal tentang Rekkan.
Dan itu membuatku menjadi penasaran dengan anak itu.
Apalagi jika mendengar celotehan dari Della tentang Rekkan.

Ya, Della kadang ikut aku menjenguk Rekkan.
Dan dia terang terangan mengatakan kalau Rekkan itu anak yang manis.
Kata Della, Rekkan itu tidak cantik, tapi manis. Katanya, kalau cantik itu ditatap sekali dua kali memang cantik. Tapi lama lama akan terlihat biasa.
Sedangkan kalau manis, berapa kali pun kita menatapnya, kita tidak akan bosan.
Dan aku setuju dengan pendapat Della.
Buktinya juga sekarang aku mulai memperhatikan anak ini. Dan tidak pernah bosan. Justru aku malah semakin tenggelam akan rasa penasaranku tentang Rekkan.

Dalam keadaan koma saja anak ini sangat manis, apalagi kalau dalam keadaan sehat ya?
Pasti keren.

Aku mengira ira, tinggi tubuh Rekkan sama denganku. Bedanya, kalau Rekkan pasti masih bisa tambah tinggi lagi. Sedangkan aku mungkin segini saja. Umurku udah banyak soalnya.

Rekkan tidak terlalu putih, tapi tidak juga cokelat. Tapi dia memiliki kulit yang bersih.
Kalau kata orang, mungkin itu yang disebut kuning langsat.

Rambutnya hitam legam, sedikit panjang melewati bahu. Lurus alami.
Badannya tidak kurus, tidak juga gemuk.

Hidungnya tak terlalu mancung. Tapi tidak juga pesek.
Pipinya agak tembem. Jadi pengen cubit hehehe.

Dan yang paling aku sukai dari Rekkan itu adalah alis matanya.
Tebal sekali alisnya itu. Itu membuatku sering tergoda untuk menyentuhnya.

Tapi aku penasaran dengan bola mata dibalik kelopak matanya yang terpejam itu.
Sungguh, aku ingin merasakan pandangannya.
Aku ingin menatap bola matanya.

Aku sering tergoda untuk menyentuh kulitnya. Walau hanya dengan cara menyentuh tangannya. Halus, meski ada beberapa luka yang terukir.

Tanpa sadar, kini aku sering menyelipkan namanya diantara doa doa ku pada sang Pencipta.
Menyerukan namanya didalam hatiku.
Memohonkan kesembuhan untuknya.

Rekkan, aku tidak mengerti sebenarnya.
Apa yang kamu perbuat padaku?
Dalam keadaanmu yang seperti ini, kamu sudah berhasil memporak porandakan hatiku.

Aku tidak mengerti sebenarnya.
Mengapa anak kecil ini mengganggu pikiranku.
Menguasai otakku. Setiap harinya.
Sedangkan aku belum pernah melihatnya membuka mata,
Belum pernah melihatnya tersenyum,
Bagaimana saat dia berbicara,
Bagaimana suaranya,
Mengenalnya juga tidak.

Mengapa Rekkan? Dirimu yang masih tertidur saja sudah berhasil membuatku hampir gila.
Bagaimana nanti saat kamu sudah bangun? Menunjukkan dirimu yang sesungguhnya.

Oh Tuhan,
Bangunkan dia
Kembalikan dia pada orang orang yang mengasihi nya
Dan aku...
Juga ingin mengenalnya

Bersambung

MENCINTAI REKKAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang