SU SON BIRKAC GUN AGIR GECTI SADECE
(HARI DEMI HARI BERLALU SECARA PERLAHAN)
****
"Rekkan? Kok nggak dibales? Kamu masih dirumah sakit?"
Anna mengerutkan alisnya saat membaca pesan yang baru saja masuk itu.
Matanya melirik kata TYPING.
"Iiiih Rekkan!! Kok cuma di read sih???"
Lagi lagi satu pesan baru muncul. Anna menangkap nada manja dari pesan itu. Membuat ia makin penasaran siapa perempuan itu.
"Siapa sih? Kok dia tahu kalau Rekkan ada dirumah sakit?"
Anna kembali meneliti profil perempuan itu. Perempuan dengan rambut dikuncir kuda. Dan sebagian wajahnya ditutup kertas dengan nama Rekkan yang dibalik.
Meski tertutupi, tapi Anna yakin kalau perempuan ini pasti cantik. Sudah terlihat dari pasang matanya.Perempuan itu mengenakan jas putih seperti yang dipakai para dokter. Rok span hitam selutut. Dan heels yang tak terlalu tinggi.
Perempuan itu terlihat dewasa. Ya, dia perempuan dewasa.
Dan penampilannya seperti seorang dokter.'dokter?'
'dokter?'
Anna terus mengulang kata kata itu dipikirannya. Ia tengah menebak nebak.
'Seorang dokter'
'Mengenal Rekkan'
'Dan ini Rumah Sakit Rakyat Indonesia'
'Ooohhh!!!!! Sial sial sial!!!!!"
'Anita??'
Anna hampir tidak percaya dengan analisanya sendiri. Ia terlihat termenung. Sampai akhirnya ponsel Rekkan digenggamannya kembali bergetar.
Satu pesan baru dari Renita kembali muncul. Anna langsung membacanya.
"Kalau kamu belum pulang, kita bisa ketemu dulu nggak? Sebentar juga gapapa"
Anna menggerutukkan giginya menahan emosi. Perempuan itu! Berani beraninya mengajak kesayangannya ketemuan!!
Ia langsung menutup kembali aplikasi chat itu dan meletakkan ponsel di meja seperti sedia.
Ia memejamkan mata dengan hati yang nyeri.***
"Berapa Bang?" tanya Rekkan pada penjual bubur ayam di kantin rumah sakit.
"30 rebu aja neng" jawabnya.