REKKAN

5.6K 417 21
                                    

REKKAN POV

Waktu terus bergulir. Hingga banyak hari terlewati.
Dan aku masih dapat merasakan angin bertiup menghembus wajahku.
Masih dapat menghirup udara dengan leluasa.
Masih dapat melihat dedaunan berjatuhan.

Hampir dua bulan mengalami koma. Aku bersyukur masih dapat kembali. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana orang tuaku melewati masa masa itu.
Masa dimana anak semata wayangnya tersesat dalam mimpi yang tak berujung.

Dan aku beruntung memiliki mereka. Ayah, Ibu, Kak Anna, teman temanku.
Mereka lah yang selalu menyerukan namaku dalam doa mereka pada Sang Pencipta.

Aku masih ingat betul peristiwa di hari itu. Hari dimana aku tergolek lemah dijalanan.
Dan si pengecut itu melarikan diri saat orang orang mulai berdatangan. Mengerumuniku yang penuh darah.

Ayah masih terus mengurus masalah ini dikantor polisi. Tapi sampai sekarang pun belum diketahui siapa si pengecut yang kabur itu.
Mungkin orang itu sedang bersenang senang sekarang. Bersenang senang karena bisa lari dari tanggung jawab.

Kudengar pintu terbuka.
Dan kulihat Kak Anna memasuki ruangan.

"Hai sayang" sapa Kak Anna.

"Hai kak" jawabku.

Kak Anna menghampiriku dengan senyum yang terus terkembang.
Lalu duduk diranjang tempat aku duduk bersandar sekarang.

"Kok bangun sih? Kamu masih kelihatan lemas loh. Nanti sakit badannya kalau kelamaan duduk. Baringan lagi yuk, sini kakak bantuin" ucap Kak panjang lebar.

Kak Anna sudah memposisikan tubuhnya untuk membantuku kembali berbaring. Tapi aku menolak.

"Nggak usah kak. Aku capek kalau baringan terus. Pengen banyak gerak, biar nggak kaku badannya" ucapku.

"Oh gitu? Tapi nanti kalau mulai capek, kamu bilang ya" ucap Kak Anna.

"Siap kabul" ucapku. Kak Anna tersenyum menanggapi ucapanku.

"Sayang, kepalanya masih sakit nggak? Kakinya juga, gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Kak Anna seraya menyentuh lembut perban dikepala dan kakiku yang di gips (bener gk sih nulisnya?).

"Udah mendingan kok Kak. Ya kadang masih kerasa sakitnya. Tapi lumayan sekarang udah mulai berkurang" jawabku.

"Syukurlah kalau gitu. Kakak udah nggak sabar pengen peluk kamu hehe" ucap Kak Anna.

"Emang sekarang nggak bisa peluk aku? Biasanya juga langsung nempel" tanyaku.

"Ih, kalau sekarang kan kamu masih sakit. Nanti lukanya kesenggol kan bahaya" jawab Kak Anna.

"Aku udah mendingan kak. Kalau mau peluk ya gapapa" ucapku.

"Ciyeeeeh pengen banget ya kakak peluk?" tanya nya sambil menaik turunkan alisnya.

"Kalau nggak mau juga gapapa. Nggak maksa kok" ucapku.

"Hehehe bercanda sayang" ucap Kak Anna lalu melingkarkan kedua tangannya ke pinggangku, memelukku. Dan menenggelamkan wajahnya dileherku.

"Hmmmmmh wangi banget sih kamu. Udah mandi ya?" tanyanya sambil terus memelukku dan menghirup area leherku.

"Udah, tadi dibantu ama suster" jawabku seraya memeluknya.

"Nggak sama Dokter Anita kan?" tanya Kak Anna.

"Mana ada dokter yang bantu pasiennya mandi? Lagian kenapa sama Dokter Anita?" tanyaku.

"Nggak suka aja kalau dia deket deket kamu" jawabnya.

"Dih, apaan? Dia kan dokter aku, kalau nggak deket gimana periksanya" ucapku.

MENCINTAI REKKAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang