Rekkan memarkirkan pcx hitamnya didepan garasi rumahnya. Disana juga sudah ada mobil kakaknya.
Setelah ia melepas helmnya ia pun masuk.Diruang tamu ia melihat Ibunya tengah berbincang dengan Anna.
Ia pun mendekat dan menyalami ibunya. Tidak sadar akan tatapan kakaknya yang tertuju padanya sejak tadi."Darimana nak, kok baru pulang?" tanya Bu Andhini.
Rekkan baru akan menjawab namun harus terhenti karena Anna menyela.
"Kakak telponin kok nggak diangkat? Chat kakak juga nggak ada dibuka? Ponsel kamu aktif loh, kenapa nggak luangin waktu buat ngecek?
Kakak udah nanya ke Luky sama Vallen juga, mereka bilang kalian udah pulang dari siang.
Ini udah sore kenapa baru nyampe rumah?" tanya Anna panjang lebar.Bu Andhini menatap Rekkan yang masih diam.
"Kamu mulai suka keluyuran sekarang? Nongkrong nongkrong nggak jelas, nggak ada gunanya kayak gitu tuh" ucap Anna tegas.
Membuat Rekkan berdecak kesal.
"Apa sih kak! Jangan suuzon deh!" ketus Rekkan.
"Makanya kalau mau pergi tuh izin dulu sama orang rumah. Ini pulang telat kok nggak ada izin sama sekali" ucap Anna.
"Udah nak, biarin Rekkan jawab dulu.
Ayo nak, bilang sama kami" ucap Bu Andhini pada Rekkan.Rekkan kesal sebenarnya. Bisa bisanya kakaknya itu berburuk sangka seperti itu.
"Bu, aku nggak keluyuran kayak yang kak Anna bilang.
Ibu juga tau kan kalau aku nggak pernah aneh aneh diluar rumah" ucap Rekkan."Tapi kakak kamu bilang ponsel kamu aktif, tapi kenapa waktu ditelepon kamu nggak angkat? Kamu lagi ngapain?" tanya Bu Andhini.
"Maaf Bu, kalau soal telepon aku emang nggak tau. Ponsel aku taruh di tas terus sejak keluar kelas.
Makanya aku nggak tau kalau ada telepon" jawab Rekkan."Terus dari siang kamu pergi kemana?" Anna menyela.
Rekkan menghela nafas kasar kala mendengar pertanyaan Anna yang seperti mengintimidasi.
"Aku pergi ke Rumah Sakit Rakyat Indonesia. Dan menemui Dokter Anita" ucap Rekkan tegas.
DEG!!!!
Jantung Anna serasa dihantam bogem mentah. Mendadak pikirannya mulai berkecamuk kala mendengar ucapan Rekkan.
"Aku berterimakasih padanya karena telah merawatku.
Sekaligus minta maaf karena pulang tanpa pamit"Rekkan berucap seraya menatap Anna.
Dan kakaknya itu terlihat mengepalkan jemarinya. Bibirnya terlihat bergetar. Ia tidak berani menatap Rekkan saat ini."Kalau kita sudah pamit, kenapa dia bisa nggak tau ya?" tanya Rekkan dengan nada menyindir.
Bu Andhini terlihat tidak paham dengan pertanyaan Rekkan barusan.
"Kak, bisa tolong jelasin?" tanya Rekkan lagi.
Anna hanya diam tak tahu harus apa sekarang. Adiknya itu seperti sedang menginterogasinya sekarang.
"Memangnya ada apa sih? Nak, beritahu Ibu?"
Pertanyaan Bu Andhini seperti dilemparkan untuk kedua anaknya.
"Kak, tolong beritahu ke kami. Kenapa Dokter Anita bisa nggak tahu kalau kita emang udah pamit?"
"Kakak kan yang ngurus kepulangan aku? Tolong jelasin, aku pengen denger"
Sebenarnya ucapan Rekkan itu terdengar santai. Tapi ditelinga Anna terdengar seperti petir yang memekakkan.
"Nak? Bicaralah" ucap Bu Andhini seraya menyentuh bahu Anna.