BU GECELER HEP MI BOYLE?

3K 230 39
                                    

BU GECELER HEP MI BOYLE?

APAKAH MALAM MALAM INI SELALU SEPERTI INI?

****

Dokter Anita tengah menikmati makan malam bersama orang tua nya. Awalnya memang terlihat tenang, sampai akhirnya sebuah pertanyaan terlontar dari mulut mamanya.

"Kenapa kamu bisa bawa pulang seorang bocah ke rumah?" Mamanya bertanya tanpa menatapnya.

Dokter Anita nampak menghela nafas. Merasa tidak nyaman dengan pertanyaan mamanya.

"Kenapa mama sebut dia bocah? Itu terdengar tidak sopan. Dia punya nama" jawabnya.

"Siapapun namanya mama tidak peduli. Dia tetaplah seorang bocah" ucap mamanya.

Dokter Anita berdecak kesal. Dan kini papanya yang sejak tadi menyimak pun kini ikut nimbrung.

"Memangnya siapa yang kamu bawa pulang? Kok papa nggak tahu?" Tanya papanya.

"Namanya Rekkan, dia pernah jadi pasien aku dirumah sakit" jawab Dokter Anita.

Papanya mengangguk dan kembali menikmati makannya.

"Tapi yang Anita bawa pulang tuh masih bocah. Kelihatan banget masih labil. Mama nggak habis pikir kenapa anak perempuan kita ini bisa berteman dengan seorang bocah" lagi lagi mamanya mengejek.

"Apa salahnya sih ma? Nggak ada yang bisa ngelarang siapapun dalam berteman!" Seru Dokter Anita.

"Ya memang. Tapi kamu harusnya mikir. Kamu itu udah dewasa. Harusnya berteman dengan orang yang sama sama kayak kamu. Sesama dokter, pengusaha, atau apapun yang sesuai sama kamu. Bukannya sama anak kecil. Nggak ada yang bisa di contoh!" Seru mamanya.

"Dari dulu mama emang kayak gini ya? Nggak berubah. Selalu saja mengharuskan anaknya berteman dengan orang berduit, punya jabatan. Kita mati nggak bawa duit ma!" Dokter Anita emosi.

"Berani kamu bicara begitu sama mama kamu?
Kalau kerabat kita tahu kamu kayak gini tuh cuma bikin mama malu tahu nggak?
Mereka pasti mikir kenapa selama ini kamu nggak pernah terlihat dekat sama laki laki. Selalu menghindari pertanyaan kalau ada yang nanya pacar.
Teman teman seusia kamu udah pada punya anak. Ngasih cucu ke orang tuanya. Lah kamu apa? Pantas nggak nikah nikah! Ternyata selama ini bergaul sama bocah!" Emosi mamanya meluap luap.

Papanya terlihat geram. Sebenarnya papanya sudah muak sering mendengar cekcok antara istri dan anaknya kalau sudah membahas pernikahan.

"Nikah itu nggak di dasari oleh jangka waktu ma! Kenapa sih mama nggak ngebiarin aku sendiri yang nentuin hidup aku?
Kalau aku udah ketemu sama jodoh aku ya pasti aku bakal nikah! Nggak harus dipaksa paksa kayak gini!" Dokter Anita tak kalah emosi.

"Tapi kalau bukan mama yang nyariin pasangan buat kamu tuh pasti kamu dapatnya orang miskin!"

"Mama!! Cukup!!"

Papanya menyela omongan mamanya.

"Biarin aja Anita milih siapa orang yang bakal jadi pendampingnya. Kita nggak harus ikut campur. Miskin atau pun kaya itu bukan masalah. Kita sebagai orangtuanya cukup memberi restu. Kalau Anita belum siap untuk menikah apa masalahnya?"  Seru papanya.

"Tapi kalau Anita sembarangan pilih pendamping hidup itu cuma bikin masa depan nya nggak jelas" mamanya kembali menimpali.

"Aku bisa nentuin hidup aku ma. Aku juga nggak butuh harta berlimpah dari pasangan aku. Yang terpenting buat aku adalah, aku cinta sama dia, dan dia cinta sama aku. Saling setia.
Meskipun orang itu kaya tapi nggak setia ya buat apa?" Ucap Dokter Anita.

MENCINTAI REKKAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang