PUTRI TIDUR

7.2K 504 11
                                    

ANITA POV

Belakangan ini aku merasa begitu bersemangat.
Bukan berarti biasanya aku malas malasan.
Tapi sejak aku mengenali Rekkan, setiap bangun tidur aku pasti merindukan dia.
Rasanya ingin segera berangkat ke rumah sakit dan menemui si 'PUTRI TIDUR' itu.

Sesampainya di rumah sakit, aku memarkir mobilku.
Dan aku tidak tahu sejak kapan ada Dokter Affandi yang sudah berdiri disamping mobilku.
Dia tersenyum saat melihatku keluar dari mobilku.
Sungguh senyumnya itu sama sekali tak menarik perhatianku.

"Pagi Dokter Anita" sapanya.

"Pagi juga". Hanya itu jawabanku.

Aku melangkahkan kaki ku menuju ke dalam, tapi dia menahanku.

" nggak usah buru buru gitu dong. Orang mau diajak sarapan bareng malah kabur" ucapnya.

Aku memutar bola mataku dengan jengah.

"Saya tidak kabur Dokter Affandi. Saya hanya terlalu banyak urusan, jadi saya tidak mau membuang buang waktu" ucapku.

"Ayolah, sudah kubilang berkali kali. Berbicaralah santai saat kita cuma berdua begini. Ayo, temani aku sarapan" ucapnya. Lalu dengan seenaknya menarik tanganku.

"Maaf, tapi saya sudah sarapan. Jadi, biarkan saya masuk. urusan saya sudah menumpuk" ucapku.

"Urusan apa? Mengurus si putri tidur itu? Orang koma tidak perlu ditunggu setiap hari. Itu membuang buang waktumu saja. Harusnya kamu temani aku bukan si putri tidur itu!" ucapnya.

Aku menghentikan langkahku. Berbalik kearahnya.

"Saya seorang dokter, dan dia adalah pasien saya. Sudah sepantasnya saya memperhatikan pasien saya. Bukankah anda sendiri yang meminta saya untuk menerima tawaran menjadi dokter khusus bagi Rekkan?" aku geram sekali dengan orang itu.

"Oke oke, santai. Aku tidak bermaksud begitu. Sudah, jangan marah marah. Silahkan jika ingin masuk" ucapnya.

Aku pun meninggalkan Dokter Affandi begitu saja.
Aku sering kesal dengan sikapnya itu.
Sudah ditolak berkali kali juga tetap saja mengejar.
Membuatku risih.
Padahal aku sudah sering berusaha menghindarinya.
Tapi tetap saja dia selalu mengganggu waktuku.

_

Aku memasuki ruanganku. Menyelasaikan beberapa urusanku.
Dan aku memutuskan untuk menjenguk si putri tidur.
Sebenarnya julukan itu diberikan oleh Dokter Affandi.
Tapi aku malah jadi keseringan memanggil Rekkan dengan julukan itu.

"Ciyeeeh! Sumringah banget si dokter! Mau ketemu si manis ya?" tanya Della sambil cengar cengir.

Aku terkejut kenapa manusia itu bisa tiba tiba muncul. Darimana datangnya coba?

"Loe seneng banget ya ngagetin gue! Kek petasan banting aja loe" ucapku.

Diapun menjejeri langkahku. Masih ketawa tawa aja.

"Mau ketemu si manis Ta? Gue ikut ya? Mau ngasih morning kiss buat dia. Siapa tau dapet kiss dari gue, dia langsung bangun hahaha" ucapnya seenak jidat.

"Nggak nggak nggak! Nggak gue ijinin loe jenguk dia! Main nyosor nyosor aja loe ntar kek kemarin!" ucapku.
Aku ingat kemarin waktu Della ikut aku jenguk Rekkan.
Dia main nyosor aja.
Iya sih, cuma di pipi. Tapi tetap aja aku tak rela.

"Heleh, ngomong aja loe cemburu. Jadi, beneran Ta loe naksir ama tu anak?" tanya Della.

"Apa deh La? Minggir sono loe! Jangan gangguin gue" ucapku.

Aku pun meninggalkan Della yang masih ketawa tawa dan meledekku.
Aku meneruskan langkahku ke ruangan Rekkan.

_

Aku memasuki ruangan Rekkan.
Dan disana sudah ada Bu Andhini.
Aku pun menghampirinya.

"Bu Andhini?" sapaku.

"Eh, Dokter Anita? Kebetulan sekali, saya harus pulang, jadi saya titip Rekkan hari ini ya Dok?" ucap Bu Andhini.

"Oh tentu Bu. Saya pasti jaga Rekkan" ucapku.

Akhirnya Bu Andhini pamit pulang.
Dan kini tinggal aku dengan Rekkan di ruangan ini.
Aku duduk di kursi disamping tempatnya berbaring.

Rekkan, dia masih belum ada perubahan.
Belum ada tanda tanda dia akan bangun.
Aku menyentuh telapak tangan kanannya untuk ku genggam.
Berusaha menyalurkan rasa hangat ke kulitnya yang terasa dingin.

Aku selalu terpaku tiap kali menatap wajahnya.
Pucat pasi.
Aku menyentuh rambutnya.
Memberi sentuhan nyaman untuknya.

"Hey putri tidur" ucapku padanya.
Ya aku tahu dia tak akan mungkin menjawab.

"Kamu itu sudah tidur lebih dari sebulan. Kenapa nggak bangun sih? Kamu mimpiin apa? Betah banget deh" ucapku. Aku mengelus pipinya.

"Bukan cuma orang tua dan teman temanmu. Aku juga menunggumu untuk bangun. Apa kamu tidak mau mengajakku berkenalan, hmm?" tanyaku seraya menempelkan tangannya ke pipiku. Tentu saja dia masih diam.

"Rekkan. Aku memang belum pernah mengenalmu sebelumnya.
Tapi aku ingin sekali mendengar suaramu. Aku ingin merasakan tatapanmu. Jadi bangunlah. Dan jelaskan padaku, tentang apa yang kamu perbuat padaku" ucapku. Aku masih mengelus pipinya.

"Kenapa kamu selalu hadir disetiap mimpiku? Kenapa kamu menguasai hati dan pikiranku? Apa aku pantas menyukai gadis remaja yang belum aku kenali?" aku menitikkan airmata.

"Cuma kamu yang bisa membuat hatiku seberantakan ini. Dan kamu harus tanggung jawab Rekkan. Bangunlah, tunjukkan tentang dirimu padaku. Agar aku memiliki alasan lebih untuk mengejarmu"
Kucium jemari tangannya dengan lembut.
Berharap dia dapat merasakannya.

ANITA POV END

****

Di Mexico waktu setempat.

Anna terlihat mondar mandir dikamarnya.
Ini sudah satu Minggu sejak ia menyuruh Farhan untuk mencari kabar tentang Rekkan.
Tapi sampai sekarang pun Farhan masih belum memberi kabar yang akurat.
Masih terkesan bertele tele.

Anna memutuskan untuk menelpon Farhan. Hari ini juga Farhan harus memberi informasi.

ANNA POV

"Katakan Farhan! Jujur padaku sekarang juga! Kamu tau tempat tinggal Rekkan! Kamu tau sekolah Rekkan! Mencari kabarnya tidak akan sesulit itu!" ucapku di telephon. Bagaimana aku tidak geram. Dia kerap mengelak dari pertanyaanku.

"......."

"Aku akan mendengarkan apapun yang kamu katakan. Jadi jelaskan, ada apa dengan Rekkan?" tanyaku lagi.

"........"

Seketika aku terhuyung mendengar ucapan Farhan di telephon.
Mataku memanas. Airmataku menetes begitu saja.

"........."

"........."

Aku sudah tidak bisa tenang lagi. Aku putuskan sambungan telephonku dengan Farhan.
Lalu menghubungi seseorang.

"Naredo, pesankan tiket untukku. Aku tak mau tahu, besok aku akan kembali ke Indonesia"

Aku menutup telephonku sebelum Naredo sempat menjawabku.

Aku memijit keningku sembari memejamkan mata.
Kesayanganku koma?
Aku benar benar tidak percaya ini

ANNA POV END

*****

'Aku tidak paham.
Aku tidak tahu.
Dimana ini?
Aku berada dimana?
Tidak ada apapun yang ku lihat disini selain bentangan langit dan gurun pasir.
Tidak ada air,
Tidak ada batu,
Tidak ada pohon,
Tidak ada rumah,
Tidak ada orang
Hanya gurun pasir tandus dan gersang
Hanya langit luas tak berbatas

Aku berlari.
Terus berlari
Tapi aku tidak tahu arah
Aku terus berlari
Tidak, tempat ini tiada batas
Aku serasa mengelilingi bumi
Tapi
Kenapa aku tidak bisa menemukan apapun.
Lagi lagi hanya gurun pasir dan langit
Dimana batas tempat ini??
Bagaimana cara aku pulang??

Aku seorang diri
Ditempat luas yang tak berbatas ini
Ditempat ini aku tidak tahu arah
Aku hanya pasrah dan menangis

Ayah...
Ibu....
Aku takut...

Bersambung

MENCINTAI REKKAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang