ASLINDA HER SEY SENINDIR
(SESUNGGUHNYA SEGALA SESUATU HANYA UNTUKMU)
***
Rekkan melangkah terburu terburu keluar dari kelasnya. Di tangannya pun ia masih menggenggam ponselnya. Ia tidak mempedulikan sapaan dari teman temannya. Membuat teman temannya merasa heran, karena tidak biasanya Rekkan masa bodoh seperti itu.
Sesampainya di tempat parkir. Rekkan duduk di jok motornya, lalu membuka pesan masuk di ponselnya.
Satu pesan dari Rani, asisten Anna dikantor, membuat Rekkan kembali panik.
Cepat cepat ia melajukan motornya keluar sekolah.***
Rekkan memasuki sebuah gedung bertingkat dengan nama THE LAGUARDIA.
Ia tidak membalas satu pun sapaan dari orang orang yang mengenalnya di tempat itu.Ia menelepon Rani. Menanyakan dimana Anna berada.
"Oke aku kesana sekarang" ucap Rekkan.
Setelah mematikan telepon, ia memasuki lift sampai lantai teratas. Menuju rooftop gedung itu.
_
Drapp!! Drapp!!! Drapp!!
Suara sepatu Rekkan yang sedang berlari terdengar begitu nyaring.
Setelah melihat beberapa orang di rooftop itu, Rekkan menghentikan larinya. Ia terengah engah. Dan beberapa orang yang berada ditempat itu pun menoleh.
Farhan juga terlihat berada disana. Bersama Rani dan tiga orang karyawan."Rekkan, tolong bujuk Bu Silvana. Sudah hampir seminggu ini beliau sering melamun disana. Tidak mau makan, tidak mau minum. Bahkan beliau tidak mau mengurus kantor.
Kami semua khawatir. Kami tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu"Seorang karyawan berucap pada Rekkan. Membuat remaja itu menghela nafas. Ia menatap kakaknya yang duduk melamun ditepi rooftop gedung itu. Duduk bersandar di pagar besi.
Matanya merawang langit dengan tatapan kosong.
Rambutnya berantakan karena terus tertiup angin."Bu Silvana tidak mau pulang. Beliau terus berada disitu berhari hari. Terus melamun, tidak mau diganggu. Kami hanya bisa mengawasinya dari sini.
Dan terkadang kami melihatnya menangis. Kami tidak tega melihatnya" ucap Seorang lagi.Kini Rani yang sejak tadi diam juga ikut bersuara.
"Bos benar benar seperti seseorang yang sedang patah hati. Aku nggak tahu siapa orang yang tega menyakiti orang sebaik dirinya.
Kami minta tolong Rekkan, tolong bujuk Bu Silvana".Nafas Rekkan tercekat. Tenggorokannya terasa sakit. Ia tahu betul siapa yang membuat kakaknya seperti itu.
Farhan yang berdiri agak jauh dari mereka terlihat mengepalkan tangan. Matanya memanas. Rasanya ia ingin marah. Namun harus marah seperti apa?
Sedangkan ia sendiri sangat tahu siapa orang yang telah menyakiti perempuan itu.Rekkan melangkah pelan, mendekat kearah dimana Anna duduk.
Ia telah berada disamping perempuan itu dalam jarak tiga meter. Namun kakaknya yang terus melamun itu tak menyadari kedatangannya.Rekkan menyeka airmata nya yang tiba tiba menetes. Ia merasa sakit melihat kakaknya seperti itu.
Ia menatap wajah Anna yang begitu pucat. Bibirnya terlihat kering, terkatup rapat. Di pipinya masih ada bekas airmata yang belum sepenuhnya mengering.
Kemeja putih yang dikenakannya pun telah lusuh dan terdapat noda yang menempel.Kakaknya itu duduk bersandar dengan menekuk kakinya didepan dada.
Masih melamun dengan tatapan sendu menerawang langit.Padahal langit siang ini begitu cerah. Hingga terik membakar kulit.
Tapi perempuan itu tetap berdiam diri disana. Dia benar benar terluka. Tepat di hati dan jantungnya.