"Yak! Pelan, hati hati, jangan terlalu cepat, pelan aja pelan" ucap Dokter Anita saat ini.
Pasalnya ia tengah membantu Rekkan belajar jalan. Meski disana juga ada Dokter Affandi yang memperhatikan kedua kaki Rekkan yang mulai menapak pelan.
"Tidak apa apa, saya pegangin kamu kok, ayo maju lagi". Ucap Dokter Anita. Ia masih setia memegang kedua tangan Rekkan.
Rekkan terus berusaha berjalan meski masih terlihat lemas, tapi ia tidak mau menyerah. Ia ingin cepat cepat sembuh dan segera pulang.
" oke, saya rasa semuanya sudah lebih baik. Rekkan, biar kamu dibantu Dokter Anita ya. Saya harus kembali ke ruangan saya" ucap Dokter Affandi lalu melangkah keluar.
"Terimakasih" ucap Rekkan sebelum Dokter Affandi pergi.
Dokter Anita terlihat khawatir saat berkali kali melihat Rekkan menghembuskan nafas sedikit kasar. Wajahnya juga mulai terlihat lelah.
"Kamu capek?" tanya Dokter Anita.
Rekkan hanya menggelengkan kepala.
Lalu tersenyum tipis."Belajar jalannya juga perlu, tapi jangan terlalu dipaksakan ya? Nanti yang ada malah nggak jadi sembuh" ucap Dokter Anita.
"Saya sudah sembuh Dok, nih buktinya gipsnya sudah dilepas. Jadi saya harus giat belajar jalan" ucap Rekkan.
"Iya deh. Tapi kalau sudah capek, bilang ya. Kalau belum kuat jangan terlalu memaksa" ucap Dokter Anita.
"Siap kapten!" seru Rekkan seraya tersenyum membuat Dokter Anita tertawa.
Rekkan masih terus belajar berjalan, dengan Dokter Anita yang masih setia memegang kedua tangan Rekkan.
Rekkan terlalu fokus kearah kedua kakinya yang menapak. Menatap kedua kakinya yang berjalan langkah demi langkah.
Tak menyadari jika Dokter dihadapannya ini malah fokus ke wajah Rekkan yang lebih menarik dibanding apapun.'Bola matanya sebening mata bayi, begitu murni dan meneduhkan'
'Lentik bulu matanya lembut layaknya sayap anak anak parkit'
'Alis yang tebal nan hitam selegam tinta di kertas putih'
'Bangir hidungnya menggoda untuk disentuh'
'Rahang yang khas, dihias pipi sehalus ekor kenari'
'Bibir yang lembut, selembut ubur ubur di lautan'
'Meski lembut, pastilah mampu menghantarkan sengatan sengatan sampai ke kalbu'
'Andai aku bisa menjamah kelembutan itu. Aaaaaah Rekkan!!!!!!'
"Dok, Dokter..." teriak Rekkan saat tubuhnya mulai oleng.
Dokter Anita terlalu dibuai oleh lamunannya tentang remaja itu. Sampai sampai tak mendengar teriakan Rekkan.
Dan Dokter Anita baru sadar saat tangannya ditarik Rekkan yang terjatuh. Membuatnya ikut tertarik dan
"BRUKK"