Pagi ini Anna terlalu sibuk mengurus kepulangan Rekkan dari rumah sakit. Sampai sampai hari ini ia berniat meninggalkan pekerjaan kantor demi remaja itu.
Anna sudah berkali kali menelpon Rekkan, sampai Rekkan sendiri sebal karena kakaknya itu terlalu cerewet hari ini.
"Kakak udah sama ayah ini. Ini udah mau jalan kesana. Kamu sama ibu harus udah siap ya" ucap Anna dari telponnya.
"Kenapa pagi banget sih kak? Ini aja baru jam 6. Dokter dokternya aja masih pada molor. Jam 8 baru pada nyampe" gerutu Rekkan dari seberang telpon.
"Kan mumpung jalanan belum macet. Rumah sakit juga belum ramai orang. Kakak nggak suka kalau banyak suster suster yang genit sama kamu tuh" ucap Anna.
"Dih, kenapa? Itu tandanya aku famous kak" seru Rekkan.
"Udah udah, ini kami dah di mobil. Kamu siap siap pokoknya jangan sampai kakak nunggu kamu lagi nanti. Bye sayang" ucap Anna langsung mematikan sambungan telponnya.
Anna dan Pak Winarya sudah berada didalam mobil menuju ke rumah sakit. Dan sesekali Pak Winarya menanyakan alasan Anna mengapa menjemput Rekkan sepagi ini.
***
Rekkan dan Bu Andhini ternyata sudah siap saat Anna dan Pak Winarya datang. Meski Rekkan terlihat merengut tapi Anna tak peduli. Ia harus cepat cepat membawa remaja itu pulang.
"Loh, kok aku dibawain kursi roda sih kak? Kan aku dah bisa jalan!" Rekkan memprotes saat Anna mendorong kursi roda.
"Kamu emang udah bisa jalan. Tapi kamu masih tidak boleh terlalu capek. Jadi pake ini aja biar kakinya nggak pegal" ucap Anna.
"Ayaaaaahh aku jalan sendiri aja deh ya? Kan aku udah sembuh" rengek Rekkan pada ayahnya.
"Yang dibilang kakak kamu itu benar. Kalau kamu jalan nanti capek. Dari sini ke parkiran kan lumayan jauh" ucap Pak Winarya.
"Bu? Aku jalan aja ya, kan sambil belajar biar tambah lancar jalannya" kini Rekkan merengek ke ibunya.
"Tinggal duduk doang terus didorong, nggak capek, ribet banget dari tadi. Kalau kamu jalan sendiri nanti lama. Ibu nggak sabar nunggunya" ucapan ibunya justru lebih parah.
"Dih, si ibu, tega amat ama anak sendiri!" Rekkan bersungut.
Sedangkan Anna yang melihatnya hanya menahan tawa.Rekkan pun menyerah dan menuruti orang tuanya untuk pakai kursi roda saja.
"Yuk, jalan sekarang. Keburu macet nanti" ucap Pak Winarya.
Akhirnya mereka meninggalkan ruangan setelah ada dua suster yang masuk.
Pak Winarya berjalan di depan. Dibelakangnya Anna berjalan dengan mendorong kursi roda Rekkan. Sedangkan Bu Andhini berjalan disamping Anna dengan menenteng tas yang berisi barang barang Rekkan."Kak, kita nggak pamit sama Dokter Anita?" tanya Rekkan tiba tiba. Ia harus mendongak untuk melihat kakaknya.
Saat ini mereka masih berjalan di lorong rumah sakit. Dan sekarang keduanya berada dibelakang Pak Winarya dan Bu Andhini yang sedang mengobrol.
Dengan ekspresi datar Anna menjawab.
"Ya kan dia udah tahu kalau kamu pulang hari ini" jawab Anna.
"Iya, tapi kan dia yang ngerawat aku. Masa aku pulang gitu aja tanpa pamit" ucap Rekkan.
"Terus kamu pamitnya mau gimana? Dia aja belum dateng sekarang" ucap Anna.
"Iya lah belum dateng. Orang kita pulangnya pagi banget" ucap Rekkan bersungut.
Anna menghembuskan nafas dengan kasar. Anak ini masih saja memikirkan perempuan itu.
"Sayang, denger ya. Dokter Anita udah tahu kalau kamu pulang pagi ini. Soalnya kakak udah pamit sama dia sama Dokter Hasyim juga.
Jadi kamu tenang aja, Dokter Anita pasti ngerti kok kenapa kita pulang sepagi ini" Anna berusaha memberi alasan yang akurat ke Rekkan.