YAR KIM SEVDI SENI BENIM KADAR?
(SIAPA YANG MENCINTAIMU, SEBANYAK YANG AKU LAKUKAN?)
***
Farhan membawa Anna yang pingsan ke mobil. Membuat banyak pegawai The Laguardia kebingungan dan panik, mengingat beberapa hari ini atasan mereka itu tengah depresi. Mereka juga tidak tahu sebabnya apa.
Dan sekarang mereka melihat atasan mereka tak sadarkan diri.
"Han? Aku perlu ikut nggak?" tanya Rani.
Farhan yang baru saja membawa Anna masuk ke mobil pun menoleh.
"Kamu disini aja. Kalau ada apa apa hubungi aku. Biar aku yang ikut ke rumah sakit" jawab Farhan.
Farhan melihat Rekkan yang hanya diam dan berdiri disamping pintu depan.
"Kamu boleh ikut, jagain Bu Silvana ya" ucap Farhan.
Rekkan mengangguk lalu dengan segera ia masuk ke mobil. Duduk di sebelah kakaknya dan memangku kepalanya.
Farhan pun masuk ke mobil dan melajukan mobilnya ke rumah sakit.
***
Selama diperjalanan Rekkan terus menggenggam tangan Anna. Sesekali mengusap rambutnya. Ia benar benar menyesal atas perbuatannya yang mengabaikan Anna berhari hari.
Rekkan kembali menangis. Menatapi wajah Anna yang begitu pucat.
"Maafin aku kak...." ucapnya lirih.
Farhan melirik dari kaca diatas kemudi. Ia sebenarnya agak kesal dengan sikap Rekkan yang kelewatan itu.
Padahal ia sendiri tahu betapa atasannya itu begitu mencintai Rekkan.
Mungkin, sejauh ini hanya ia yang tahu mengenai perasaan terlarang Anna untuk Rekkan.
Namun ia lebih memilih diam, biar saja waktu yang membeberkan semua rahasia itu."Bu Silvana akan baik baik saja Rekkan. Doakan saja yang terbaik untuknya" ucap Farhan.
Rekkan hanya mengangguk lalu menyeka airmatanya.
Farhan kembali fokus ke jalan menuju rumah sakit.
***
Dua orang perawat mendorong brangkar tempat Anna berbaring. Memasuki sebuah ruangan. Hingga Rekkan dan Farhan harus menunggunya diluar ruangan.
"Ini semua salah aku bang.... Gara gara aku kak Anna jadi kayak gini hikss"
Rekkan kembali menangis. Dan Farhan merangkulnya, mencoba menenangkan remaja itu.
"Kamu nggak salah. Kamu hanya perlu mengerti betapa Bu Silvana menyayangi kamu. Dia akan melakukan segalanya buat kamu. Jadi jangan mendiamkan dia lagi ya?" ucap Farhan.
Rekkan mengangguk dipelukan Farhan. Ia merasa takut terjadi hal yang buruk pada kakaknya.
Farhan masih memeluk Rekkan. Namun matanya menatap ke ruangan tempat Anna berada sekarang.
'Lihat, siapa yang dapat mencintaimu, sebanyak yang aku lakukan?'
Ternyata seseorang memperhatikan mereka dari jauh. Tampak emosi meski telah mencoba meredamnya.
Ia mencoba mendekati Rekkan dan Farhan."Rekkan?"
Rekkan melepas pelukan Farhan dan menoleh ke orang tersebut.
"Dokter Anita?" tanya Rekkan dan menyeka airmatanya.
Ternyata itu Dokter Anita. Ya, mereka membawa Anna ke Rumah Sakit Rakyat Indonesia.
Dokter Anita melirik kearah Farhan. Ia sedikit emosi saat melihat Rekkan dipeluk laki laki itu.'Laki laki ini terlalu dewasa. Nggak mungkin dia pacarnya Rekkan'
"Kok kamu disini? Siapa yang sakit?" tanya Dokter Anita.
"Kak Anna Dok. Tadi dia pingsan" jawab Rekkan.
"Kok bisa pingsan?" tanyanya lagi.
"Saya belum bisa cerita Dok. Maaf" ucap Rekkan.
"Iya gapapa. Saya nggak maksa kok" ucap Dokter Anita dengan senyum.
Tak lupa ia menyentuh pundak Rekkan.Lalu dilihatnya Farhan menghampiri seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruangan.
Dokter Anita menatapnya. Ia masih penasaran dengan laki laki itu.
"Dia siapa Rekkan?" tanya Dokter Anita.
"Bang Farhan. Orang kepercayaannya Kak Anna. Tadi dia yang nganter kesini" jawab Rekkan.
'Oh, kirain siapa'
Dokter Anita merasa lega. Tadinya ia sudah berpikir macam macam tentang laki laki itu.
"Kamu deket sama dia?" Dokter Anita masih penasaran ternyata.
"Ya begitulah. Dia udah kayak Abang saya sendiri Dok" jawab Rekkan.
Dokter Anita mengangguk mengerti. Jadi ia tak perlu khawatir dengan laki laki itu.
Dokter Anita melihat ke arlojinya.
"Saya pergi dulu ya Rekkan. Ada pasien yang perlu saya periksa" ucapnya.
"Iya Dok silahkan" ucap Rekkan.
Dokter Anita terlihat ragu ragu saat ingin kembali berucap.
"Eumm saya boleh telepon kamu lagi?" tanyanya.
"Tentu!" seru Rekkan.
"Oh oke. Eummm saya pergi dulu ya bye" ucapnya dengan senyum.
Mereka pun saling melambai.
Dan Farhan sempat menatap mereka.
'Jadi ini yang membuat Bu Silvana depresi?'
BERSAMBUNG
Karena besok udah nggak free lagi. Jadi saya kebut beberapa part hari ini. Pendek ya gpplah hehe