ICIMDE SESSIZ BI' YOLJALAN YANG SUNYI DI DALAM DIRIKU
***
Rekkan mengantar Dokter Anita keluar dari ruang inap Anna. Mengikuti perempuan itu dibelakangnya.
Ia bingung, entah mengapa sejak dari ruang inap Anna dokter itu terlihat murung. Bukan bukan! Lebih tepatnya seperti seseorang yang sedang emosi.Entah karena terlalu emosi atau apa, Dokter Anita terus berjalan tanpa menoleh. Ia bahkan tidak sadar jika ada Rekkan dibelakangnya.
Rekkan sedikit berlari karena perempuan itu berjalan cepat.
Ia berlari menyusul dan akhirnya ia mampu meraih tangan kiri Dokter Anita. Membuat Dokter itu kaget dan menoleh."Rekkan? Kamu ngapain?" Tanyanya.
Rekkan melepas genggaman tangannya di tangan Dokter Anita.
"Bukannya tadi saya bilang kalau saya akan mengantar Dokter keluar?
Hufftt malah saya nya ditinggal" ucap Rekkan.Dokter Anita baru ingat, tadi Rekkan memang sempat bilang akan mengantarnya keluar. Tapi mungkin karena ia sedang emosi jadinya tak terlalu memperhatikan.
"Masa sih?" Dokter Anita tak percaya.
"Hmmm ya sudah lah. Saya balik saja" ucap Rekkan lalu hendak berbalik.
"Eh eh tunggu tunggu! Buru buru banget" ucap Dokter Anita.
Ia menahan Rekkan yang hendak meninggalkannya.
Ia pun melirik arloji ditangan kirinya lalu kembali berucap."Saya sedang free, jadi bisa lah kita ngobrol dulu" ucap Dokter Anita.
"Hmm baiklah, kita ngobrol dikantin saja. Tapi saya mau nelpon Kak Anna dulu" ucap Rekkan.
"Mau ngapain?" Tanya Dokter Anita.
"Ya mau ngomong kalau saya mau ke kantin. Takutnya kelamaan nunggu jadi bingung saya kemana" jawab Rekkan.
"Emmm tapi nggak usah ngomong kalau kamu ke kantin dengan saya ya?" Dokter Anita memohon.
"Hmm?? Kenapa??" Rekkan tak mengerti.
"Yaaaa yaa gapapa. Cumaaa kayaknya kakak kamu kurang suka dengan saya" jawab Dokter Anita.
"Nggak mungkin lah. Kakak saya orangnya baik kok.
Bentar deh, saya telpon dulu" ucap Rekkan.Ia lalu menelpon Anna. Meminta izin untuk ke kantin. Meski Anna sedikit protes karena akan bosan menunggu.
Tapi Rekkan mencari cari alasan agar kakaknya itu tetap memberinya izin."Sudah?" Tanya Dokter Anita.
"Sudah dok. Ayo ke kantin!" Seru Rekkan.
Mereka berdua pun pergi ke kantin dengan saling berbincang. Dengan tawa dari Dokter Anita yang lebih mendominasi.
Karena remaja disampingnya itu selalu memiliki bahan candaan yang berhasil mengocok perut.****
Dua piring nasi goreng telah berada dihadapan keduanya. Mereka mulai menyantapnya.
Meski sesekali Dokter Anita menatap Rekkan yang makan dengan lahap itu."Kamu belum makan tadi? Lahap banget makannya" Tanya Dokter Anita.
Rekkan yang tadinya fokus ke makanannya pun mendongak menatap dokter itu.
"Emmmmm udah sih" jawab Rekkan sekenanya.
Ia pun kembali menyuap nasi gorengnya. Tidak mempedulikan Dokter Anita yang melongo mendengar jawabannya tadi.
Rekkan sudah makan tapi makan lagi? Ah, kalau dirinya sih memang belum sarapan tadi dirumah.
"Dan sekarang kamu makan lagi??? Ya ampun, itu perut atau karet?" Tanya Dokter Anita tak percaya.