SEDIKIT CERITA

5.7K 475 8
                                    

Anna baru saja keluar dari kamar mandi saat Pak Winarya memasuki ruang inap.

"Loh Yah, ayah kapan datang?" tanya Anna.

"Baru aja masuk ini. Tadi Ibu minta ayah buat kesini bawain kamu makan. Dari kemarin kan kamu udah jagain Rekkan" jawab Pak Winarya.

"Makasih Yah, jadi ngerepotin" ucap Anna seraya menerima makanan dari Pak Winarya.

"Gapapa. Oh ya, karena Ibu lagi ada urusan, biar hari ini ayah yang jaga Rekkan. Kamu pulang aja, istirahat dulu dirumah. Masa pulang kampung kok nggak nengok rumah sendiri" ucap Pak Winarya.

"Gapapa Yah, biar Anna aja yang jaga Rekkan. Malas ke rumah, sepi. Kalau disini kan bisa sekalian nemenin Rekkan, kasihan kalau dia sendiri" ucap Anna.

"Pulang aja kerumah Ayah sana, istirahat. Itu Bi Komah katanya juga nunggu oleh oleh dari kamu" ucap Pak Winarya.

"Bi Komah mah cuma nungguin oleh oleh mulu Yah. Oh ya, Ayah nggak ke kantor?" tanya Anna.

"Rencananya mau jagain Rekkan. Tapi kalau kamu maksa buat disini ya ayah ke kantor aja. Ayah percaya Rekkan pasti aman sama kamu" ucap Pak Winarya.

Sebelum Pak Winarya pergi, ia sempatkan untuk mencium kening Rekkan. Lalu meninggalkan rumah sakit.

_

Dokter Anita terlihat berjalan sendiri dilorong rumah sakit.  Ini waktu untuk memeriksa kondisi Rekkan. Walaupun biasanya juga ia lebih banyak menghabiskan waktu di ruangan Rekkan. Tapi karena ada perempuan blasteran yang menunggui Rekkan, ia jadi kesal. Uring uringan di ruangannya.

Dokter Anita membuka pintu ruang inap Rekkan, dan disana ia melihat perempuan blasteran itu tengah duduk disamping Rekkan sembari menggenggam tangan Rekkan.
Membuat ia sedikit panas hatinya.

"Permisi" sapa Dokter Anita.

Anna pun menoleh.

"Ya" jawab Anna.  Lalu berdiri.

Dokter Anita mendekat.

"Saya Dokter Anita. Dokter yang khusus merawat Rekkan" ucap Dokter Anita seraya menjabat tangan Anna.

"Silvana. Panggil saja Anna. Kakaknya Rekkan" ucap Anna meskipun ia merasa berat untuk mengucap kata KAKAK.

'Kakak kok seintim itu?' Dokter Anita membatin.

"Euhmmmm maksudnya, saya bukan kakak kandungnya. Tapi karena orangtua Rekkan sudah menganggap saya seperti anak sendiri, jadinya saya kakaknya Rekkan. Yaaa begitulah" ucap Anna. Sebab ia menangkap raut bingung diwajah Dokter Anita.

"Oh, senang berkenalan dengan anda" ucap Dokter Anita.

Sebenarnya Dokter Anita merasa kalau Anna itu berbahaya. Tapi bukan berbahaya dalam artian ingin mencelakai Rekkan atau apapaun itu.
Tapi ia merasa jika Anna berbahaya untuk diri Dokter Anita sendiri.
Padahal ia belum yakin kalau Anna itu adalah rival untuk mendapatkan Rekkan.

ANITA POV

Setelah selesai memeriksa kondisi Rekkan yang masih belum ada perubahan. Aku pun sedikit berbincang dengan Anna.

"Sebelumnya, saya belum pernah melihat anda kemari. Padahal Rekkan sudah dirawat disini sebulan lebih"

"Iya. Saya sedang berada di Mexico saat Rekkan mengalami kecelakaan. Dan saya belum tahu berita itu. Saya sempat bingung dan khawatir karena Rekkan seperti hanyut ditelan laut. Dan setelah sebulan Rekkan dirawat, saya baru tahu kalau Rekkan sedang koma" ucapnya.

"Jadi, anda baru pulang?"

"Benar. Saya bergegas pulang ke Indonesia setelah mendapat kabar jika Rekkan sedang koma. Kemarin pagi saya baru sampai" ucapnya.

Wow! Begitu pedulinya dia sama Rekkan.

"Sepertinya kalian sangat dekat?"

"Memang dekat, saaaangat dekat. Dia orang yang paling berarti dalam hidup saya. Setiap saat kami bersama. Dan itu yang membuat saya tidak bisa berjauhan dengannya" ucapnya. Lalu Anna menatap Rekkan. Matanya mulai berkaca kaca.

"Tapi kemarin kemarin, anda berpisah sementara dengan Rekkan sewaktu di Mexico. Bagaimana ceritanya?"

"Iya. Sebenarnya saya sudah mengajak dia. Karena saya tahu saya tidak akan kuat menahan rindu. Tapi saya sadar, Rekkan seorang pelajar, tentu dia harus fokus ke sekolahnya" ucapnya.

"Apa anda mengenal Rekkan sejak lama?"

"Euhmmm ya lumayan. Pertama kali saya mengenal Rekkan sewaktu saya masih kuliah, dan dia masih seorang pelajar SMP. Dan semakin lama saya semakin dekat dengan dia dan juga keluarganya" jawabnya.

Kami berhenti bicara sejenak, sampai akhirnya Anna kembali bercerita.

"Rekkan itu anak yang baik, ramah pada siapapun. Dia tidak pernah memilih milih dalam berteman. Tidak heran jika dia banyak teman yang menyayanginya" ucapnya. Tatapan Anna terlihat kosong.

"Rekkan, dia seorang bintang lapangan. Dia menyukai bulutangkis. Dia sangat hebat dalam olahraga itu. Meskipun sebenarnya dia juga pandai dalam basket maupun musik" ucap Anna.

Wow! Multitalenan banget si Rekkan itu. Eh, maksudnya multitalenta hehe.

"Dia pasti keren"

"Ya, sangat keren. Makanya dia punya banyak fans. Tidak hanya cowok, cewek juga banyak" Anna membelai pipi Rekkan sekejap sebelum akhirnya kembali bercerita.

"Di kelas dia juga salah satu murid yang pandai. Minusnya hanya satu, yaitu dia lemah dalam matematika. Dia mengakui itu. Dan uniknya, dia tidak pernah malu untuk membanggakan nilai matematikanya yang hanya dapat nilai 3. Dapat nilai 4 saja dia sudah bangga. Itu dianggapnya sebagai kemajuan. Biarpun nilai matematikanya tidak pernah lebih dari 6" ucap Anna.

"Benarkah? Dia itu pasti lucu ya?"

Aku tertawa mendengarnya. Anna juga tertawa. Bisa bisanya anak itu bangga dengan nilai 3 hahaha

"Saya yakin Rekkan akan baik baik saja. Karena dia memiliki banyak orang orang yang menyayanginya yang selalu mendoakannya"

Ku rasa, aku salah satunya.

"Benar. Begitupun saya. Saya menyayangi Rekkan lebih dari apapun. Bahkan, nyawa sekalipun, saya siap mengorbankannya demi Rekkan. Hanya Tuhan yang tahu, betapa besarnya kasih sayangku untuknya" ucap Anna dan kulihat airmatanya menetes.

Aku memalingkan muka saat Anna mencium kening Rekkan.
Aku memang bukan siapa siapa untuk Rekkan. Dan Anna jauh lebih dulu mengenal Rekkan dibanding aku.

Tapi, salahkah aku bila aku mengakui, bahwa sejujurnya...
Aku cemburu melihat hal itu

BERSAMBUNG

MENCINTAI REKKAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang