Sebuah mobil mewah baru saja keluar dari area Bandara Soekarno Hatta.
Penumpangnya adalah seorang perempuan cantik bersama supirnya. Tidak, lebih tepatnya adalah orang kepercayaannya.Kedua orang itu adalah Anna dan Farhan. Anna yang baru saja sampai di Indonesia setelah penerbangan dari Mexico, dan Farhan menjemputnya.
"Anda baik baik saja nona?" tanya Farhan.
"Hmmm" Anna hanya menggumam. Terlihat Anna memijit pelipisnya.
"Lebih baik kita kerumah saja dulu. Nona terlihat lelah. Sebaiknya istirahat dulu, setelah merasa lebih baik baru kita ke rumah sakit" ucap Farhan.
"Tidak. Aku tidak apa apa. Kita langsung ke rumah sakit sekarang" ucap Anna.
"Tapi nona.."
"Ikuti saja perintahku"
Anna menyela sebelum ucapan Farhan selesai.
Mereka pun menuju ke rumah sakit tempat Rekkan dirawat.
****
Anna dan Farhan pun sudah sampai dirumah sakit tempat Rekkan dirawat.
"Biar saya antar nona ke dalam" ucap Farhan.
"Tidak usah, biar aku sendiri. Sekarang, kamu pulang saja dan bawa barang barangku kerumah" ucap Anna.
Setelahnya Farhan pamit dan meninggalkan rumah sakit.
Anna pun masuk._
Didekat meja resepsionis, Dokter Anita terlihat sedang berbincang dengan seorang suster. Sampai akhirnya ia mendengar nama Rekkan disebut. Ia pun menoleh kearah orang tersebut.
"Saya ingin menjenguk pasien yang bernama Kusuma Rekkan. Bisa tolong tunjukkan dimana ruangannya?" tanya Anna pada seorang suster dimeja resepsionis.
"Tunggu sebentar" sang suster pun mencari nama Rekkan dilayar komputer.
"Diruangan nomor 20. Dari sini lurus saja lalu belok kiri. Ruangannya ada didekat situ" ucap sang suster seraya menunjukkan arah menuju ruangan Rekkan.
"Baik. Terimakasih" ucap Anna lalu melanjutkan langkahnya ke ruangan Rekkan.
Dokter Anita masih terus mengamati Anna yang mulai menjauh. Pikirannya berkecamuk. Ia mulai bertanya tanya, siapa perempuan yang mencari Rekkan itu. Sebulan lebih Rekkan dirawat, belum pernah perempuan itu datang menjenguk. Baru kali ini ia melihatnya.
Dan akhirnya ia pun kembali ke ruangannya._
ANNA POV
Aku sudah sampai diruangan tempat Rekkan dirawat. Sungguh, perasaanku jadi khawatir begini. Entah, aku merasa tidak akan sanggup melihat kesayanganku yang tak berdaya itu.
Aku memasuki ruangan ini, dan kulihat ibunya Rekkan duduk termenung.
"Ibu..." Aku memanggilnya dengan lirih.
Ibu mendongak, dan menatapku dengan tatapan tidak percaya saat melihatku berada disini. Dan aku melihat matanya mulai berkaca kaca. Hatiku mencelos seketika.
"Nak..." ucapnya terisak.
Ibu menghambur ke pelukanku. Menangis seketika. Aku tidak sanggup melihatnya. Aku tidak pernah melihat ibu sesedih ini, seterluka ini.
Aku memeluknya erat. Memeluk tubuhnya yang bergetar karena tangisnya. Aku sudah tidak bisa lagi membendung tangisku. Sungguh, aku juga terluka melihat Rekkan seperti ini."Ibu takut nak.. Ibu takut kehilangan Rekkan.." ibu terisak dipelukanku.
"Saya mengerti, saya juga takut kehilangan dia..." ucapku terisak. Airmataku semakin deras mengalir.
