BELKI TESADUF DEGILDIR BU ASK BILE

3.7K 258 36
                                    

BELKI TESADUF DEGILDIR BU ASK BILE

(MUNGKIN, BAHKAN CINTA INI BUKAN SUATU KEBETULAN)

***

Dokter memberitahukan bahwa Anna harus dirawat barang sehari. Karena Anna terlalu lemah. Maka Rekkan memutuskan untuk menemani kakaknya di rumah sakit. Sementara Farhan sendiri kembali ke kantor.

"Bu, hari ini aku nggak pulang dulu ya. Aku dirumah sakit, nemenin kak Anna"

Rekkan tengah menelepon Bu Andhini. Meminta izin untuk tidak pulang.

"Tadi pingsan di kantor. Tapi sekarang udah lebih baik Bu. Kata dokter lusa baru boleh pulang"

"......"

"Ya kalau disini kan perawatan nya lebih memungkinkan. Biar cepat sembuh"

Anna yang telah siuman itu melirik kearah Rekkan yang tengah berdiri didepan jendela membelakanginya.
Adiknya itu masih sibuk menelepon Ibunya.

Anna tersenyum menatap Rekkan. Ah, gadis itu memanglah obat paling manjur untuk melenyapkan segala resahnya. Hanya dengan menatap punggungnya begini saja sudah membuatnya merasa aman.
Sebab pemilik hatinya itu telah kembali berada disisinya.

Jika Rekkan berada disampingnya, ia tak akan merasa sesak napas lagi. Karena Rekkan layaknya udara yang dihirupnya setiap saat.

Rekkan sudah selayaknya udara yang tak henti menyambangi paru parunya.
Rekkan sudah seperti darah yang mengalir ditubuhnya. Merasuk hingga ke syaraf syaraf terkecil.

Cintanya pada remaja itu kian mendarah daging. Ia yakin, bahwa cintanya itu bukan suatu kebetulan.
Tapi memang tertulis dalam takdir.

Anna, ia sangat meyakini bahwa dirinya bukanlah pecinta wanita.
Sebab ia sendiri tak pernah tertarik pada perempuan manapun.
Bahkan seorang MALENA, sang perempuan tercantik di negerinya saat itu, tak menarik perhatiannya.

Tapi mungkin nasibnya sama seperti Malena. Yang harus terlibat dalam sebuah kisah cinta yang rumit. Sama sama terlibat cinta dengan seorang bocah belasan tahun.

Mungkin ia pantas menjadi Malena, dan Rekkan mungkin ia lah sang RENATO AMAROSSO. Bedanya, perangai yang dimiliki oleh Rekkan dan Renato itu amat bertolak belakang.
Yah, mungkin saja.

Anna masih asik memandangi Rekkan. Sampai sampai tak sadar jika Rekkan telah menatapnya.

"Kakak udah bangun?" tanya Rekkan yang kini mendekat.

"Udah sayang. Kemari, duduk sini"

Anna meminta Rekkan untuk duduk dikursi disamping ranjangnya.
Dan Rekkan pun menurut.

Dengan tangan terulur menyentuh pipi Rekkan, Anna tersenyum.
Matanya menatap Rekkan lekat lekat.

Gadis itu masih mengenakan seragam sekolahnya. Meski dasinya telah berantakan. Dan kemeja bagian belakangnya juga telah keluar.

Anna membelai pipi kanan Rekkan seraya tersenyum. Oh, dia benar benar merindukan anak itu.
Telah hampir tiga minggu Rekkan mengabaikannya, menghindarinya, dan selalu menolak jika diajak bertemu.
Tapi sekarang hukuman itu telah berakhir. Rekkan sudah kembali lagi padanya.

"Kakak kangen" ucap Anna pelan.

Rekkan tersenyum dan menyentuh tangan Anna dipipinya.

"Maafin aku ya kak. Aku janji nggak akan menjauh lagi" ucap Rekkan.

MENCINTAI REKKAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang