Dokter Affandi nampak menggenggam lembaran kertas. Entah kertas apa itu. Yang pasti, ia menatap sinis pada lembaran lembaran kertas itu.
Lalu ia mengeluarkan korek api dari saku celananya.
Memantiknya, dan mengarahkan api kecil itu ke bagian ujung bawah kertas kertas itu.
Kertas kertas itu mulai terbakar."Cihhh bocah!" ia berdecih sinis.
Lalu membuang lembaran kertas yang terbakar itu ke tong sampah.Ia memasukkan kembali korek apinya ke saku. Lalu berjalan meninggalkan pekarangan belakang rumah sakit dengan langkah pongah.
****
Rekkan berjalan bersama Dokter Anita di lorong rumah sakit. Sedangkan Dokter Anita masih senyum senyum sembari menatap bunga lily pemberian Rekkan.
Mereka hendak ke ruangan Dokter Anita setelah dari taman tadi.Tapi mereka berpapasan dengan Dokter Affandi. Yang seketika membuat wajah berseri Dokter Anita berubah menjadi sebal.
"Wow wow! Rekkan? Apa kabar?" tanya Dokter Affandi saat telah dekat dengan keduanya.
"Baik" jawab Rekkan ketus.
Membuat Dokter Anita menoleh. Tidak menyangka jika Rekkan akan menjawab seketus itu pada Dokter Affandi.
"Sensitif ya anak ini? Bukan begitu Dokter Anita?" tanya Dokter Affandi pada Dokter Anita seperti menyindir.
"Maaf, tapi Rekkan tidak bermaksud begitu. Jadi kami permisi dulu" ucap Dokter Anita lalu meraih tangan kanan Rekkan untuk pergi.
Dokter Affandi menatap bengis pada tangan mereka yang bergandengan, juga pada bunga lily yang dibawa oleh Dokter Anita.
"Seharusnya kamu tidak datang lagi kemari dan mengganggu Dokter Anita!!!"
Teriakan Dokter Affandi membuat Rekkan menoleh dan berbalik kearah Dokter Affandi dengan emosi.
"Rekkan kamu mau ngapain?" teriak Dokter Anita saat Rekkan melepas genggaman tangannya penuh emosi.
Rekkan berjalan cepat dengan penuh emosi kearah Dokter Affandi.
Sedangkan laki laki dewasa itu hanya menatapnya dengan sinis."Maksud anda apa! Hah!!" teriak Rekkan seraya melempar kasar tasnya kearah Dokter Affandi.
Membuat Dokter Affandi terkejut dengan kelakuan kasar remaja itu.
"Rekkan!!!" teriak Dokter Anita. Ia menahan Rekkan agar tak semakin menjadi jadi.
"Rumah sakit ini bukan milik anda! Anda bukan bos disini!
Anda hanyalah orang yang digaji untuk bekerja ditempat ini!" teriak Rekkan penuh emosi."Dan kamu cuma bocah labil, yang cuma bisa mengandalkan orang tua hahaha" Dokter Affandi tertawa sinis.
"Tidak ada urusannya denganmu berengsek!!!!" teriak Rekkan menggebu.
"Rekkan udah! Jangan kayak gini!" seru Dokter Anita seraya memegang kedua pundak remaja yang sedang marah itu.
"Lihat, anak sekolahan ini bicara sangat kasar! Bagaimana kamu bisa lebih memilih dia dibanding aku?" seru Dokter Affandi pada Dokter Anita.
Namun perempuan cantik itu tidak menggubrisnya.
"Dan kamu bocah! Enyah dari kehidupan Anita!" teriak Dokter Affandi pada Rekkan.
"Masalah anda itu apa! Anda punya masalah dengan saya hah!! Apa? Apa salah saya ke anda??" teriak Rekkan dengan emosi.
"Anda tidak berhak melarang saya dekat dengan siapapun!" Rekkan terus meluapkan emosinya.
"Saya jadi curiga, sebenarnya anda ini laki laki atau bukan?" sinis Rekkan.