"Haduhh ... bukunya kemana sih?" cicit Areeyata ketika merogoh isi tas sekolahnya, tapi ia tidak menemui barang yang dimaksudnya.
"Duh pasti ketinggalan di sekolah nih."
Areeyata menghentikan kegiatan mengacak-acak tasnya dan diam sejenak dengan wajah khawatir.
Seketika tekat bulatnya menyeruak, ia memutuskan turun dari bus itu dan mencari bus lain untuk bisa kembali ke sekolah.
Seturunnya dari bus, Areeyata mendapati gerbang kecil belum tertutup artinya penjaga sekolah masih di dalam.
Areeyata segera menuju pos satpam.
"Permisi pak, saya izin masuk untuk ambil buku di kelas ya, gerbangnya tolong jangan ditutup dulu." ucap Areeyata begitu sopan.
"Oh iya, jangan lama-lama ya neng." sahut penjaga sekolah yang dikenal cukup humoris, kecuali tentang hal terlambat itu.
"Terimakasih pak." Areeyata pun berlari menuju kelas nya.
"Mudah-mudahan belum ada yang membereskan kelas." cicitnya diantara langkah lebarnya menuju kelas. "Areeyata jangan berpikiran buruk, buku itu pasti masih di kelas."
Areeyata mempercepat larinya.
Setibanya di kelas, seorang tukang bersih-bersih tengah menyapu bagian depan kelas.
"Permisi pak, saya mau ambil buku saya yang tertinggal." ucap Areeyata mulai melangkah memasuki kelasnya.
"Oh silahkan." ujarnya, membiarkan Areeyata masuk.
Areeyata sangat tidak percaya, karena barang yang dicarinya tidak ada di laci mejanya.
"Ehm, maaf bapak lihat buku di meja ini?" tanya Areeyata pada penjaga kebersihan sekolah.
"Maaf nak, saya gak liat tuh, kelas ini memang bersih tadi." ucap bapak itu.
"Haduhhh," lirih Areeyata sambil berkacak pinggang.
"Memangnya buku mata pelajaran apa nak? Biar nanti saya bantu cari, mungkin ada yang lihat tadi." ujarnya.
"Bukan buku mata pelajaran sih pak, tapi itu penting, bukunya warna cokelat." ucap Areeyata.
"Yasudah saya lanjut beres-beres lagi ya, besok lusa kalau bukunya ada, saya kabari kamu ya." ucapnya.
"Terimakasih banyak pak, kalau begitu saya duluan ya pak."
Areeyata harus pulang dengan kecewa dan khawatiran kehilangan buku itu.
Karena sialnya, besok adalah weekend yang artinya sekolah akan berlanjut 2 hari lagi. Areeyata mesti bersabar menunggu kabar bukunya dari cleaning service tadi.
***
Setelah mengatakan kepada satpam bahwa ia sudah selesai dengan urusannya, Areeyata pun bergegas keluar dari area sekolah.
Ponsel yang sejak tadi disimpannya di saku, berdering.
"Hallo, pa?"
Areeyata yakin papa nya pasti tau bahwa ia belum pulang hingga saat ini, karena bibi di rumahnya selalu memberi kabar tentang Areeyata setiap saat.
"Kok belum pulang? Ini sudah jam berapa?"
Suara pria itu terdengar khawatir.
"Iya pa, ini Inka juga lagi nunggu bus, maaf Inka lupa kabari" ucap Areeyata meskipun tidak sepenuhnya berbohong karena memang sekarang ia tengah duduk di kursi halte depan sekolahnya, menunggu bus lewat, tapi jam segini biasanya tidak ada bus yang lewat.
"Tuh kamu tau kan sekarang kenapa papa paksa supaya kamu bawa mobil aja, sekarang Inka masih di sekolah?"
Areeyata mulai menghela nafas.
"Iya, Inka masih di halte depan sekolah, pa" sahut Areeyata dengan nada paling rendah.
"Papa jemput sekarang ya, kebetulan papa sudah selesai meeting, tunggu sebentar jangan pulang dengan kendaraan umum, hubungi papa kalau terjadi sesuatu selama kamu nunggu papa, ok?"
Melvin Adrian, pengusaha properti itu adalah papa Areeyata yang sangat over protective terhadap anak semata wayangnya yang paling keras kepala, sekeras kepala dirinya.
Melvin segera mengakhiri panggilan itu dan menuju sekolah putrinya.
Tak perlu waktu lama, sebuah Alphard hitam kini telah berhenti di depan halte sekolah Areeyata.
Areeyata berjalan membuka pintu depan mobil, dia mencium tangan pria yang lengkap dengan setelan rapinya.
"Papa bawa mobil sendiri? Pak Fahmi kemana?" tanya Areeyata.
"Tadi Pak Fahmi izin, katanya anaknya sakit." jawab papanya mulai menjalankan mobil.
"Kita makan dulu, gimana?" ajak papanya.
"Boleh." jawab Areeyata yang masih berseragam sekolah itu.
Setelah menemukan tempat pas untuk memarkir mobilnya, Melvin turun bersama sang putri.
Melvin berjalan merangkul bangga sang putri yang dibesarkannya sekuat tenaganya, seorang diri, sejak ia masih di zaman-zaman susah, hingga seperti sekarang ini.
Duduk di salah dua kursi restoran, pasangan ayah-anak inipun menikmati makanannya, ditemani lampu-lampu yang mulai menyala di seluruh kota.
Areeyata memang sangatlah menghormati papanya melebihi apapun, dia tak ingin sekalipun mengecewakan sosok papanya.
Bahkan hal-hal yang tidak disukai oleh Areeyata akan coba dibiasakannya demi tidak mengecewakan papanya.
Misalnya les piano saat masih kelas 3 SD, atau mengikuti acara kursus memasak di rumahnya setiap hari minggu, hal yang sebenarnya sama sekali tidak menarik bagi Areeyata.
Tapi egonya luntur begitu saja saat ia dihadapkan dengan satu kata yaitu 'papa', maka hancurlah dunia Areeyata.
***
Iyyey.. Part 2🎉🎉🎊, parah sih Areeyata, segitu penting bukunya ya Re sampe rela bolak-balik 😁😁 btw dengkiu readers ku terjeyeng, tungguin next part yak.
Give me a vote and leave a comment please, see yah🙋Chuuu~😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Areeyata [END]✅
Teen Fiction"17 tahun tanpa mama, saya sudah bahagia." Areeyata. "Kak Areeyata ya?? Aku mau nanti tutor bimbingannya Kak Areey." Shalum. "Ini buku lo kan? Tenang gue gak buka resep pinter lo kok." Filean. Start : 04/07/2019 End : 10/01/2020 {My 1st work}