"Kamu kenapa?" tanya Kaile saat keduanya baru saja duduk di jok mobil.
Areeyata hanya menggeleng.
"Aku bilang kamu di apartment aja, kenapa kamu pergi? Kamu kemana?"
"Hotel." sahut Areeyata.
Kaile menepikan mobilnya.
"Kamu belum jawab, kamu kenapa pergi?" tanya Kaile menatap intens Areeyata yang masih menunduk sejak tadi.
"Inka," sedikit lagi tangan Kaile mendarat di pucuk kepala Areeyata.
Tapi gadis itu cepat-cepat mendongak.
"Hanya ingin sendiri." sahutnya balik menatap Kaile.
Hingga pandangan keduanya beradu.
"Inka, ini kenapa?" Kaile menunjuk dahi Areeyata yang di perban.
"Gapapa." jawab Areeyata saat mobil Kaile mulai melaju lagi.
"Kaile." panggil Areeyata setelah cukup lama hening.
"Hmm?" Kaile menyempatkan untuk menoleh.
"Jangan bawa saya pulang dulu ya." pintanya.
"Kenapa?" tanya Kaile.
"Kaile." mata sayu itu terlihat lelah.
"OK." Kaile dengan mudah luluh hanya dengan melihat mata Areeyata saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Ka, sudah seharusnya kamu dengerin dulu yang Om Melvin mau jelasin, bukan malah pergi kaya gini." ujar Kaile yang duduk di kap depan mobilnya.
"Gak ada lagi yang perlu dijelasin, semua semuanya sudah terbongkar." ucap Areeyata.
"Ka, kamu tuh kebiasaan tau gak sih, coba kamu dengerin dulu orang lain, jangan gegabah kaya gini." Kaile berjalan ke arah danau dimana Areeyata duduk.
"Sama kaya waktu itu, kamu belum dengerin penjelasan aku, kamu udah pergi aja dari Indonesia." ujar Kaile tersenyum ketir.
"Jadi tolong Ka, kamu dengerin dulu kenapa Om Melvin sama mama kamu ngelakuin ini, mereka pasti punya alesan."
Untuk pertama kali sejak hampir 2 tahun, Kaile memberanikan diri merangkul Areeyata.
Areeyata awalnya terkejut atas perlakuan Kaile, tapi akhirnya Areeyata pasrah, karena apa yang Kaile katakan ada benarnya juga.
"Maaf." ucap Areeyata akhirnya bersuara juga setelah lama bungkam.
Kaile agak terkejut mendengar Areeyata meminta maaf Areeyata.
"What for?" sahut Kaile.
"Karena pergi tanpa dengar penjasan kamu waktu itu." tutur Areeyata kini berdiri sambil memeluk tubuhnya sendiri.
"Seneng banget denger kamu ngomong gitu Ka." ucap Kaile ikut berdiri dengan senyuman malaikatnya.
"Aku juga minta maaf karena terlalu cupu dengan pergi ke LA, bukannya kasih penjelasan sama kamu, tapi aku malah pergi, maaf." kata Kaile.
"A loser." Areeyata menoleh ke arah Kaile sambil terkekeh kaku.
Membuat Kaile terkena imbasnya, iapun juga menertawakan dirinya sendiri.
"Yeah more loser then a loser." Kaile lalu menarik nafas dan menghembuskan dengan lega.
"Dan masih seneng liat kamu bisa senyum kaya sekarang." Areeyata makin terkekeh melihat senyuman malaikat Kaile dengan binaran matanya.
"Waktu itu aku kepaksa banget harus deket sama Hana." jalaskan Kaile masih berdiri di sebelah Areeyata.
"Perusahaan temen papa itu lagi butuh penyegaran dana, jadi dia minta kita 'aku sama Hana' buat deket, termasuk yang malam itu."
"Tapi itu hak kamu, kamu mau percaya atau nggak sama kata-kata aku." Kaile tersenyum.
"Hana? Dia di sekolah yang sama kan sekarang?" tanya Areeyata.
Kaile mengangguk sambil tersenyum simpul.
"Iya sekarang dia lagi deket sama kakak kelas yang biasanya sama kamu." kata Kaile cukup tenang.
"Aku gak tau Ka, gimana caranya buat nebus kesalahanku waktu itu, tapi dengan aku ngomong yang sebenernya sama kamu, it's more better." kata Kaile membuat perasaan Areeyata menghangat.
"It's you, is'nt it?" Kaile menunjuk seekor ikan yang baru saja pergi saat melihat Kaile mendekat.
"Dia pergi padahal aku gak mau apa-apain dia." kata Kaile mengangkat kedua tangannya sejajar bahu.
Areeyata tersenyum miring.
"Terimakasih atas sindirannya."
"Yeah, sama-sama." sahut Kaile berhasil mendapat pukulan di lengan kirinya.
"Mau jalan ke arah sana gak?" tawarkan Kaile ke arah pepohonan berbatang besar dengan daun-daun kecil, Areeyata hanya mengangkat satu alisnya.
***
"Gak segampang itu Kaile, dari kecil papa yang sudah berjuang sendiri, dan dia dengan seenaknya mau masuk ke hidup kita?" Areeyata berjalan sambil menunduk.
"Tapi gimanapun juga dia itu mama kamu Ka, dia yang lahirin kamu." ucap Kaile.
"Andai ada pilihan, papa satu-satunya orang yang akan aku pilih." kata Areeyata.
"Tapi kan Om Melvin lak-"
"Saya bilang, andai...." Areeyata tak tau kenapa, cepat sekali dia akrab dengan Kaile dan bisa tiba-tiba tertawa saat bersamanya.
Mungkin karena pernah akrab beberapa waktu lalu.
"Aku kangen banget ketawa bareng kamu Ka." namun sayang kata-kata itu hanya sampai di tenggorokannya.
Kaile tak berani mengungkapkan yang sebenarnya, karena ia tau ada orang yang mungkin memiliki perasaan lebih besar di bandingkan dengannya. Ya, Filean.
"Ka? Bisa jangan pake saya gak? Aku ngerasa kaya orang asing banget." kekeh Kaile memohon pada Areeyata.
Gadis itu menyunggingkan sudut bibirnya tertarik ke atas.
"Gak ada yang namanya mama atau apapun itu di hidupku, ditelantarkan bukan perkara mudah buat dimaafkan." ucap Areeyata menyeringai.
"Kamu denger dulu penjelasan mereka Inka."
"Dan makasih buat 'aku' nya." kekeh Kaile lagi yang berusaha mencairkan topik yang agak tegang itu.
"Tante Andrea pasti punya alesan Ka, dia sayang banget sama kamu."
"Mungkin dia sayang, tapi aku nggak." sahut Areeyata
"Iya kamu kan sayangnya sama aku." kata Kaile merangkul Areeyata sambil sedikit terkekeh mengejek.
"Aww." pekik Areeyata memegang lengannya yang tersentuh oleh Kaile.
"Sorry sorry." Kaile langsung melepaskan tangannya.
"Kamu sebenernya kenapa sih?" tanya Kaile langsung memegang pergelangan tangan Areeyata.
Tatapan keduanya bertemu, tapi Areeyata lebih dulu membuang muka.
"Pulang sekarang aja." ujar Areeyata melepaskan tangan Kaile dan berjalan mendahului Kaile.
***
Azeqqq landjar tjaya emang abdet nya🤣🤣🤟🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Areeyata [END]✅
Teen Fiction"17 tahun tanpa mama, saya sudah bahagia." Areeyata. "Kak Areeyata ya?? Aku mau nanti tutor bimbingannya Kak Areey." Shalum. "Ini buku lo kan? Tenang gue gak buka resep pinter lo kok." Filean. Start : 04/07/2019 End : 10/01/2020 {My 1st work}