36

2.2K 104 0
                                    

       "Fi, papa pul-" suara berat itu tertegun sesaat.

Filean yang baru saja hendak mengisi formulirnya menatap heran papanya yang kini menatap gadis yang duduk di sebelahnya.

"Katie?" ucap papa Filean.

"Hi om, gak percaya gitu Katie ikutan olimpiade." kata gadis di sebelah Filean langsung bangun dan mencium tangan pria itu.

"Bukan gitu nak, kaget aja om liat kamu tiba-tiba sudah sama Filean disini." jawab papa Filean.

"Pah, ini Areeyata murid masaknya mamam, udah lulus sih tepatnya." Filean memperkenalkan Areeyata yang duduk di sofa later L itu juga.

"Oh akhirnya ketemu juga sama Areeyata ya, terimakasih juga ya sudah mau jadi tutor pembimbing keponakan om, kenapa?" papa Filean menunjuk pelipisnya sendiri, setelah memperkenalkan diri.

"Kecelaka-"

"Oh om inget, kamu juga korban kecelakaan lusa lalu, ya kan?" pastikan papa Filean.

Areeyata mengingat lagi kejadian ketika ia tengah berjalan dari sebuah minimarket hendak kembali ke hotel, dan tiba-tiba kecelakaan beruntun begitu saja terjadi menerjangnya dari arah belakang.

Dan setelah itu ia tidak ingat lagi apa yang terjadi, ia hanya sadar dan terbangun sesaatnya di sebuah kabin rumah sakit.

"Penabraknya sudah tanggung jawab, Areeyata?" tanya papa Filean.

"Sudah." sahut Areeyata.

"Saya sempat kesal dengan orang itu, istrinya masih saja sempat-sempatnya mengajak suaminya bertengkar, saat dimintai pertanggung-jawaban oleh 3 pengendara yang juga jadi korban." curhat papa Filean.

Areeyata hanya mengangguk kecil mengapresiasi ucapan papa Filean yang senasib dengannya sebagai korban.

"Pa," potong Filean.

"Eh iya, sampe lupa, keasikan ngobrol, papa ke kantor dulu ya Yan, Katie, Areeyata, om pamit ya, good luck untuk olimpiade kalian." kata papa Filean lalu beranjak pergi.

Setelah itu Areeyata sibuk lagi dengan kertasnya.

"Inka, Filean." suara itu menghentikan gerakan bolpoin hitam Areeyata, namun gadis itu tetap di posisinya, menunduk.

"Bu Andrea, selamat pagi bu." sapa Filean merasa terhormat sampai-sampai ibu wakaseknya datang menemani mereka olimpiade.

Katie mengangguk sopan sebelum meninggalkan dua pesaingnya yang tengah bertemu dengan salah satu pendamping mereka.

"Kalian sudah siap?" tanya Bu Andrea.

"Su-" Filean tertegun saat tanpa kata Areeyata beranjak mengumpulkan kertas pendaftarannya dan masuk menenteng clip board serta ID card yang disediakan panitia.

"Eeuh...." Filean agak ganjil dengan keadaan sekarang.

"Sekarang saatnya kalian fokus ya, jangan mau kalah dengan kakak kelas kalian tahun lalu, semoga beruntung." ujar Bu Andrea mengambilkan ID card dan alat tulis lainnya untuk Filean.

"Terimakasih banyak bu, saya permisi dulu." pamit Filean masuk ke ruangan dengan membawa tanda tanya besar di benaknya.

***


      "Selamat kepada ... Filean Darren Dratama."

Tepukan meriah memenuhi bubungan atap aula yang megah itu.

"Untuk juara ke-3, harap menaiki panggung." sambut panitia yang berdiri di dekat podium untuk penyerahan hadiah.

"Untuk juara kedua di raih oleh Kinan Requella Anastasia, mohon menempati posisi yang telah disiapkan."

Hening sejenak, semua orang larut dalam debaran penentuan juara olimpiade tahunan bergengsi itu.

"Dan, untuk juara pertama tahun ini jatuh kepada ... Marcello Trirama, mohon segera bergabung bersama di panggung."

Suara sorakan dan helaan kecewa terdengar serempak memenuhi ruangan.

Minus Areeyata.

Gadis itu duduk tanpa gairah di deretan kursi paling belakang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

          Areeyata terlonjak kaget ketika sebuah tangan merengkuh hangat pundaknya.

"Inka masih yang terbaik sayang." papanya duduk di kursi sebelahnya ditemani Bu Andrea dan seorang anak laki-laki.

"Mama bangga Inka sudah menempati peringkat 7." ucap Bu Andrea hendak memegang tangan Areeyata namun cepat-cepat gadis itu melepaskan rangkulan papanya dan langsung berdiri hendak pergi.

Sebelum Areeyata melangkah makin jauh, sayup-sayup tertangkap oleh telinganya, "Gak usah di kejar ma, Areeyata butuh sendiri." cowok itu berucap.

Areeyata menoleh memastikan bahwa ia salah mendengar, tapi cowok itu benar-benar memegang pergelangan tangan Bu Andrea.

Sudah cukup Areeyata memastikan, ia bergegas membalik badan dan menjauh tak peduli pada seruan orang-orang itu.

"Bu Andrea." sapa Filean canggung kemudian bersalaman kepada wakasek yang mendampinginya lomba kali itu.

***

Hiyahhh publish lagi inihh
Dalam rangka kegirangan sampe 1k readers, pokoknya dengkiu all

Areeyata [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang