22

2.1K 110 0
                                    

      "Filean, Areeyata, berhubung olimpiade sudah minggu depan, sekolah juga tidak bisa banyak membantu, jadi saya serahkan sepenuhnya kepada kalian, kalian belajar sendiri ya." pesan Mrs. Dinar saat mereka baru saja selesai bimbingan.

"Toh kalian sekalas kan." ujarnya.

"Iya Mrs." jawab Filean.

"OK, kalian bisa belajar bareng kalo gitu, semangat ya." Mrs. Dinar mengepalkan tangan menyemangati dua perwakilan sekolahnya di ajang olimpiade tahunan bergengsi di kotanya itu.

"Terimakasih banyak Mrs." Areeyata berjabat tangan sekaligus pamit pulang.

"Saya yang harus berterimakasih sama kalian." balasnya.

"Kami pamit Mrs." kata Filean kini menggendong tasnya.

"Iya, hati-hati anak-anak." katanya mengiringi dua anak didiknya itu keluar dari ruangannya.

"Re, balik sama siapa?" tanya Filean sesaat setelah keluar dari ruangan Mrs. Dinar.

"Tunggu bus." jawabnya setelah melihat jam gold yang melingkar di pergelangannya.

"Bareng gue aja yuk, lagian kita searah kok, udah mulai gelap juga." Filean melongo melihat langit yang baru saja berhenti menurunkan hujannya.

"Udah ayo gapapa." Filean menarik lengan Areeyata.

"Filean." tangan kirinya yang bebas menahan lengan Filean yang menarik lengan kanannya.

Saat Filean menoleh, ia melirik ke arah kakinya yang terbalut fantaufle.

"Ouh iya, sorry sorry, masih sakit banget?" tanya Filean hendak bertelu namun Areeyata mengangkat tangan kirinya menghentikan niat Filean.

"Gapapa kok." jawab Areeyata.

"Tapi gue motoran, gapapa kan Re?" ucap Filean, dibalas 2 kali anggukan oleh Areeyata.

Filean mengeluarkan hoodie abu-abunya dan menyodorkan ke Areeyata

"Pake, udah mau gelap habis hujan juga." serahkannya.

"Terimakasih." Areeyata tak bisa menolakanya karena ia memang tidak bisa terlalu lama di suhu dingin.

"Tapi-"

"Santai aja, gue udah biasa kok." cengir Filean kini mulai naik ke motor hitamnya sambil memundurkannya saat mesinnya sudah menyala.

"Naik." kata Filean lewat kaca helmnya yang dibuka.

"Bisa, Re?" pastikan Filean.

"Bisa." sahut Areeyata.

"Udah?" kata Filean sebelum melajukan motor sportnya.

Areeyata mengangguk singkat meskipun Filean juga pasti tidak melihatnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

         Lampu-lampu sore itu mulai gemerlap menerangi ularan jalan yang masih dipadati pengendara.

Di lampu merah, Areeyata cukup terkesima melihat lampu-lampu di taman kota yang begitu memarik, karena dia sendiri bukan tipekal anak yang suka keluar di malam hari, maka tak heran ia terpesona melihat lampu di taman kota.

Hingga tak disadarinya lampu sudah berganti hijau, dan membuatnya hampir saja terjungkal kalau saja ia terlambat meraih bahu Filean.

"Pegangan aja, Re." kata Filean saat Areeyata menurunkan tangannya dari bahu Filean.

Dengan ragu Areeyata kembali berpegangan ke bahu Filean karena ia juga masih menyayangi hidupnya.

***

          Sorot lampu kekuning-kuningan dari motor Filean mulai memasuki halaman rumah Areeyata, sorotnya mengenai sebuah mobil yang menyala merah di lampu belakang pertanda baru diinjak pedal remnya.

Seorang pria paruh baya turun masih lengkap dengan jas dan tas jinjingnya.

Melihat kehadiran motor hitam itu, ia berdiri tepat di beranda rumah yang langsung menuju parkiran beratap di depan beranda.

Setelah Areeyata turun, Filean langsung mematikan mesin motornya dan turun untuk menghampiri Melvin serta mencium tangan pria itu.

"Sore, om." sapa Filean.

"Sore, masuk dulu nak." ajak Melvin langsung merangkul lengan Filean, Areeyata masih berdiri menatap papanya yang membawa teman sekelasnya itu masuk.

"Inka kamu cepat mandi ya." ujar papanya langsung diiyakan oleh Areeyata dan ia segera naik ke lantai 2.

"Kamu teman sekelas Inka ... euhh maksud om, Areeyata?" kata Melvin

"Iya om, saya Filean teman sekelas Areeyata." Filean kini duduk di sofa bermejakan kaca dengan paduan kristal khas Dubai itu.

"Saya Melvin, papanya Areeyata, jujur saya sangat senang saat kamu mengantar putri saya malam itu, kamu tau? Kamu bahkan mungkin teman Areeyata yang pertama masuk ke rumah ini, selain Kaile tentunya." ucap Melvin.

Mendengar itu Filean malah tersipu.

"Kok saya jadi ngerasa terhormat plus bangga gini ya om." kekeh Filean.

"Hahahahaa kamu ini, humoris juga ternyata kamu." puji Melvin lagi.

"Oh iya, dari mana kok baru pulang?" kata Melvin melihat jam hitam berjarum putih di dinding rumah bergaya American modern itu.

"Oh, tadi habis bimbingan buat olimpiade minggu depan om." kata Filean.

"Loh, Inka gak ada ngomong soal olimpiade sama om." Melvin membenarkan posisi duduknya seakan ia tertarik pada pokok bahasan kali ini.

"Seperti papa akan mengerjakan soal olimpiade Inka saja." suara datar itu muncul dari arah tangga putih di sepanjang lakukan kaca yang menjulang sebagai pengganti tembok itu.

"Kamu dengar kan Filean? Dia mana mau berbagi kemenangannya dengan papanya sendiri, tau-tau saja dia sudah punya koleksi baru di kamarnya." tutur Melvin jenaka.

"Koleksi om? " tanya Filean tak kalah tertariknya dengan Melvin.

"Tropi." kata Melvin pasti.

Areeyata kini duduk di sofa sebelah papanya sambil memangku bantal babyterry abu-abu.

"Hahahahaa om bisa aja." tawa Filean secara misterius membuat tulang punggung Areeyata nyeri tak karuan.

"Inka, papa mau mandi dulu." -Melvin

"Yan, om tinggal dulu ya." pamit Melvin.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

        Setelah kepergian Melvin, suasana mendadak canggung di ruang tamu.

"Non permisi, ini den, monggo di minum." Bi Jah menyajikan minuman dingin untuk Filean dan teh yang masih mengepul untuk Areeyata

"Silahkan den, non, bibi permisi ya." Bi Jah segera undur diri membawa nampan setelah membuka toples-toples imut berisi camilan di meja.

"Silahkan." Areeyata begitu kaku dengan suasana hening itu.

"Teman?" Filean mengangkat satu alisnya sambil menyunggingkan senyum merekahnya.

Areeyata tak banyak menanggapi, ia lanjut membuka tutup toples-toples mungil di meja.

***

Setelah lebih dari sebulan, akhirnya aku memunculkan juga niatan buat publish 'Areeyata' lagi😂😂🤭

Areeyata [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang