"Maaf merepotkan."
Tiba-tiba seorang gadis muncul dari balik badan Filean, membuat Filean sedikit terperanjat awalnya.
"Huh ... ngagetin gue aja lo, ini buku lo kan?"
Filean menyerahkan bukunya kepada sang empunya.
"Terimakasih, sekali lagi maaf."
Areeyata berniat pergi setelah menerima bukunya.
"Re, lo udah mau balik?"
Areeyata menghentikan langkahnya dan hanya menoleh 90 derajat saja.
"Kenapa?"
Filean melangkah mendekati Areeyata yang masih menghentikan langkahnya.
"Bareng aja yuk." tawar Filean.
Tiba-tiba terdengar ponsel bersiul, Areeyata mengusap ponselnya, satu nomor tak tersave di kontaknya, lagi-lagi masuk.
+6282******973
~Shalum Ryani Antika : Kak Areeyata ini Shalum, kak please bantuin aku ya :vAreeyata Vreinkaditra : saya bukan anggota bimbingan
+6282******973
~Shalum Ryani Antika : kak..... Please 🙏🙏 ya ya ya...
Areeyata Vreinkaditra : saya takut tidak bisa membantu kamu+6282******973
~Shalum Ryani Antika : kakak pasti bisa, siapa sih yg gk tau kakak, kak Areeyata pinter gk perlu di raguin lg, ayolah kak, ntar aku janji deh sm kakak, bljrnya gk ngerepotin kakak, gk bikin kesel kakak, pokoknya nurutin apa aja yg kakak mau, apapun, asalkan kakak mau bantuin aku benerin nilai aku, ok😉Areeyata Vreinkaditra : saya gak bisa
Tanpa membaca ulasan panjang lebar dari adik kelasnya, Areeyata langsung menjawab singkat namun mutlak."Re?" suara itu berhasil mengembalikan Areeyata ke dunia nyata.
Areeyata mendangak dan menatap Filean seolah bertanya 'kenapa?' dengan segala sisi dinginnya.
"Gimana? Balik bareng gak?" ucap Filean mengulang pertanyaannya.
"Saya bisa sendiri." Areeyata mengambil langkah lebar.
***
Senin pagi.
Setibanya di kelas, Areeyata sudah bergeming dengan bukunya.
Bertambah waktu, bertambah penuh pula ruang kelasnya.
4 deret 6 baris single chair itu telah berpenghuni, seorang berperawakan tegas dengan tubuhnya yang tinggi dan badan cukup besar berhasil membuat seisi kelas bungkam.
"Selamat pagi semuanya." sapanya mulai duduk manis di meja yang berhadapan dengan para murid.
"Tugas yang saya berikan kemarin sekarang juga dikumpulkan, saya tidak mentolerir alasan apapun." ucapnya.
Areeyata segera meraih buku yang tadi sempat di bacanya.
Para murid berhamburan mengumpulkan buku biologinya di meja guru.
Areeyata mulai terhipnotis lagi oleh buku tebal di hadapannya, selama Pak Hendri -guru biologi- mengoreksi hasil kerja anak didiknya.
Tak lama siswi yang duduk di depan Areeyata bangkit dan mulai membagikan buku-buku itu.
"Baiklah, sekarang kita akan melanjutkan materi kemarin."
Guru killer itupun mulai berdiri mendekati papan dengan memegang spidol digenggamannya.
Meskipun terkesan killer, Pak Hendri sebenarnya cukup humoris. Hanya saja di saat serius beliau akan benar-benar serius.
Di tengah penjelasannya, beberapa kali Pak Hendri melempar lelucon dan mengundang suara tawa serempak dari anak didiknya.
Ini adalah satu-satunya hal yang paling bisa membuat Areeyata tersenyum simpul bahkan terkadang ikut tertawa.
Ia jarang terlihat tertawa, tapi ketika pelajaran berlangsung, sesekali ia akan terbawa lelucon-lelucon yang dilontarkan guru pengajar.
"Aneh gak sih Areeyata? Dia muka tembok, tapi kalo lagi di kelas gini, gampang banget kayanya dia ketawa, padahal leluconnya Pak Hendri gak ggrrr banget sih." ucap Dicky sahabat Filean yang duduk tepat di depan Filean.
"Yah, gue juga lagi mikir gitu." sahut Filean enteng.
Setelah mengerjakan beberapa soal latihan, akhirnya bel berbunyi.
"Jangan lupa ada ulangan di pertemuan depan." Pak Hendri menutup kelasnya.
***
Lengkap memang hari Senin bagi penghuni kelas 11 Ipa 6, setelah usai mereka mengarungi kuasa alam lewat pelajaran biologi, tiba saat mereka harus menjadi manusia kepo dengan mengorek-ngorek isi kandungan dalam suatu zat kimia.
Jadwal mereka hari ini adalah praktikum.
Setelah siap dengan jas lab masing-masing, satu persatu murid masuk ke laboratorium kimia setelah diabsen oleh Bu Veli.
"Langsung duduk menurut kelompok ya." pesan guru muda yang tak sedikit menjadi sasaran mulut-mulut suka khilaf siswa-siswanya.
Setelah Bu Veli menjelaskan apa yang harus mereka lakukan, Areeyata segera mengerahkan 3 anggota kelompoknya untuk menyiapkan keperluan selama praktikum ini.
"Filean ambil nampan praktikumnya, Rasya siapkan larutannya, Tetra akan membantu saya menyiapkan meja beserta tabung-tabung lainnya." instruksinya sebagai ketua kelompok yang lugas, dan keempatnya bubar dari 'sidang' kecil-kecilannya.
"Re, taruh di mana nih?" tanya Rasya membawa beberapa tabung larutan.
Areeyatapun mengambil alihnya.
"Tetra tolong bantu Filean, siapkan pipet dan tabung reaksinya, Rasya setelah larutan etanol, kamu jangan langsung menuangkan HCl nya ke gelas reaksi, cuci dulu gelasnya dengan air baru kamu boleh ganti dengan HClnya, keselamatan paling utama, hati hati."
Areeyata kemudian disibukkan lagi dengan praktikum larutannya.
Dengan sesekali meminta bantuan pada anggotanya atau sekedar mengecek hasil kerja kelompoknya, akhirnya tugas mereka terselesaikan juga.
***
Rada gaje, eh gaje banget ya part ini? Mangap lah, buntu tjuy.
Voment💕💕 Chuuu~ 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Areeyata [END]✅
Roman pour Adolescents"17 tahun tanpa mama, saya sudah bahagia." Areeyata. "Kak Areeyata ya?? Aku mau nanti tutor bimbingannya Kak Areey." Shalum. "Ini buku lo kan? Tenang gue gak buka resep pinter lo kok." Filean. Start : 04/07/2019 End : 10/01/2020 {My 1st work}